8. 𝓣𝔀𝓸 𝓘𝓵𝓵𝓮𝓰𝓲𝓽𝓲𝓶𝓪𝓽𝓮 𝓒𝓱𝓲𝓵𝓭𝓻𝓮𝓷

424 60 9
                                    

Tempat tinggal yang ia tinggali sekarang sangat nyaman. Asisten rumah tangga disini sangat ramah dan suka tersenyum padanya. Diikuti interior rumah yang terbuat dari mahoni membuat Lesley terkesima karena bisa menilai bentuk desainnya masih memiliki kesan berada di kastil Eropa. Dibandingkan saat berada di Paxley, Lesley menyadari bahwa disini Gusion memiliki sifat sangat perfeksionis menata dekorasi rumahnya.

'Pasti harganya tidak sedikit.' batinnya sesaat merasakan dinding rumah ini terbuat dari batu yang berkualitas.

Lesley merapatkan syalnya demi menutupi gaun tidurnya yang tipis. Dia menuruni lantai dua melalui tangga. Ketika waktu berlangsung malam, suasana dirumah ini menjadi sangat sepi dan gelap. Ia menyalakan senter melalui handphonenya agar tidak menabrak saat berjalan.

Dia memasuki taman bunga yang ada dirumah ini, halaman yang dibangun tidaklah luas. Namun terasa nyaman dengan adanya tanaman hias beragam jenisnya.

Entah mengapa udara malam di musim ini terasa panas. Mungkin karena tanaman didepannya sedang mengeluarkan karbondioksida jadi udara yang Lesley rasakan cukup menyesakkan. Pada akhirnya Lesley menyalakan keran demi membuat rumput yang dipijakinya basah.

"Apa yang kau lakukan?"

Lesley terkesiap sehingga refleks ia mengangkat selang airnya. Orang yang bertanya itu mengejutkannya refleks selang airnya terangkat menyiramnya.

"Oof... Maafkan aku!" ringis Lesley menyadari bahwa Gusion yang bertanya padanya. "Aku merasa hawa di taman ini panas, jadi aku membasahi rumput-rumput ditamanmu."

Walaupun pria itu tidak menunjukkan wajahnya, Lesley bisa mengetahui bahwa Gusion tengah keheranan. Mendadak Lesley bisa menghirup wangi bunga mawar seketika lelaki ini datang.

"Ini tamanmu juga."

"?"

Gusion memeras ujung pakaiannya hingga beberapa tetes air keluar. "Kita sudah menikah, jadi apa yang kumiliki disini merupakan milikmu juga."

Meskipun ia belum tahu jelas karakteristik Gusion Paxley, namun tanpa sadar mulutnya mengeluarkan tawa kecil. Dia meletakkan selang air ke tempatnya seperti semula. "Kau tahu pernikahan kita hanya demi keuntungan kedua belah pihak."

"Aku tahu." Gusion mendecak, ia tidak mengerti mengapa Fanny meminta ia berhubungan baik dengan perempuan yang sekarang berstatuskan istrinya. Padahal hubungan mereka hanya sebatas formalitas.

"Karena kita sama-sama mengerti, aku ingin kau memberikan akses untukku masuk ke website milik Paxley." todong Lesley tanpa basa-basi mengatakan keinginannya.

"Hmm?" Iris dari balik topeng tersebut terlihat bersinar. "Aku sudah menduga bahwa kau berniat menyentuh isi perusahaan dengan setuju menikahiku. Tidak kusangka kau akan mengatakannya terus terang padaku."

"Aku tidak memiliki pilihan. Keluargamu memiliki koneksi teknologi lebih canggih." ujar Lesley sambil mendekati lelaki tinggi didepannya. "Aku harus mendapatkan apa yang kubutuhkan demi menjadikanmu pewaris sesungguhnya."

Sebenarnya Gusion hanya menganggap perusahaan milik ayahnya merupakan batu lompatan, tetapi karena Lesley memiliki jalan pikiran berbeda dengannya membuat ia tertarik ingin mengetahuinya.

"Pewaris sesungguhnya? Pfft!"

Lesley tahu bahwa perkataannya terdengar seperti lelucon. Lagipula apa yang bisa diharapkan dari anak di luar nikah seperti mereka berdua?

"Baiklah, sebaiknya kita bicara di dalam." Gusion mulai mengajaknya masuk untuk membicarakan ini di ruang santai. "Kau bisa menjelaskan segalanya padaku. Aku tidak akan menertawakanmu."

Night FlakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang