"Jadi dia siapa?" tanya Reliya. Gadis itu bersekekap dada, menatap Gama segalak mungkin.
"Mantan," jawab Gama santai. Reliya berdecak sebal melihat Gama.
"Kamu masih suka sama dia?" Gama menghela napas malas. Karena dia rasa pertanyaan Reliya benar-benar tak perlu dia jawab.
"Kalau masih suka kenapa gue putus coba." Reliya menyengir. Iya juga, jika masih suka tak mungkin Gama malah menjadi suaminya.
"Aku enggak mau ya mas Gama diem aja kalau digoda sama cewek itu!" ancam Reliya.
"Enggak akan!" bantah Gama. Mendengar itu Reliya tersenyum, sudah pasti Gama akan memilihnya.
"Ngapain senyum-senyum?" Gama menatap istrinya penuh selidik. Merasa jika Reliya memikirkan hal yang tidak-tidak.
"Enggak kok!" Elak Reliya.
"Sana masak!" Gama bangkit membuat Reliya langsung berdecak sebal.
"Mas Gama aja yang masak!" tolaknya. Gama menggelengkan kepala tak habis pikir, kenapa dia bisa khilaf menikahi bocah seperti ini.
***
"Wah, makanan datang!" Gama memutar bola mata malas saat melihat Reliya sudah heboh bertepuk tangan.
"Baik banget suami aku," pujinya, Gama bahkan sama sekali tak merasa tersanjung karena hal itu.
"Enak." Reliya menunjukkan kedua jempolnya sambil mengangguk puas.
"Kalau makan itu diem," tegur Gama jengah. Karena sedari tadi Reliya sama sekali tak berhenti bersuara.
"Hm." Reliya memutar bola mata malas mendengar teguran dari Gama.
Suara ketukan pintu membuat Gama dan Reliya kompak beradu pandang. Reliya menaikkan alisnya, seolah bertanya kepada Gama.
"Gue bukain dulu." Reliya mengangguk. Memutuskan tetap melahap makanan dan membiarkan Gama yang membuka pintu.
"Lama banget, sih?" Reliya berdecak sebal. Karena penasaran Reliya bangkit, memutuskan untuk menyusul ke depan.
"Siapa?" Reliya menyembulkan kepalanya dari balik tubuh Gama. Menatap seseorang di depan Gama dengan tatapan kesal.
"Ngapain ke sini, sih?" tanyanya setelah ke luar dari balik tubuh suaminya.
"Gama," sapa Agnes tanpa peduli tatapan tak bersahabat dari Reliya.
"Ada apa?" tanya Gama terkesan dingin.
"Aku mau masuk dulu." Tanpa malu Agnes menerobos masuk ke dalam rumah Reliya dan Gama. Hal itu membuat Reliya semakin geram.
"Heh tante-tante enggak tau malu!" teriak Reliya kesal. Agnes menoleh, menatap Reliya dengan pandangan bertanya.
"Lo enggak ada malu banget, sih?"
"Oh ternyata gini istri Gama? Enggak bisa menyambut tamu dengan baik." Agnes berjalan mendekat. Menatap Reliya dengan tatapan mencemooh.
"Seharusnya setelah putus sama aku, mas Gama dapat yang lebih selevel." Reliya mengepalkan tangannya.
"Jaga ucapan lo!" Gama langsung menggenggam tangan Reliya saat gadis itu ingin mendekati Agnes.
"Mas Gama apa-apaan, sih?!"
"Liat Gama aja masih bela mantannya." Reliya menatap Gama kecewa, berusaha melepaskan cekalan tangan Gama. Namun, semuanya sia-sia.
"Pergi, Agnes!" ucap Gama penuh penekanan. Bahkan sangat ketara jika lelaki itu menyimpan emosi dari setiap katanya.
"Jangan sampai gue berbuat kasar," ancam Gama.
"Pergi!" usirnya sekali lagi.
"Oke, aku pergi." Agnes menatap Reliya penuh permusukan. Setelah itu langsung pergi dari sana begitu saja.
"Mas," panggil Reliya.
"Maaf." Reliya menganggukkan kepalanya.
"Aku enggak bermaksud diam aja." Reliya tersenyum langsung memeluk Gama. Dia sangat percaya Gama tak mungkin membiarkan orang lain masuk ke dalam hubungan mereka.
"Sana lanjut makan." Reliya mengangguk, menggenggam tangan Gama lalu membawa lelaki itu kembali ke dapur.
Diam-diam sudut bibir Gama terangkat. Dia merasa gemas dengan sikap Reliya, ingin rasanya mencubit kedua pipi gadis itu.
TBC
W
ajib follow instagram aku @dilamckz. Kalau enggak follow kita musuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Tetangga (End)
Romance[Tetangga series] Complete Reliya terbiasa hidup dekat dengan keluarga Gama, bahkan dia sudah menganggap kedua orang tua Gama itu sebagai orang tuanya. Reliya itu cengeng, manja, jahil. Karena itu sedari kecil Gama tak menyukai gadis itu, tetapi ka...