Tragedi

5.1K 284 9
                                    

"Dari mana aja, sih?" Reliya bersedekap dada menatap Gama kesal.

"Kan aku habis beli makanan, Sayang." Gama memeluk pinggang Reliya. Membawa wanita itu untuk duduk di salah satu kursi dekat pantai.

"Lama banget," cibir Reliya kesal. Moodnya mendadak buruk karena bertemu dengan Agnes.

"Maaf deh, besok-besok enggak diulangin." Gama menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Reliya, menatap wanita dengan wajah bulat itu dengan pandangan gemas.

"Makan dulu, gih." Reliya mengangguk.

Gama tersenyum, mengelus kepala serta perut Reliya bergantian. Calon ayah itu merasa tak sabar menunggu buah hatinya.

"Yang sehat anak papa di sana."

"Iya Papa." Reliya menjawab dengan suara dibuat seperti anak kecil.

"Abis ini langsung pulang, oke?" Reliya mengangguk patuh, karena memang dirinya sudah lelah.

Gama tersenyum hangat, hanya melihat istri dan calon anaknya tetap sehat. Gama sudah lebih dari cukup merasa bahagia.

                                ***

Setelah dari pantai, keduanya langsung memutuskan pulang ke rumah. Salah satu alasannya karena Reliya sudah mulai mengeluh lelah.

"Kamu tidur aja dulu," ucap Gama yang melihat Reliya sepertinya menahan kantuk.

"Eh bentat!" Dengan tiba-tiba Gama menghentikan mobilnya. Dia menatap kesal Reliya.

"Kenapa teriak-teriak, sih?" Reliya menyengir melihat tatapan kesal Gama.

"Itu." Reliya menunjuk sebuah gerobak batagor dengan mata berbinar. Melihat itu Gama menghela napas sabar, istrinya benar-benar membuatnya hampir jantungan.

"Biar aku yang pesenin."

"Eh jangan!" cegah Reliya saat Gama ingin turun dari mobil.

"Kenapa?" tanya Gama.

"Aku mau beli sendiri." Reliya menyengir lebar.

"Yaudah hati-hati, nyebrangnya liat yang bener." Reliya mengangguk antusias.

"Lagian aku udah besar, loh. Tunggu di sini, ya!" Reliya turun dari mobil, tak lupa melihat sekitarnya. Memastikan tak ada kendaraan yang melintas.

Gama dari mobil tersenyum melihat wajah cerah Reliya. Wanita itu terlihat sangat bahagia walau dengan hal-hal sederhana.

Namun, senyum Gama luntur saat melihat Reliya menyebrang tanpa melihat sekitarnya.

"Reliya," ucap Gama panik saat melihat mobil melaju kencang ke arag Reliya.

Dengan perasaan khawatir Gama ke luar dari mobil, berusaha menarik Reliya. Namun, semuanya sia-sia saat kedua matanya menyaksikan tubuh istrinya terhamtam oleh mobil.

"Reliya!" Gama berlari, membawa tubuh istrinya ke dalam pelukannya.

"Reliya bangun!"

Gama langsung saja membawa Reliya ke mobilnya. Seketika suasana berisik dengan bisik-bisik serta perbincangan orang-orang yang menyaksikan. Apa lagi setelah mengetahui sang pelaku malah melarikan diri.

"Bertahan sayang," lirih Gama. Dia berharap Reliya dan calon bayinya baik-baik saja. Karena Gama benar-benar mencintai keduanya.

                               ***

"Gama." Lina yang baru saja datang langsung memeluk putranya. Hatinya hancur saat mendengar isak putra satu-satunya itu.

"Kenapa bisa terjadi, Gama." Lina langsung menatap suaminya, mengisyaratkan agar jangan menanyai hal itu sekarang.

"Gama takut, Ma." Lina mengangguk, dia sangat tau perasaan putranya.

"Mama yakin Reliya dan calon anak kalian kuat." Lain dimulut lain dihati. Walau Lina berkata seperti itu, tetapi hatinya tak bisa berbohong jika dia juga khawatir.

"Gama enggak bisa tanpa mereka, Ma." Lina mengelus punggung putranya, berusaha menenangkan.

"Ssttt, jangan takut. Reliya itu benar-benar perempuan kuat." Gama terdiam dengan air mata yang terus mengalir. Dia sangat berharap istri dan anaknya baik-baik saja, dan Gama berjanji akan membalas perbuatan peluka hingga membuat istrinya terluka.

Halo!
Aku agak nyesel lama enggak up takut kalian pada lupa sama cerita ini, tapi aku harap antusiasnya masih sama kayak sebelumnya.

Kira-kira apa nih yang terjadi sama Reliya?

Apa anaknya bakal baik-baik aja?

Yuk tungguin update selanjutnya.

Mas Tetangga (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang