Kembali

6.2K 412 4
                                    

Reliya bersenandung kecil sambil mengeratkan pegangannya pada kedua tali tas. Sejak baiknya hubungan dia dan Gama, gadis itu kembali seperti biasanya. Bawel, jahil, dan tentunya manja.

Dia menendang kerikil yang menghalanginya, hari ini Gama berjanji akan mengajaknya jalan-jalan, karena itu Reliya tak sabar sampai ke rumah.

Saat sampai di depan rumah Gama kening Reliya mengerut saat melihat mobil asing terparkir rapi di sana. Jiwa penasaran Reliya bangkit, gadis itu berjalan cepat masuk ke dalam rumah Gama.

"Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam."

Tubuh Reliya membeku melihat dua sosok yang begitu dia rindukan. Wajahnya berubah datar saat melihat senyum keduanya.

"Reliya sayang sini, Nak!" Reliya tak bergeming, tetap menatap keduanya dengan tatapan datar.

"Kamu enggak kangen sama Mama?" Reliya tersenyum mengejek. Apa katanya, kangen?

"Mama Lina!" Bukannya memeluk ibu kandungnya Reliya malah memeluk Lina dengan erat, membuat semua orang yang di sana menatap kaget.

"Aku mau ketemu Mas Gama, dia janji mau ajak aku jalan-jalan!" Reliya ingin melangkah ke arah tangga, tetapi suara Lina membuatnya berhenti.

"Kamu jangan bersikap begitu, Reliya." Reliya membalikkan tubuhnya.

"Reliya cuma mau main sama Mas Gama, emangnya salah?" Lina menatap sedih gadis remaja itu. Dia tau seberapa kecewa Reliya tentang kepergian orang tuanya selama bertahun-tahun.

"Lagi pula aku enggak kenal mereka, mereka cuma orang asing." Reliya berlari menaiki tangga, bahkan tak peduli saat Lina beberapa kali memanggil namanya.

"Mas Gama buka!" teriaknya mengetuk pintu kamar Gama secara brutal.

Gama membuka pintu, menatap kesal ke arah Reliya yang menganggu tidurnya. Tanpa disuruh Reliya langsung masuk ke dalam kamar Gama, tak lupa mengunci kamar tersebut.

"Kenapa?" Bukannya menjawab Reliya malah memeluk tubuh Gama, membuat sang empunya semakin bingung.

"Kenapa mereka baru dateng?"

"Siapa?" tanya Gama semakin bingung.

"Mama," jawabnya dengan terisak.

"Mama kan enggak pergi ke mana-mana," balas Gama, yang dia maksud adalah Lina.

"Bukan mama Lina, mama kandung aku." Gama akhirnya mengangguk paham.

"Kamu marah sama mereka?" tanyanya lembut, tak ingin Reliya semakin sedih.

"Aku udah enggak perlu mereka, aku cuma perlu kalian." Gama menghela napas, dia tau bagaimana perasaan gadis ini.

Gama melepaskan pelukannya, menyuruh Reliya agar duduk di ranjangnya.

"Udah jangan nangis." Gama menghapus air mata Reliya, menarik sudut bibir gadis itu agar tersenyum.

"Nanti cantiknya ilang," lanjut Gama.

"Reliya," panggil Lina dari luar.

"Sebentar." Gama membuka pintu untuk Lina, membiarkan ibunya itu berbicara dengan Reliya.

"Ayo ke luar," ajak Lina lembut. Reliya menggelengkan kepalanya menolak.

"Kenapa, hm?" Reliya menggelengkan kepalanya dengan wajah penuh air mata.

"Aku mau jalan-jalan sama Mas Gama aja." Reliya kembali memeluk Gama. Lina menghela napas pasrah.

"Temuin dulu orang tua lo, kalau enggak gue enggak mau temenan sama lo lagi," ancam Gama.

Mas Tetangga (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang