Matahari mulai terbit dari timur. Pagi yang cerah telah tiba. Keluarga kecil milik Saskia sedang berada di meja makan berukuran panjang. Saskia sudah mengenakan seragam sekolah dengan rapih dengan balutan jaket berwarna cokelat. Mamanya tengah mengoleskan selai pada roti, sedangkan Papanya sedang sibuk dengan laptop yang berada di depannya. Usai mengoleskan selai pada roti, lembar roti tersebut ia lipat lalu diletakkan pada piring putih kecil. Pria berkacamata lantas mengambil dan melahapnya sembari masih sibuk memandang ke laptop. Sekarang Mama Tika sedang membuatkan roti dengan selai kacang untuk Saskia.
"Mama sudah melihat hasil pengumuman begitu pengumuman nya muncul. Mama sedikit kecewa. Seharusnya hanya ada satu pemenang di juara pertama, tetapi ini mengecewakan," ujar Mama Tika kemudian memberikan rotinya pada Saskia.
"Selain mengecewakan, apa yang kamu bisa?" imbuh Papa Bayu sambil menatap Saskia. Pria mengenakan jas serta dasi ini duduk di hadapan Saskia.
Gadis dengan rambut terurai itu menatap mata Papanya balik, lalu ia mulai memotong roti dengan menggunakan pisau kemudian memakannya dengan menggunakan garpu. Saskia mengunyah rotinya dengan pelan, dan Mama Tika mengambil duduk di sebelahnya. Wanita itu kini memandang putrinya. Papa dan Mamanya sekarang sama-sama memandangnya.
"Setidaknya aku dapat juara pertama. Bukannya itu yang Mama dan Papa harapkan?" ucap Saskia dengan nada rendah sembari menatap Papa dan Mamanya bergantian.
"Papa ingin kamu menjadi satu-satunya orang yang menempatkan posisi pertama. Ini sama saja kamu berbagi dengan orang lain,"
"Benar itu. Kenapa bisa ada dua siswa yang mendapatkan juara pertama lomba ujian matematika. Mama dengar dia juga selalu mendapat peringkat satu, peringkat paralel. Dia selalu dipilih buat mengikuti Olimpiade, dia aset SMA Bunga." Tambah Mama Tika yang membuat Papa Bayu berhenti makan.
Papa Bayu meletakkan roti di piring, lalu ia membenarkan kaca mata yang digunakannya.
"Apa kamu tidak bisa melawannya? Kenapa kamu hanya diam ketika kamu dikalahkan?" tanya nya pada Saskia dengan sedikit menggertak.Gadis memakai seragam dengan balutan jaket cokelat itu menatap mata Papanya dengan tatapan khasnya, flat. Namun, tiba-tiba ia merasa mual, ingin muntah. Saskia menutup mulutnya sendiri, lalu Mama Tika yang melihatnya lantas mengerutkan kening.
"Saskia, kamu kenapa?" tanya nya. Tetapi Saskia langsung bangkit dan berlari meninggalkan meja makan.
Di kamar mandi, Saskia menundukkan kepala dan mendekatkan nya di wastafel. Ia telah mengalirkan air keran, dan cewek itu memuntahkan makanan yang dicerna nya. Entah, apa yang terjadi dengan dia. Setelah selesai Saskia membersihkan mulutnya sendiri dengan menggunakan telapak tangan yang sudah diberi air. Ia mendongak sambil menatap dirinya sendiri dari pantulan cermin. Tak sengaja matanya menyorot pada pergelangan tangan kirinya yang terdapat gelang tali berwarna hitam dari cermin di depan. Matanya sedikit memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower Girl [END]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] maaf blm sempurna, blm direvisi soalnya ⚠16+ Cathelin Helson, cewek berparas cantik, agresif, dan populer. Namun, sayangnya dia memiliki kepribadian yang buruk. Selain manipulatif dan karakternya yang keras dan kasar tidak a...