Kakak dan Adik?

5.6K 396 0
                                    

"Jadi lo sama Kak Gama ribut?" Reliya mengedikkan bahu. Dia dan sama Gama tak bisa dibilang sedang bertengkar juga, sih.

"Lagian lo sih ngapain ngajak tetangga malam mingguan," tegur Lea menatap Reliya tak habis pikir.

"Gue kan jomlo monyet," balas Reliya tak santai. Lea tersenyum penuh arti membuat Reliya menatap gadis itu curiga. Sangat yakin ada ide buruk dari kepada Lea yang isinya cogan-cogan Korea.

"Lebih baik lo nikah aja sama Kak Gama."

"Enak aja," ucap Reliya tak terima. Walau Gama enggak jelek-jelek amat, bukan berarti Reliya rela nikah sama kulkas berjalan seperti itu.

"Lagian gue sama dia udah kayak saudara," elak Reliya. Lea menatap Reliya tak percaya, tak mungkin Reliya tak ada rasa setelah beberapa tahun bersama Gama, bahkan sepertinya cowok itu hanya nurut kepada Reliya.

"Dia itu kakak gue," jelas Reliya. Tak mau semua orang salah paham lagi tentang hubungannya dan Gama yang memang murni hanya saudara angkat atau lebihmya tetangga depan rumah.

"Lo enggak ada rasa gitu sama dia?" tanya Lea penasaran.

"Enggak," balas Reliya tak yakin. Entah mengapa dia juga tak paham kenapa malah menjadi tak yakin seperti ini.

"Dia baik loh, ganteng juga." Reliya mengangguk. Memang benar yang Lea ucapkan, tetapi bukan berarti dia harus menyukai Gama, kan?

"Udah bahas yang lain aja. Hubungan gue sama dia itu murni tetangga depan rumah," henti Reliya tak mau pembahasan mereka semakin berlanjut ke mana-mana.

"Enggak asik lo!" Reliya mengedik tak peduli. Dia rasa perasaannya juga untuk ini cukup dia dan Tuhan yang tau. Masalah Gama, Reliya tak mau memikirkannya terlalu jauh.

"Kalau udah jatuh cinta jangan lupa curhat ke gue." Reliya mengacungkan jempol. Seolah berkata 'santai aja pasti gue curhat sama lo'

                                 ***

Reliya bersenandung pelan. Hari ini dia terpaksa pulang sendirian karena Gama sedang latihan basket. Sebenarnya Gama sudah menyuruhnya memesan ojek atau taksi, tetapi memang Reliya yang keras kepala marah memilih jalan kaki seorang diri.

Dia menatap sekelilingnya senang. Sebenarnya dia rindu dengan momen-momen seperti ini. Lagi pula sudah lama sekali dia tak jalan sendirian seperti ini, mungkin semenjak kedua orang tuanya pergi entah ke mana.

Saat menyusuri jalan yang cukup sepi, mata Reliya tak sengaja menemukan seseorang yang sudah tak asing lagi di matanya. Hingga mata keduanya bertemu membuat Reliya membelalakan matanya kaget.

"Sial!" runtuknya kepada diri sendiri. Sekarang dia jadi menyesal tak mendengarkan ucapan Gama.

Wajah itu. Reliya masih ingat sekali wajah seorang cowok yang ia lihat di gang sepi kemarin.

"Dia ke sini!" seru Reliya panik. Tak mau membuang-buang waktu, Reliya memegang tali tasnya kuat. Lalu berlari sekencang mungkin.

"Gama mulai hari ini gue janji bakal nurut," ucapnya disela berlari. Apakah ini yang namanya kualat sama yang lebih kuat.

Dalam hati Reliya menangis, sungguh dia sangat takut dengan orang-orang yang suka kekerasan. Untung saja Gama selama ini tak suka berantem, sampai Reliya tak tau cowok itu bisa berantem apa enggak.

"Derita cewek cantik," ucapnya tak tau kondisi.

TBC

Mas Tetangga (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang