Perhatian yang Tak Terlihat

6.6K 494 2
                                    

Reliya menatap pantulan dirinya di cermin. Dia tersenyum lebar sambil memastikan kembali penampilannya. Hari ini dia akan ke kampus Gama, jika ditanya untuk apa? Reliya mengantarkan tugas Gama yang tertinggal di rumah.

Sebenarnya Lina yang diminta mengantarkannya, tapi Lina memang wanita berhati baik. Dia menyuruh Reliya, tanpa tau bagaimana sikap pengacau gadis satu itu.

Kali ini Reliya memutuskan menaiki ojek online. Bukan apa-apa, sepertinya mulai sekarang Reliya harus pintar-pintar mengurus uang. Walau sebenarnya Reliya bisa menggunakan sesukanya, tapi Reliya rasa ia tak begitu butuh. Lagi pula kadang Lina juga sering memberinya uang saku.

Hari ini dia memakai baju crop panjang dipadukan dengan rok di atas lutut. Rambutnya ia gerai begitu saja, Reliya rasa itu tak masalah.

Kaki jenjangnya melangkah ke luar dari rumah. Ojek online yang sebelumnya ia pesan ternyata sudah menunggu di depan rumahnya.

Reliya tak sabar. Melihat-lihat kampus Gama.

                               ***

Reliya menatap kagum bangunan besar di depannya, ia jadi ingin bersekolah di sini, tetapi sepertinya otaknya sama sekali tak cocok.

Kaki jenjangnya melangkah pelan memasuki kampus itu. Matanya sedari tadi menatap sekeliling, siapa tau tiba-tiba bertemu Gama di jalan.

Banyak pasang mata menatap ke arahnya penasaran, pasalnya wajah Reliya sangat asing. Kampus tempat Gama menimba ilmu ini memang bebas untuk umum, jadi Reliya biasa-biasa saja.

Reliya berhenti di tempat yang bertulisan perpustakaan. Memang sebelumnya Gama menyuruh Lina menunggu di sini.

"Bukan anak sini, ya?" tanya seseorang yang kebetulan lewat. Reliya menggeleng sambil tersenyum tipis menjawabnya.

Dia bergerak tak nyaman karena beberapa orang bertanya tentang dari mana ia berasal. Reliya merasa seperti alien yang baru saja jatuh ke bumi.

"Kok elo?" Reliya menoleh, menatap tak suka Gama yang sedang berjalan mendekat ke arahnya. Dia kira Gama akan tersenyum dan mengucapkan terima kasih.

"Di suruh Mama," jawabnya sambil menyodorkan tas yang Gama pinta. Gama mengangguk, menerima tas dari Reliya.

"Ngapain pake baju begitu?" tanya Gama tak suka. Reliya langsung memerhatikan penampilannya, ia rasa tak ada yang salah.

"Ini di tempat umum. Kalau mau pake baju yang sopan," cerocos Gama, sangat terlihat dari tatapannya jika cowok itu tak menyukainya.

"Kan cuma bentar," bantah Reliya membela diri. Sebenarnya dia sudah tau akan berujung seperti ini, karena Gama memang sangat ribet masalah pakaian.

"Lain kali jangan pake baju kurang bahan gitu," perintahnya. Reliya mengangguk pasrah, dari pada semakin menjad pusat perhatian. Bahkan sekarang sudah banyak yang memerhatikan mereka.

"Pulangnya naik apa?" tanya Gama.

"Ojek," balas Reliya.

"Pake taksi aja," ucap Gama memberi usul.

"Ih nanti boros," tolak Reliya. Mendengar itu Gama mendelik sebal, karena dia tau bagaimana sifat Reliya yang sok ingin mengirit uang. Karena ujungnya gadis itu akan membeli album-album dari boyband Korea kesukaannya.

"Gue yang bayar," ucap Gama akhirnya. Reliya mengangguk pasrah.

"Ayo." Gama menarik tangan Reliya. Reliya langsung menatap sekelilingnya gugup, saat beberapa orang menatap tak suka ke arahnya. Dapat ditebak Gama cukup populer di kampusnya.

Gama mengantar Reliya sampai gerbang kampusnya, menunggu gadis itu naik taksi lalu pergi.

Diam-diam Reliya tersenyum. Walau terkesan sinis, Gama itu sebenarnya sangat peduli dengan dirinya. Ini bukan yang pertama, karena sejak kecil Gama selalu bersikap seperti ini.

"Langsung pulang jangan keluyuran," ucap Gama saat Reliya akan menaikkan taksi. Reliya mengangkat jempolnya sambil menganggukkan kepala.

Sebenarnya Gama tak ingin membiarkan Reliya menaikkan taksi sendirian, tapi sebentar lagi kampusnya akan dimulai. Dia menghela napas, kenapa dia seperti seorang ayah yang melepas anaknya untuk jalan-jalan sendirian.

TBC

Mas Tetangga (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang