Menyalahkan

5.6K 409 2
                                    

Reliya memasuki rumahnya dengan wajah ditekuk. Dia meruntuki dirinya yang malah berakhir sial seperti ini, untung saja dia mantan juara lari di kelasnya dulu.

"Dari mana?"

"Ya Allah!" Reliya mengelus dadanya sambil membelalakkan matanya. Sungguh dia sama sekali tak menyadari ada orang lain di dalam rumahnya.

"Dari mana?" Gama bersedekap dada sambil menatap Reliya penuh intimidasi.

"Dih sok nanya. Lo ke mana pas gue minta temenin jalan," cerocos Reliya sambil menatap Gama sebal. Jika Gama tak menolak dia tak akan berakhir hampir serangan jantung seperti ini.

"Dih siapa lo ngajak gue jalan?" balas Gama tak kalah sengit.

"Nyebelin," balas Reliya sambil mendelik sebal. Tanpa mempedulikan Gama, Reliya memasuki kamarnya sambil membanting pintu kamarnya kencang.

"Dasar bocah," ejek Gama menggeleng tak habis pikir. Karena tak Gama temani bukan berarti Reliya seenaknya ke luar sendirian.

                                ***

"Kenapa?" tanya Lina saat melihat anaknya pulang dengan wajah masam.

"Tuh anak tetangga ngeselin," adu Gama. Lina menghela napas lelah melihat tingkah laku putranya.

" Udah sana kamu bersih-bersih. Biarin aja mungkin Reliya lagi kesel sama kamu." Gama mengangguk malas. sebenarnya dia heran yang anaknya Lina tuh siapa?

"Jangan bandel," ucap Lina sebelum Gama hilang tertelan pintu.

Gama menaiki tangga masuk ke dalam kamarnya. Dia meletakkan ponselnya ke nakas, merebahkan dirinya yang terasa lelah di sana.

Sebenarnya tadi dia sama sekali tak ada niat berkumpul dengan teman-temannya. Namun, ada satu masalah yang membuat Gama tak bisa menghindari teman-temannya dan memutuskan ikut datang.

                               ***

Paginya hubungan Reliya dan Gama masih sama. Reliya masih ketus kepada Gama, bahkan terkesan tak peduli. Lina dan Anton yang menjadi penonton hanya bisa menggelengkan kepala maklum. Karena hal itu memang sering terjadi sejak keduanya berteman.

"Reliya dianter Mas Gama aja, ya?"

"Enggak, Ma. Reliya sama pacar Reliya." Anton menutup mulutnya menahan tawa, sedangkan Gama menatap Reliya mencibir.

"Kamu itu jomlo, udahlah sama Gama aja sekolahnya."

"Mama sok tau. Aku itu laku keras, enggak Kayak Mas Gama," bantah Reliya tak terima. Gama merasa namanya disebut menatap Reliya tak terima.

"Enak aja. Sok tau," balas Gama tak mau kalah.

"Dih sewot."

"Udah-udah," lerai Anton jengah. Walau sudah dewasa dia merasa masih mengurus dua bocah kecil.

"Dia duluan, Pa," adu Reliya dengan wajah semelas mungkin. Gama diam tak menanggapi, dari pada dia yang kembali disalahkan.

"Udah cepet sarapan terus jalan. Ini udah mau siang, loh." Akhirnya Reliya mengangguk pasrah, merasa usahanya agar Gama terkena marah tak berhasil. Lina tersenyum saja melihat interaksi ketiganya. Memang jika Anton sudah angkat bicara keduanya sama sekali tak bisa berkutik.

TBC

Mas Tetangga (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang