02 :: Mimpi Itu Lagi

603 98 37
                                    

"Papa jangan pergi! Sam sayang sama papa dan juga mama" dengan tenaga yang seadanya, tangan mungil itu terus menarik baju papanya

"Sam, lepasin tangan papa!" lelaki dewasa yang Hyunjin sebut papa menghempaskan tangannya membuat tubuh pendek anaknya hampir menggelinding di tangga teras

"Enggak pa! papa gak boleh pergi ninggalin Sam sama mama sendiri" Hyunjin kembali berdiri, kedua tangannya memeluk kaki sang ayah membuat lelaki dewasa itu terbawa emosi dan menyeretnya untuk berdiri

Tanpa sadar, papa melayangkan satu tamparan ke pipi anaknya yang masih berusia sepuluh tahun. Tangannya bergetar melihat pipi anaknya yang sudah basah akan air mata

"Jangan berani beraninya sakiti anakku!" untuk kali pertama, Mama Wendy memeluk tubuh kecil Hyunjin, samar samar Hyunjin tersenyum

"Kamu dan anakmu sama sama gak berguna!" setelah mengucap seperti itu papa langsung meninggalkan anak dan istrinya tanpa memperdulikan teriakan memohon untuk kembali dari sang anak

Sadar akan posisinya yang memeluk Hyunjin, dengan refleks Mama Wendy mendorong tubuh anaknya hingga menabrak tiang penyangga lalu tanpa merasa kasihan, beliau menarik Hyunjin untuk masuk

"KARENA KAMU, PAPA DAN MAMA BERCERAI! DASAR ANAK GAK BERGUNA!"

"MAMA MENYESAL MELAHIRKAN ANAK YANG GAK TAU DIUNTUNG KAYAK KAMU GINI!"

Mama Wendy melampiaskan emosinya dengan menyiksa Hyunjin, bahkan tubuh anak itupun sudah penuh dengan luka lebam

"Ampun ma, hiks setelah ini Sam janji akan jadi anak yang baik biar mama seneng. Walaupun mama gak sayang sama Sam, tapi Sam sayang sama mama ataupun papa"

"Sam?"

"Ampun ma.. ampunnn, jangan pukul Sam lagi"

"Hei, Sam? kenapa?"

"Papa, Sam takut"

Tubuh yang dari tadi tertidur tiba tiba mengeluarkan keringat, Hyunjin bergerak kesana kemari tak tenang dan terus menggumamkan kata maaf.

"Sam??"

Hyunjin bangun dengan teriak menggumamkan kata papa, seperti orang linglung dia melihat sekitar "gue dimana?"

"Lo ada di kelas Sam. Ketiduran dari jam sepuluh" jawab Chan yang dikit panik karena sahabatnya ini ngigau. Bahkan sahabatnya ini setia ada di kelasnya demi menunggu ia terbangun

Hyunjin mengucek matanya, mengecek ponsel dan rupanya sudah pukul dua siang. "kok kelasnya kosong?"

"Anak kelas sebelas sama dua belas dipulangkan dari jam dua belas tadi" Hyunjin terkejut, ia hampir saja tidak mempercayai Lino tapi kondisi kelas yang hanya ada mereka bertiga meruntuhkan keraguannya.

Astaga, berarti mereka berdua bahkan rela menunggu empat jam? Hyunjin jadi gak enak dengan Chan dan Lino.

"Maaf maaf, kalian pasti udah nunggu lama? yuk pulang"

"Tadi lo ngigau apa sih Sam? Pakek nangis sama teriak teriak segala" tanya Lino yang sebenarnya khawatir tapi gak ia tunjukkan terang terangan.

"Kalian tahu kan kalau mama papa gue cerai? Gue mimpi kejadian papa ninggalin gue dan mama" bahkan deru nafas Hyunjin masih belum stabil, dan keringat yang bercucuran tak mampu membohongi jika cowok itu sebenarnya takut.

Lino dan Chan sama sama merangkul Hyunjin, si yang lebih muda emang suka berada di tengah tengah si kembar. Seolah ia tak sendiri, masih ada dua orang itu yang akan senantiasa memberinya semangat bahkan menemani masa masa sulit Hyunjin.

•••

semasa kecil mereka.

Setelah pertemuan mereka di taman saat hari libur, mereka secara tidak langsung bertemu di hari senin. Fakta jika mereka bertiga sekolah di sekolah dasar yang sama membuat mereka senang, jika seperti ini mereka akan terus bisa bermain tanpa harus repot repot bertemu di taman setiap minggu.

Sepulang sekolah, mereka bertiga akan menghabiskan waktu siang hingga menjelang sore ke rumah pohon yang dibangun oleh Papa Minho (aktor) beberapa minggu yang lalu. Sebelum kesana, Chan dan Lino berinisiatif untuk datang ke rumah Hyunjin. Mama Wendy membuka pintu rumahnya lebar lebar, mempersilahkan dua anak dari sahabatnya sejak sekolah menengah pertama untuk datang ke rumah kapanpun. Fyi, sewaktu smp hingga sma Mama Suzy dan Mama Wendy bersahabat, tak ayal jika beliau ramah dengan si kembar.

Hyunjin bahkan tidak dikasari oleh mamanya saat setelah bermain dengan mereka.

"Aku bawa kotak berisikan mainan, dan kata papa boleh ditaruh di sini"

Hyunjin menatap binar, kotak hijau yang dibawa Chan berisikan mainan lego (?) yang bisa dibongkar pasang.

"Asik! Ayo kita bermain bersama!"

"Mainan mobil polisi itu punyaku, jangan dipinjam ya!" titah Lino mutlak

Hyunjin mengangguk paham, ia menggeledah kotak hijau itu apakah ada mainan lagi untuknya yang bisa ia mainkan atau tidak.

"Aku boleh pinjem ini?" Hyunjin mengangkat robot mainan yang ia idam idamkan dulu, mama papanya mana mau membelikan.

"Tentu" jawab Chan dan Lino kompak

"Besok aku pengen bawa mainanku kesini, aku akan menunjukkan ke kalian hadiah ulang tahunku dari kakek!" hanya itu hadiah satu satunya yang Hyunjin punya, dulu setiap dia ulang tahun pasti akan di kado oleh kakeknya. Tapi sayang, saat dua bulan menjelang ulang tahunnya, Tuhan memanggil kakeknya.

Yang seperti kalian tahu, ulang tahunnya ke tujuh sudah tidak ada kado dari sang kakek maupun dari mama papanya. Hanya kado dari bi Siti lah yang menjadi kado terakhir, tapi ia malu kepada wanita paruh baya yang sudah mengurusnya dari bayi.

Ia malu dan tidak akan pernah mau untuk diberi hadiah, karena kasihan bi Siti jika setengah gajinya dibelikan mainan untuknya. Lebih kasihan lagi ke anak anak wanita itu, harus hidup sederhana. Jadi gak ada alasan lagi buat Hyunjin pantas mendapat hadiah.

Sore hari itu, mereka habiskan dengan bermain di rumah pohon. Mereka pulang ke rumah masing masing saat menjelang matahari terbenam.

•••

tbc

double update karena mau istirahat sehari di weekday, gak apa apa kan?

27 November 2021

revisi : 24 Mei 2022

Dear, Hyunjin!◗ChanjinhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang