DIARY SMA
Kimetsu no Yaiba fanfict
.
.
.
.
.
You and Me : We are Different
.
.
.
EnjoyHidangan sederhana khas angkringan tersaji lengkap dengan teh hangat. Kaigaku, cucu pemiik angkringan itu ikut duduk, bergabung dalam obrolan setelah menyelesaikan tugasnya. Nampak raut wajah serius dari Giyuu dan Sanemi mengundang tanya.
"Kalian ngomongin apa sih? Serius banget,"
"Gapapa, kita cuma masih syok aja sama ceritanya Kanae. Zaman sekarang makin tinggi tingkat kriminal," terang Uzui yang diangguki lainnya.
"Emang sih, tapi Kanae, lo bisa jelasin ulang kronologi-nya gak? Gue juga agak penasaran sama motif pelaku," tanya Kaigaku ragu.
Kanae mengangguk kecil, gadis itu menegak habis tehnya sebelum kembali bercerita.
"Jadi gini ceritanya," ucap Kanae memulai cerita.
Selama perjalanan menuju bar, mama sama papa bilang bahwa koleganya itu orang yang sangat penting. Dikeliingi penjagaan ketat oleh orang-orang yang berpengalaman sebagai benteng pertahanannya.
2 penjaga yang Mitsuri lihat, mereka tidak mendorongku. Mereka hanya memeriksa apakah ada barang berbahaya atau tidak yang kusembunyikan. Aku dinyatakan aman dan diperbolehkan masuk bersama mama-papa.
"Tapi ternyata, aku tak tahu bahwa Mitsuri hendak menyelamatkanku sampai terluka. Benda yang ditabrak mobil itu membuat guncangan besar membunyikan alarm pendeteksi getaran. Setelah insiden kecelakaan, kolega itu mengerahkan penjaganya untuk evakuasi tamu-tamu lainnya. Suasana kalang kabut dan kacau membuatku terbawa oleh arus orang yang sibuk menyelamatkan diri, sampai ke luar bar malah nyasar ke gang di belakang cafe,"
Menghirup nafas dalam, kanae kembali bercerita tentang sekumpulan preman yang tengah mengganggu gadis remaja lain dan menyeret-nyeretnya paksa. Kakinya bergerak sendiri untuk menyelamatkan gadis itu. Kanae memukulnya menggunakan tongkat yang ia temukan untuk menarik si remaja tadi, mereka berdua lari dan berpisah arah di persimpangan. Sampai akhirnya, langkah yang tersusul adalah langkah kaki Kanae.
Cerita yang sama kembali terucap dari bibir mungil Kanae. Cukup mengerikan jika bayangan kejadian tadi itu nyata bagai mimpi buruk menyapa. Syukur tak henti ia panjatkan kepada Tuhan, sebagai bentuk terima kasihnya karena mengirimkan seseorang untuk menolongnya di saat yang tepat.
Dengan seulas senyum tipis ia meyakinkan bahwa, kondisinya baik-baik saja sekarang.
Suram diliputi khawatir, rauh wajah tertekuk dan takut tersirat jelas di wajah teman-temannya."Agak nyeremin juga yah, kayaknya mereka komplotan DPO penculik remaja . Terutama remaja putri, mereka akan –"
"Melakukan kekerasan seksual, lalu membunuhnya atau dijual ke rumah bordil," sambung Giyuu, menyelesaikan kalimat yang digantung Uzui.
"Yah, tapi untung saja teteh tidak apa-apa," ucap si bungsu kocho penuh syukur.
Sanemi mengiyakan, turut bersyukur karena datang tepat waktu. Namun, satu hal yang membuatnya jengkel mengingat cidera yang diderita gadis itu.
"Iya sih, alhamdulillah masih sempet. Tapi lain waktu, kalo lagi kabur tuh high heels nya dilepas Kanae!" tegur Sanemi, yang dibalas kekehan kecil Kanae.
Candaan dan cerita terus mengalir menyatukan kebersamaan mereka dalam waktu singkat, melebur kecanggungan. Hiruk pikuk manusia kian susut, pertanda malam kian larut. Kaigaku dan Uzui pamit untuk merapikan angkringan sedang Giyuu dan Sanemi mengantar kakak beradik kocho pulang.
_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-
Dua motor terparkir di halaman depan kediaman Kocho.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary SMA || REVISI
Fanfiction"Pokoknya abis ini bolos, warkop belakang gas!" "Jangan asing ya," "Anjrittt kurang ajar, balikin buku gue!!!" "Ngang ngong tiba-tiba lulus," "Lucu ya? Aku suka kamu, kamu suka temenku," "Minimal kalo mau nyontek pinter dikitlah," Terlihat sederhana...