Calon Ibu?

6.1K 338 19
                                    

Reliya mengerjapkan matanya, berusaha menormalkan penglihatan. Kedua matanya menyusuri sekeliling, dia mengernyit bingung berada di mana.

"Kamu udah sadar?" Suara seseorang membuyarkan lamunan Reliya. Ketika menoleh matanya seketika membesar kaget.

"Mas Gama!" Sangking semangatnya Reliya langsung terduduk.

"Udah tidur lagi." Gama membantu Reliya kembali merebahkan diri. Sedari tadi pandangan Reliya tak lepas dari wajah suaminya itu.

"Mas Gama kok di sini?" tanyanya bingung. Setaunya kemarin Gama memilih pergi mengurus Agnes.

"Iya aku di sini." Gama menggenggan jemari Reliya.

"Kok aku di sini?" tanya Reliya. Baru sadar jika dia berada di rumah sakit.

"Kamu pingsan kemarin."

"Pingsan?" tanya Reliya tak percaya.

"Aku ada kabar baik buat kamu." Reliya mengerjapkan mata, menatap Gama penuh ketertarikan.

"Apa?" tanyanya antusias.

Reliya mengernyit saat Gama malah menyentuh perutnya.

"Kenapa?" tanya Reliya.

"Di sini ada calon anak aku." Mulut Reliya menganga tak percaya, kedua matanya berkaca-kaca menahan tangis. Sungguh dia tak percaya dengan apa yang diucapkan Gama.

"Anak aku?" tanyanya membuat Gama gemas. Gama mengecupi pucuk kepala Reliya, mengangguk membenarkan.

"Aku bakal jadi ibu?" Gama lagi-lagi mengangguk.

Reliya langsung memeluk Gama erat, bahkan sekarang sudah tak bisa menahan tangis bahagia lagi.

"Aku bakal jadi ibu," gumamnya. Gama tersenyum melihat reaksi Reliya. Walau terkesan jahil dengan anak kecil, Gama sangat tau jika sang istri sangat menyukai makhluk kecil itu.

"Sayang, mama bakal jagain kamu," ucapnya setelah pelukan mereka terlepas. Gama mengulas senyum melihat Reliya.

"Kita jaga sama-sama." Reliya mengangguk antusias.

"Maafin aku kemarin," ucap Gama pelan. Lelaki itu menundukkan kepala merasa bersalah, apa lagi ketika melihat istrinya pingsan kemarin. Dia jadi menyalahkan diri sendiri.

"Aku udah maafin." Gama tersenyum.

"Tapi kamu enggak ngapa-ngapain kan sama tante itu?" Reliya menatap Gama penuh selidik. Gama menggeleng polos seperti anak kecil.

"Suer, aku cuma nemenin dia. Abis itu juga aku pulang."

"Aku percaya," ucap Reliya. Dia percaya jika Gama tak mungkin menghianatinya. Dia percaya jika Gama tidak akan meninggalkannya, karena Reliya sudah tau bagaimana sikap Gama sedari mereka masih kecil.

"Makasih, Sayang." Gama merentangkan tangannya, mengisyaratkan agar Reliya memeluknya. Reliya menurut, memeluk Gama dengan erat.

"I love you."

"I love you too."

                                  ***

"Reliya udah diem di situ aja!"

"Sayang! Jangan ke mana-mana!"

"Kamu ngapain sih lari-lari!"

"Sayang!"

"Apa lagi mas Gama?" Reliya bertanya jengah. Entah sudah keberapa kali Gama berteriak melarangnya melakukan sesuatu.

"Jangan banyak gerak nanti kamu capek." Reliya mengembuskan napas kasar. Menatap Gama dengan pandangan malas.

"Kalau aku capek aku udah duduk dari tadi." Gama menatap Reliya kesel.

"Nanti anak kita capek, loh." Reliya tertawa mendengar ucapan Gama. Sungguh dia seperti tak mengenal Gama, lelaki itu sungguh tak bisa diam saat mengetahui dirinya telah berbadan dua.

"Iya, deh. Aku enggak capek-capek," final Reliya menyerah. Akhirnya Reliya duduk di sebelah Gama, memutuskan mengalah.

"Apa kita cari pembantu aja?" Reliya langsung menggeleng kuat menolak.

"Aku masih bisa urus semuanya."

"Aku ini tau gimana kamu dulu," sela Gama.

"Kan dulu!" bantah Reliya tak terima. Dia jadi menyesal dahulu sangat malah.

"Pokoknya kita cari pembantu, aku enggak mau kamu kecapean." Religa tersenyum paksa, menyerah.

"Tapi separuh pekerjaan rumah aku yang kerjain." Gama mengangguk.

"Tapi janji jangan capek-capek?" Reliya mengangguk tegas.

"Iya, Mas." Gama mengangguk lega.

Dia sebenarnya hanya khawatir. Mengingat Reliya mengandung saat diumur terbilang masih muda. Dia jadi takut terjadi apa-apa dengan wanitanya, jika tau begini Gama akan berpikir dua kali menikahi bocah kecil seperti Reliya.

"Kamu mikirin aneh-aneh, ya?" tubuh Reliya.

"Enggak sayang."

"Bohong!"

"Mikirin aneh-aneh sama istri sendiri enggak apa-apa, dong?" Gama menaik turunkan alisnya menggoda Reliya, melihat itu Reliya menatap kesal Gama.

"Dasar mesum!" teriaknya melempari Gama dengan bantal kursi. Gama tertawa keras, langsung berlari memasuki kamarnya.

Kembali lagi dengan couple Gama dan Reliya.
Jangan lupa vote dan komen, share juga ke teman-temannya.

Mas Tetangga (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang