14. 𝓓𝓲𝓼𝓽𝓪𝓷𝓬𝓮

394 67 15
                                    

Unknown Place
21.00

"Aku dengar Alice telah melarikan diri ke Italia. Dia juga sudah berkeluarga dan memiliki seorang anak. Tapi, anaknya ditemukan tewas tenggelam di sungai kanal. Tubuhnya memiliki banyak sayatan."

Orang yang mendengarkan berita tersebut membaca berkas yang diberikan sekretarisnya. Dia masih belum memberi komentar ketika mengetahui berita tersebut.

"Apa rencanamu selanjutnya?" tanya sekretarisnya penasaran.

"Entahlah, sudah beberapa tahun berlalu. Aku mengejarnya karena dia satu-satunya orang yang tersisa harus kubunuh."

"Kau akan diam saja?"

"....Tidak." jawabnya setelah menjeda.

"Ehm, kusarankan berhati-hati saat kau pergi ke Italia nanti. Perusahaan terbesar saat ini adalah Paxley."

"Aku mengerti."

"Dan berhati-hatilah dengan Night Owl."

"Night Owl adalah..." Orang itu membuka lembaran selanjutnya dan menemukan banyaknya kasus pembunuhan orang-orang berpengaruh. "Ah begitu rupanya." gumamnya karena baru memahami.

"Jangan coba-coba kau pancing assassin itu."

"Memang kenapa?"

"Orang Italia kalau membuat kejahatan itu sangat halus dan elegan. Berbeda denganmu yang barbar dan tidak takut dikejar polisi."

"Beda negara, beda orang." jawabnya santai.

"Kau ini bos yang sulit sekali mendengarkan saranku." keluh sang sekretaris melihat sikap bosnya tidak takut oleh apapun.

"Tugas kau disini bekerja untukku dan aku membayarmu sesuai pekerjaanmu." balas si bos tanpa memikirkan sekretarisnya yang hampir menjadi budak korporat.

"Yeah, baiklah. Terserah kau saja!"

Sekretaris itu kemudian teringat sesuatu. "Oh ya, ibumu menghubungimu." bebernya sambil membuka tabnya.

"Padahal belum lama ini dia kemari dan mengomeliku, tapi sudah pulang pun dia cerewet sekali." ucap si bos yang merasa jengkel.

Knock Knock

Obrolan mereka terhenti karena ada yang mengetuk pintu ruangan sang direktur. Dua orang yang tadinya berceloteh segera menoleh ketika muncul seorang wanita tersenyum padanya dengan bocah kecil disampingnya masuk ke ruangan.

"Kurasa obrolan kita cukup sampai disini."

Sang sekretaris mengangguk, ia menuruti perkataan bosnya yang mengusirnya secara terang-terangan.

"Oh, lihat! Sekarang kau sudah tumbuh besar." urai sang sekretaris yang melihat manisnya anak itu.

"Tentu saja! Ini karena aku rajin makan sayur." Anak itu merespon bangga dan membiarkan si sekretaris tertawa sambil mengusap kepalanya.

"Kalau begitu, aku pergi dulu bos kecil." pamitnya keluar. Dia memberi anggukan pada sang wanita yang merupakan ibu si anak kecil sebagai sapaan ringan.

"Bye, bye paman!" seru anak itu senang.

Pria kecil itu kini berlari kearah sang bos dan memegang kakinya. Matanya yang berwarna biru memandang ayahnya penuh binar. "Aku dengar paman mengatakan Italia, apa kita akan pergi kesana?"

Sang bos melirik surat undangan yang dikirimkan padanya, surat bertuliskan adanya pesta relasi yang bersangkutan dengan beberapa pengusaha.

"Kau mau berlibur kesana? Aku akan memesankan tiket nanti untuk kita pergi." balasnya seraya mengelus anaknya penuh kasih.

Night FlakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang