Lone Voyage

194 30 6
                                    

Deru nafasnya makin menjadi seiring kedua lengannya erat merangkul pinggang ramping wanita itu kini. Semu merah menghiasi wajah tampan yang ada di belakang Hinata, ia bersyukur wajah terangsangnya tak terlihat oleh Hinata. Saphire sebiru langit itu menilik lekukan leher Hinata. Entah sudah ke berapa kalinya ia berusaha menahan gejolak tertahan dalam dirinya yang kian menggila semenjak pelepasan dahaga yang mereka lakukan beberapa waktu lalu.

***
ISHIKAWA KAITO
**PRESENT**
BETWEEN YOU, ME,
AND
HIM
***

Hinata menautkan kedua jemari lentiknya satu sama lain, berusaha mengontrol hasrat dalam dirinya yang juga tak kalah menggelegak akibat suguhan sentuhan dari pria di belakangnya terus menerus. Sensasi pelepasan pada beberapa waktu lalu kian terputar jelas di otaknya, menampilkan slide-slide sensasional yang mereka lakukan di tengah pergumulan fisik saat itu seolah proyektor imajiner terpampang dalam kepalanya. Tiap jengkal tubuhnya merekam jelas tiap sentuhan yang Naruto lakukan, stimulasi-stimulasi itu sangat membekas pada dirinya.

Di rasanya ada gumpalan yang mengeras yang terus bersentuhan dengan paha bagian dalamnya, Hinata melenguh tak tertahan kala Naruto mulai berinisiatif menggeseknya perlahan.

Dengan sigap, tangan kekar itu membalik tubuh Hinata hingga wajah dan tatapan mereka bertemu. Netra kebiruan itu menatap dalam Ametyst sayu yang juga menatapnya intens.

Pagutan terjadi.

Telapak tangan kecokelatan itu menangkup rahang mungil Hinata. Sifat rakus terlihat dari gerakan bibirnya yang seolah melahap bibir ranum Hinata dengan mata setengah terbuka. Posesif muncul dalam benaknya, lengan kirinya makin mengeratkan dekapannya pada pinggang Hinata.

Posesif yang tadinya hanya di tujukan untuk Sasuke, kini beralih pada Hinata.

Atensinya makin menjadi saat gumpalan tegang di antara pahanya kian mengeras, tanpa melepas pagutan, tangannya mematikan nyala api kompor dan lantas di angkatnya tubuh Hinata menuju perpustakaan yang tak jauh dari dapur tempat Hinata masak beberapa saat lalu.

Melayang dengan hasrat memabukkan yang enggan membuatnya mengontrol diri.

***

"Hey babe".

Suigetsu berjalan masuk ke kamar yang di tempati Karin sambil menenteng nampan berisi tea set dengan senyum sekadarnya.

Rasa khawatir menghampiri benaknya saat melihat Karin yang terduduk diam di pinggir ranjang dengan ekspresi tak karuan. Intuisinya berkata lain, dari gelagat Karin saja ia sudah paham apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Hey, you okay now?". Tanya Sui lagi sekadar memastikan.

Wajah cantik itu terangkat menatap netra Suigetsu yang meneduhkan hatinya.

Buliran air mengalir melewati pipinya, menetes melalui dagunya yang lancip tanpa suara. Hening.

Keheningan yang menyesakkan.

Suigetsu lantas memeluk erat Karin tanpa bertanya apapun lagi. Memberikan kehangatan dan kenyamanan sebisanya, tanpa berusaha menginterupsi ledakan emosi Karin saat ini. Jemarinya mengelus sayang pucuk kepala bersurai semerah darah itu maklum, baginya sudah bukan sekali dua kali Karin tantrum seperti ini. Mengingat riwayat mental kekasihnya ini yang memang kurang sehat. Demi apapun, ia rela mempertaruhkan segalanya hanya untuk mengembalikan senyum dan tawa Karin saat seperti ini. Hatinya hancur saat melihat Karin seperti ini.

"It's okay babe, i'm here."

Keheningan itu masih berlanjut. Hanya beberapa isakan dan senggukan yang terdengar dari mulut Karin dalam pelukannya. Hantaran kenyamanan itu mengalir mengisi sumber tenaga batin Karin perlahan, sedikit demi sedikit ia mengumpulkan sisa-sisa akal sehatnya. Berusaha fokus menata kepingan kewarasan yang sempat hancur beberapa saat lalu, Karin mengatur nafasnya hingga mulai stabil. Deru nafasnya tak lagi kacau dan terburu-buru. Dekapan lengan rampingnya yang sebelumnya mengerat, mulai mengendur perlahan. Pikiran dan hatinya mulai membaik, ketenangan yang hanya bisa ia dapatkan dari Suigetsu mulai tersalur dengan baik.

Between you, me and HIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang