2. 𝓢𝓵𝔂 𝓑𝓸𝔂

590 72 24
                                    

Setelah Gusion sembuh dari penyakit keracunan makanannya, ia segera memasuki sekolah dimana kawasan anak-anak berada. Kalangan tersebut tentu saja memiliki peringkat kelasnya masing-masing. Di mana yang memiliki kuasa dan kekayaan tidak terhitung sampai turun temurun adalah orang yang paling dihormati.

Setelah pulang sekolah, Gusion akan memasuki perpustakaan milik Paxley yang begitu luas. Untuk pertama kalinya, ia membuka pintu putih dengan gagang pintu berwarna emas. Dia menemukan rak buku yang dibangun teramat tinggi sehingga harus menggunakan tangga demi mengambil buku sesuai keinginan.

"Ha! Anak haram berniat membaca buku, lucu sekali."

Gusion mendengar ejekan itu dari Eurisia yang menatapnya hina sambil menggendong Lidya, kucing ras Persia kesayangannya berwarna putih. Wanita itu langsung melenggang pergi meninggalkannya yang berniat masuk ke perpustakaan.

Hari ini Gusion tidak sekolah karena ini hari Minggu, ia menghabiskan banyak waktunya demi membaca buku atau menonton film action. Biasanya ia akan menemukan Aamon sedang memilih buku di perpustakaan. Jika Aamon melihat dirinya, pasti dia hanya bereaksi dingin dan tidak memedulikannya.

Gusion tidak begitu mengharapkan lebih perhatian kakaknya, dia sadar diri akan kastanya yang merupakan orang biasa sedangkan Aamon memiliki darah ningrat karena mendiang ibunya merupakan salah satu keturunan bangsawan. Gusion mengambil buku pilihannya, lalu pergi keluar dari perpustakaan hanya menemukan salah satu butlernya, William sedang berdiri didepannya. William merupakan orang yang Fanny kirimkan untuknya, pria ini juga yang menolongnya saat ia terkena racun makanan.

"Tuan muda, apa kau ingin makan malam?" tanya William dengan senyum kebapakannya menemani langkah kecil Gusion di lorong rumah mewah ini.

"Aku tidak bernafsu ikut makan dengan mereka." jawab Gusion enggan. Dia tidak betah melihat wajah Eurisia yang seperti ular dan Gerald, kakaknya yang gendut dan menyebalkan. Di tambah kehadiran Javier yang mampu membuatnya memuntahkan isi perutnya. "Minta Arlo untuk membuat makanan yang mudah dicerna, aku ingin membaca di kamarku."

William mengangguk. Dia segera melaksanakan perintah kecil tuan mudanya. Terlepas dia merupakan orangnya Fanny, Gusion tahu pria itu sangat memerhatikan dirinya.

Anak berusia sebelas tahun itu segera memasuki kamarnya, ia mengambil tempat duduk di atas sofanya yang menghadap ke televisi dan mulai membaca. Walaupun inti materi dari buku yang Gusion baca tidak begitu ia mengerti. Setidaknya dia harus mencoba menghafalkannya berkali-kali.

Knock! Knock!

"Tuan muda."

"Masuk, Will." sahut Gusion yang mulai memindahkan halaman bukunya dan membaca lagi.

Pintu kamarnya terbuka menampilkan William masuk membawa senampan berisi makanannya. William meletakkan nampannya di meja yang berada di depan Gusion.

Gusion melirik semangkuk sup jagung yang disertai oleh sayuran potongan kecil dan segelas air didepannya. "Will, aku penasaran apakah Aamon juga merasakan hal seperti apa yang kualami."

"Selama aku bekerja di kediaman ini, tuan Aamon tidak pernah sekali sakit terkena racun. Dia hanya sering mendapatkan masalah karena ulah madam." balas Will sambil mengaduk sup jagung tersebut. "Mungkin seperti seluruh pakaiannya tergunting menjadi tidak layak pakai, atau membuat miskomunikasi antara tuan Aamon dengan butlernya. Namun, tuan Aamon selalu punya cara membalasnya."

Gusion berhenti membaca bukunya, dia menyandarkan punggungnya pada badan sofa. "Seperti makan malam sebelumnya, kulihat Javier tidak berani meremehkannya. Apa itu karena pengaruh keluarga Frost begitu kuat?"

Night FlakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang