Mangsa

522 58 86
                                    

Langkah tegap berbalut sepatu pantofel mengkilat hitam menyusuri koridor disebuah hotel mewah dengan mantap. Tangan kiri yang menjuntai mengambang di udara bebas mengorek saku celana panjangnya mencari sebuah benda. Setelah mendapatkan apa yang pria itu cari, ditatapnya layar benda pipih yang manusia modern sering sebut sebagai ponsel.

Ishikawa Kaito
Presents
***
Between You, Me,
And Him

Sudah tiga hari berlalu semenjak kepulangan Hinata dan Naruto dari kediaman Hyuuga pasca meninggalnya ayah Hinata, Hyuuga Hiashi. Tak ada yang berubah dari rutinitas mereka di kediaman Namikaze. Baik Hinata, Naruto maupun Sasuke.

Hanya saja sekarang sudah jarang terdengar keributan didalam mansion itu, kemesraan antara Naruto dan Sasuke juga nampak biasa saja.

Hinata menyingkirkan helaian rambutnya yang keluar dari selipan telinga mungilnya kala memasak siang ini, diaduknya saus carbonara diatas pan yang akan ia campurkan dengan pasta spagetti nanti untuk makan siang dua pria didalam rumah itu. Jari kelingkingnya mencolek sedikit saus dari spatulla yang ia angkat dari wajan.

"Kurang sedikit garam," monolognya.

Dibubuhkannya sedikit garam diatas saus lalu diaduknya perlahan. Setelah dicampur beberapa saat, ia memasukkan pasta yang sudah matang sebelumnya kedalam saus. Mematikan kompor listrik keluaran terbaru itu lalu menata masakkannya diatas piring dengan teknik platting yang ia tonton melalui Youtube beberapa saat lalu.

"Haah~ akhirnya siap!",

Wajahnya sumringah senang menatap hasil karyanya yang nampak menggiurkan tersebut.

Tak lama berselang, dering telepon rumah meraung meminta jawaban. Dengan tergesa, ia menghampiri meja telepon untuk menjawab panggilan tersebut.

"Kediaman Namikaze?",

'Ah.. apa kabar?', sahut sebuah suara disana.

DEG!!

Jantung Hinata berdebar kencang.
Suara dari pria yang dikenalnya beberapa tahun lalu itu terdengar kembali ditelinganya.

'Hallo? Apa kau masih disana Hina-chan?', tanya pria bersuara berat itu.

"A-ah! M-maaf, iya aku disini." Gagap Hinata sejenak.

Tak tahu mesti bicara apa, Hinata lebih menunggu respon si penelepon.

'Bisa kita bertemu? Aku ada perlu dengan mu,' tanya pria itu lagi.

"A-ano... maaf sepertinya tidak bisa."

'Ah, aku lupa kau sudah menikah ya? Uhmn, bagaimana kalau aku yang berkunjung?', kekeh pria itu.

"J-jangan! Uhmn, b-baiklah, sebutkan tempatnya, aku akan kesana." Wajah Hinata sempat memucat mendengar pria itu akan ke rumah ini menemuinya.

'Au ďęux caffe, sore ini. Aku tunggu ya?', sunggingan senyum tersirat di wajah pria itu saat mendapati Hinata menyetujui permintaannya.

"Baiklah, jaa." Tak banyak berpikir, Hinata memutuskan sepihak panggilan tersebut.

Bahunya sedikit gemetar.
Rasa takut menjalari setiap tubuhnya.

Sepasang netra biru yang menatapnya dari belakang masih berpura-pura tak tau dengan apa yang dilakukan wanita itu didepannya. Ia merasa ada yang aneh, sejak kepulangannya dari kantor yang tak menemukan Hinata dimanapun. Ia lantas berjalan menghampiri Hinata yang masih termenung di meja telepon.

"Hinata, kau kenapa?",

Tepukan ringan dari tangan Naruto membuat Hinata terperanjat bukan main. Menambah gelagat aneh pada sikapnya.

Between you, me and HIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang