3. 𝓣𝓲𝓶𝓮 𝓟𝓪𝓼𝓼𝓮𝓭

472 71 34
                                    

Suara jeritan memekakkan telinga bagi siapapun yang mendengarnya. Eurisia menjatuhkan boks yang baru saja dia buka beberapa menit yang lalu. Teriakannya tentu saja mengundang para penghuni melihat apa yang terjadi pada madam Paxley.


"Madre, ada apa? Apa yang terjadi?" Gerald yang kini berusia dua puluh lima tahun memegang lengan ibunya. Karena dia telah memasuki usia mulai matang, tubuhnya sudah tumbuh tinggi seperti Aamon.

"Da-Darah... Ada yang berniat membunuhku...." Eurisia mulai gemetar ketakutan menunjuk boks berwarna putih yang tergeletak di atas rumput. Mereka berada di halaman rumah yang luas, Eurisia mendapatkan paket misterius berbentuk boks berwarna putih dengan pita berwarna ungu.

Gerald yang mendengar perkataannya, memberikan isyarat pada pelayan terdekat untuk mengambil boks tersebut.

"Kyaa!!"

Pelayan itu menjerit mengetahui isinya, Gerald yang melihat pelayannya bereaksi seperti ibunya mulai bergerak maju. Dia segera mengambil alih boks itu kemudian terhenyak mengetahui apa yang ada didalamnya.

Terdapat tikus mati membuat bau bangkai itu menusuk melalui indra penciumannya. Tak lupa darah kering yang memenuhi isi boks disertai secarik kertas kecil di bagian tubuh tikus mati itu.

D'ora in poi sei morto*

(*Mulai sekarang kau mati)

"Ini sebuah ancaman." desis Gerald sambil memberikan boks itu kepada butlernya untuk segera membuangnya. "Perketat lagi keamanan dan meminta bodyguard untuk menjaga Madre!"

Setelah Gerald mengatakan itu, beberapa lelaki berjas hitam mulai mendekat Eurisia. Pelayan Eurisia segera menuntun madam itu ke dalam rumah. Gerald segera memanggil butlernya dan berbisik. "Selidiki siapa yang mengirim boks itu dan beri ganjaran yang setimpal!"

"Tu-Tuan, sebenarnya ancaman ini tidak sekali dua kali madam mendapatkannya. Satu bulan yang lalu mobil yang ditumpangi nyonya Eurisia pun hampir mengalami kecelakaan karena kabel remnya putus." adu butlernya karena merasa ganjil akan kejadian terhadap Eurisia selama ini.

"Jadi, apa maksudmu?!"

"Sebenarnya nyonya Eurisia sudah lama mendapatkan ancaman seperti ini sehingga kondisi madam sangat histeris."

"Dia seperti ini karena kinerja kalian yang bodoh! Cepat selesaikan masalah ini! Aku tidak mau melihat kejadian macam boks ancaman itu dihadapanku!!"

Butlernya segera membungkuk dan langsung menjalankan perintahnya. Gerald mulai memicingkan matanya mengetahui ada yang berani mengusik Paxley. Bahkan, ancaman ini tidak berlangsung sekali dua kali sampai ibunya merasa trauma. Jika dia menemukan siapa pelakunya, ia tak akan melepaskannya.

Tak jauh dari keramaian di lantai bawah, Fanny menutup tirai kamar lalu berjalan kearah Gusion yang sedang menonton dengan tumpukan buku-buku di atas meja. Lelaki itu sedang menikmati film action yang diperankan Angelina Jolie dengan potongan waffle di mulutnya.

"Hei, kau harus tahu reaksi wanita itu saat membuka boksnya." celetuk Fanny menggebu-gebu sambil tergelak puas. Dia sangat terhibur melihat Eurisia mengalami syok berat dan Gerald yang kalang kabut di lantai satu. "Lucu sekali, aku rela menghabiskan makaroniku demi melihat mereka seperti itu lagi."

"Mmh..." Gusion menelan wafflenya setelah mengunyahnya. Dia membuka buku mengenai pelajaran web programming, hanya inilah kegiatan yang dia lakukan setelah dirinya lulus berkuliah dan terjun langsung ke perusahaan. "Aku pikir dia wanita cukup tangguh. Rupanya dia hanya pesolek malas."

Night FlakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang