Sebuah Kesempatan

717 85 109
                                    

Langkah gontainya menaiki anak tangga setelah selesai membereskan meja makan dan mencucinya bersih, lamunannya kembali pada beberapa bulan lalu. Kejadian yang sesungguhnya sangat ia sesali setelahnya. Pertemuannya yang tak disengaja oleh pemuda dingin berambut kelam bernama Uchiha Sasuke tersebut kembali membuatnya merasa kesal dan menyesal. Namun apa mau dikata, biaya kuliah di Tokyo sangatlah mahal, ia harus berjuang keras untuk melawan rasa takut dan gugupnya saat bertemu kompetitor-kompetitor hebat untuk memperebutkan beasiswa.

Saat Sasuke datang menawarkan kesempatan yang bisa dibilang tak datang dua kali itu, tanpa berpikir lama-lama, Hinata mengambilnya tanpa memikirkan konsekuensi dari pilihannya.
Kepalanya berdenyut nyeri setelah mendengar desisan ancaman yang Naruto berikan padanya saat ia ada didapur.

"Kau butuh tanganmu untuk mendesain kan? Jauhi Sasuke kalau kau masih punya mimpi untuk menjadi desainer ternama.. ini ultimatum untukmu, karena aku tak akan mengulangi perkataanku lagi, paham?"

Tangan dan jemari tan milik Naruto yang juga ikut mencengkeram kedua pipi tembamnya saat memberikan penekanan tersebut membuat Hinata menelan ludah dan gemetar. Sorot mata sebiru lautan milik pria blonde tersebut terlalu mengintimidasinya yang notabene-nya memang seorang gadis pengecut dan cengeng. Jika bukan karena kesabarannya, mungkin ia sudah kabur dari mansion megah ini dan melupakan semua mimpinya untuk menjadi seorang desainer.

Between You, Me and Him
***
Ishikawa Yuuri
Presents

Flasback on

Gadis berambut tebal nan kelam itu masih berdiri didepan sebuah gedung megah berarsitektur modern tersebut untuk beberapa jam kebelakang. Menatap gedung dengan tersebut dengan tatapan takjub dan berharap agar kelak bisa menjadi salah seoranh penghuni gedung tersebut. Seragam sailornya terlihat sedikit lusuh karena sudah sedikit usang.
Menarik perhatian sepasang onyx yang tengah keluar dari area gedung perkuliahan tersebut dengan rasa iba sekaligus tertarik tertinggal didadanya.

Gadis tersebut berbalik lalu menyerah menatap gedung tersebut berlama-lama dan mulai mempertimbangkan untuk menyerah pada mimpinya.

**

"Kau sudah gila ya Teme!!? Apa kau serendah itu hingga membiarkan diriku menikahi seorang gadis yang tak ku kenal ha!?", suaranya menggelegar melingkupi sebuah ruangan kerja milik seorang pemuda yang pri blonde itu panggil Teme.

"Tapi ini untuk kebaikan kita, kau yakin mau berterus terang tentang hubungan kita pada orang tuamu? Kau siap lihat ibumu kena serangan jantung? Atau ayahmu yang mati bunuh diri karena merasa gagal? Dan melihat adik perempuanmu serta kerabat-kerabatmu menatapmu jijik dan mengucilkan mu? Kau sudah siap mental menghadapinya?", sahut panjang lebar pria bersurai kelam itu seraya menenangkan kekasih prianya ini yang mulai emosi.

Kepala pria blonde tersebut nampak menunduk mendapati perkataan kekasihnya ini ada benarnya juga.

"Apapun itu kedepannya, aku siap asal selalu bersama mu." Tegas pemuda blonde itu seraya mengangkat kepalanys perlahan.

Pria bersurai kelam tersebut nampak menyesal karena tlah meragukan kekasihnya ini. Dengan sebuah senyum tipis, lengan putihnya mengusap rahang tegas tan milik pria blonde itu dengan lembut.

"Aku pun sama, tapi terus terang.. aku tak sanggup jika harus melihat masa depan mu hancur karena ku.. percayalah padaku, semuanya akan baik-baik saja.. ikuti saja perkataanku.. oke?", menempelkan kening dengan kening, onyx tajamnya bertatapan dengan netra saphire milik pria blonde tersebut dalam diam.

Between you, me and HIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang