''Udah sarapan?'' Reliya menggeleng sebagai jawaban.
''Masak sana,'' Perintahnya. Reliya mendengkus sebal. Tak bisakah Gama tak membuatnya kesal sekali saja.
''Kenapa?'' tanya Gama yang mengerti tatapan istrinya itu.
''Kenapa enggak kamu aja, sih?'' tanyanya kesal. Gama menatap Reliya tajam, kenapa peran mereka seakan-akan terbalik.
"Iya deh aku yang masak," balas Reliya dengan nada kesal. Melihat itu Gama tersenyum puas, memilih merebahkan kembali dirinya di ranjang.
"Dih, bukannya bantuin juga." Reliya mengentakkan kakinya kesal ke luar dari kamar, melihat itu Gama sama sekali tak berniat membujuk, malah menatap punggung Reliya dengan senyum geli.
"Gue masakin mie aja!" teriak Reliya dari dapur. Gama menggelengkan kepala tak habis pikir dengan Reliya, tetapi tetap memilih tak acuh.
Tak lama dari itu Reliya datang dengan dua mangkuk berisi mie, tak lupa dengan wajah masamnya.
"Uluh-uluh, maacih sayang." Wanita itu bergidik ngeri melihat tingkah suaminya.
"Jijik," balasnya membuat Gama tertawa puas.
"Makan cepet!"
"Iya-iya." Gama langsung melahap mie buatan Reliya dengan lahap. Entah mengapa dengan melihat itu tiba-tiba hati Reliya merasa menghangat.
"Uh, enak," puji Gama.
"Bohong banget, rasa mie biasa juga." Gama mengacak rambut Reliya gemas. Hal itu membuat senyum tipis langsung terukir di wajah cantik wanita itu.
"Gitu dong senyum." Reliya mengangguk, memilih melahap mie nya yang masih panas.
"Love you." Tangan Reliya berhenti diudara, menatap Gama dengan pandangan terkejut.
"Enggak dibales, nih?" Gama menaik turunkan alisnya bermaksud menggoda.
"Love you too," balas Reliya sambil mengecup singkat bibir Gama. Hal itu membuat Gama menatap Reliya jahil.
"Udah berani, nih?" Reliya memutar bola mata malas, memilih tak membalas ucapan Gama.
Gama yang gemas langsung membalas Reliya ke dalam pelukannya. Sebenarnya dia masih tak menyangka akan menikah diusia muda, apa lagi bersama dengan Reliya. Seseorang yang selalu membuatnya darah tinggi.
"Aku mau makan loh." Reliya mendorong Gama hingga pelukan mereka terlepas.
"Yaudah abisin." Reliya mengangguk. Walau dia menolak diam-diam bibir wanita itu tersenyum, tak menyangka pernikahan yang dia alami tak seburuk yang pernah dia bayangkan.
***
"Ngapain sih sibuk banget?" Gama tersentak kaget saat merasakan ada yang memeluknya dari belakang.
"Lagi ngerjain tugas," jawabnya. Reliya ber oh ria.
"Aku juga pengen sekolah lagi." Gama menarik Reliya, memeluk gadis itu dengan erat.
"Aku bukannya ngelarang kamu sekolah, tapi bukannya lebih baik kamu fokus urus rumah tangga aja?" Reliya mengerucuti bibir sebal mendengar jawaban Gama.
"Kamu nyesel ya nikah sama aku?" tanya Gama dengan wajah sedih. Reliya sontak menggeleng kuat, membantah ucapan sang suami.
"Bukan gitu," sanggahnya.
"Terus?"
"Aku cuma pengen ngerasain punya temen." Reliya menundukkan kepalanya. Hal itu membuat Gama merasa bersalah.
"Padahal aku enggak pernah larang kamu punya temen, atau main di luar." Reliya mengangguk, memang Gama tak pernah menuntutnya lebih.
"Jangan sedih lagi, ya. Aku janji bakal bahagiain kamu." Reliya tersenyum. Tak seharusnya dia mengecewakan Gama, seharusnya dia mengerti. Lagi pula dia rasa lulus SMA saja pun tak masalah.
"Udah ah melow terus." Reliya mendengkus mendengar ucapan Gama. Tak bisakan lelaki itu romantis sehari saja.
"Aku mau mandi." Reliya masuk ke dalam kamar mandi dengan membanting pintu. Membuat Gama mengelus dada sabar melihat tingkah laku istrinya.
"Kenapa lebih galakan dia, sih?" tanyanya tak habis pikir.
***
Hai
Kependekan, ya?
Maaf banget lama upnya. Nanti malem aku janji bakal tambah panjangin part ini. Kalau ada waktu aku bakal tambah part lagi.
Jangan lupa follow IG aku, ya.Makasih yang udah vote dan komen!
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Tetangga (End)
Romance[Tetangga series] Complete Reliya terbiasa hidup dekat dengan keluarga Gama, bahkan dia sudah menganggap kedua orang tua Gama itu sebagai orang tuanya. Reliya itu cengeng, manja, jahil. Karena itu sedari kecil Gama tak menyukai gadis itu, tetapi ka...