Glass Window

283 41 12
                                    

WARNING!!! THIS CHAPTER CONTAINT 18++ SCENE!!

Aroma alkohol menyeruak dari dalam kamar besar di sebuah mansion megah. Kerjapan kelopak mata seputih susu itu bergerak beberapa kali, berusaha mebiasakan siraman cahaya dari arah jendela kamarnya. Sedikit terasa sesak, sebuah gelungan lengan kecokelatan melingkar di perutnya nyaman.

"Ohayou, hime."

Senyum tipis ia lancarkan kala mendapat sapaan halus dari seseorang yang nyaman memeluknya di atas ranjang empuk seukuran King Size itu. Kelopak sewarna madu yang masih terpejam itu membuka perlahan, menyusul sapaan dengan suara khas nya yang sudah lebih dahulu terdengar.

ISHIKAWA KAITO
PRESENTS
***
BETWEEN YOU, ME, AND
HIM

Hinata bergegas menyelesaikan sarapan yang ia buat di dapur dari lima belas menit yang lalu. Di angkatnya teko yang sudah mendesis menandakan air di dalamnya telah mendidih. Kucuran air panas ke dalam gelas nampak mengepul. Aroma kopi yang menyegarkan sekaligus membuat nyaman menyeruak di seisi ruang makan. Beberapa telur gulung ia tata di dalam kotak makan bergambar bunga lotus dengan nuansa warna keunguan, dengan lentik jemarinya menata beberapa lauk dan tumis sayuran ke dalamnya juga. Di tempat lain, Naruto membasuh tubuhnya dari peluh pagi hari dengan air hangat yang mengucur melalui shower dalam kamar mandinya.
Beberapa mark menghias leher dan punggungnya. Tampak senyum tipis pada wajahnya kala mengingat kejadian beberapa jam lalu yang membuatnya kembali 'tegang'.

***

Flashback

"Ohayou, hime." Kecupan tipis mendarat di dahi Hinata yang juga tersenyum.

Gelungan lengan Naruto kian mengerat memeluk perut ramping milik Hinata di atas ranjang. Hinata dengan malu-malu meraba dada cokelat milik Naruto yang terasa berdegup kencang.

Wajah Hinata merona padam kala jemari Naruto mengelus rahang mungilnya, membawanya menuju bibir cokelatnya untuk ia pagut. Mengalir bak air sungai dengan arus tak menentu, pagi hari itu nampak normal.

Lengguhan nafas berat sang Omega di atas lekukan tubuh molek si bunga Lotus mengharapkan sambutan hangat akhirnya terbalaskan. Decakan kecupan demi kecupan mendarat dengan lembut mulai dari wajah, leher, hingga ke bagian dada Hinata.

"I know this.. seem isn't right...",

Terdengar nada bersalah di sela kecupan Naru.

Hinata menggeleng penuh makna, birahi menguasai dirinya sekarang. Seolah memberi isyarat untuk melanjutkan prakarya Naruto terhadap tubuhnya, Hinata melenguh kecil.
Sehelai kemeja yang masih ia kenakan dari semalam, sengaja ia tanggalkan.
Berhadapan dengan dada bidang polosnya, Hinata masih terkagum dengan pemandangan tersebut. Kecokelatan dengan tato di setiap inci kulit di dadanya.

"You suppossed to be.. my bestfriend..".

Berbanding terbalik dengan ucapannya yang seolah berusaha untuk berhenti, kedua tangan milik Naruto bergerilya semakin jauh. Mengeksplor setiap lekuk molek pinggang dan paha Hinata dengan bringas. Birahi yang menggelegak itu kian menumpuk, menunggu untuk di lepaskan secara sempurna.

Dengan satu tarikan, tubuh mungil itu kini tengah berada di pangkuannya. Lidah miliknya merayap di leher Hinata seperti ular. Rambut hingga sela-sela tengkuknya ia jelajahi, meresapi setiap aroma yang keluar dari kulitnya. Perpotongan leher itu kini kemerahan, kecupan yang berubah menjadi lumatan gemas makin membuat geraknya semakin agresif. Bongkahan yang menduduki 'gundukan' miliknya, di remas dengan gemas seolah ingin di robeknya. Hinata yang menyadari 'gundukan' di bawahnya makin mengeras, mengambil inisiatif dengan menggerakkan pinggulnya menggesek maju mundur dengan waja merah bukan main. Sudah sejauh ini ia melangkah, tak bisa mundur lagi.

Between you, me and HIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang