Insiden

5.6K 328 0
                                    

Reliya siang ini sibuk dengan laptop serta camilan di depannya. Karena Gama sedang kuliah dan hal itu membuat Reliya bebas melakukan apa pun, salah satunya menonton drama Korea.

Sedari tadi mulutnya sibuk mengunyah, dan tatapan matanya tak lepas dari laptop yang sedang menayangi drama. Hingga suara bel rumah membuat Reliya berdecak kesal.

"Siapa, sih?" tanyanya sebal. Seharusnya tak ada yang datang ke rumahnya siang-siang begini.

"Tunggu!" teriaknya sembari mematikan laptop serta menyimpan camilannya di tempat yang aman.

"Iya ada ap—"

"Ngapain lo ke sini?!" Reliya menatap tak bersahabat seorang wanita di depannya. Moodnya seketika menurun drastis.

"Enggak sopan amat sama tamu." Tanpa tau malu wanita dengan pakaian ketat itu langsung masuk ke dalam rumah. Hal itu membuat darah Reliya mendidih seketika.

"Heh, ga tau malu banget sih!" Reliya menarik lengan Agnes hingga wanita itu berbalik badan. Entah apa yang membuat mantan suaminya itu datang kemari.

"Apasih?" Reliya menghela napas kasar. Dia tak bisa lagi bersabar menghadapi Agnes.

"Jangan karena gue lebih muda lo jadi berani, ya!" Agnes bersedekap dada, menatap Reliya dengan pandangan menilai.

"Sebenernya apa yang Gama liat dari cewek enggak menarik kayak lo?" Reliya mengepalkan tangannya mendengar ucapan Agnes.

"Diliat dari sudut mana pun gue lebih baik." Reliya berdecih mendengar penuturan mantan pacar suaminya itu.

"Kayak tante-tante gitu menarik?" Agnes mematap Reliya tajam, tak terima atas ucapan wanita itu.

"Diam lo bocah!" bentaknya.

"Lo yang diem nenek lampir!" teriak Reliya tak kalah keras.

"Pergi lo sebelum gue panggilin polisi!"

"Jangan harap!" Agnes berlari menuju lantai atas, tetap di mana kamar Reliya dan Gama berada. Melihat itu Reliya langsung cepat menyusul.

"Mana Gama?"

"Pergi lo gila!" Reliya menarik baju Agnes, membuat wanita itu menghentikan langkahnya.

"Seharusnya gue yang tinggal di sini!" Reliya tertawa mengejek, apa katanya? Dia tinggal di sini?

"Jangan mimpi!"

"Pergi lo!" Agnes menepis tangan Reliya, menatap berang wanita dengan kaos kebesaran ditubuhnya.

"Gue bakal rebut semuanya!"

"Mimpi lo!" Reliya menarik paksa tangan Agnes. Walau tubuhnya kecil bukan berarti Reliya akan kalah.

Agnes berhenti di dekat tangga, seketika senyumnya terbit ketika melihat seseorang yang dia tunggu memasuki pintu rumah.

"Lo kenapa sih jahat banget sama gue?" Reliya menatap Agnes kesal sekaligus tak paham.

"Gue tau lo itu terpaksa nikah sama Gama, tapi kenapa lo egois?"

"Heh diem mulut busuk lo!" bentak Reliya. Agnes pura-pura menangis.

"Kenapa kamu undang aku kalau cuma mau buat aku sakit hati dan merasa kalah?"

"Bacot banget!" Reliya mendorong pelan tubuh Agnes. Mata Reliya melebar ketika melihat tubuh Agnes berguling ke bawah tangga, padahal dia sama sekali tak mendorong Agnes dengan tenaga.

"Agnes!" Reliya seketika blank, saat melihat Gama berlari ke arah Agnes yang sudah tak sadarkan diri. Apakah ini rencana gadis ular itu?

"Gama." Reliya berlari turun, tetapi Gama langsung menghentikan Reliya dengan tangannya.

"Lo kenapa bisa sejahat ini, sih?" Reliya menggelengkan kepala, gawat Gama salah paham.

"Aku—"

"Enggak ada waktu untuk kamu bicara." Gama langsung menggendong Agnes, membawa ke luar wanita itu.

"Gama!" teriak Reliya, tetapi Gama sama sekali tak mendengarnya.

"Arghh! Agnes sialan!" teriaknya. Reliya menjambak kasar rambut panjangnya. Kenapa Agnes bisa selicik ini, dan kenapa dia sebodoh ini.

"Gimana kalau Gama percaya?" Reliya frustrasi. Dia tak akan membiarkan suaminya berujung salah paham.

Wanita itu berlari mengambil tas, lalu ke luar dari rumah. Bahkan tak peduli saat masih memakai baju yang bisa dikatakan tidak layak untuk dipakai ke luar. Sekarang yang terpenting Gama mau percaya dengannya.

"Awas lo Agnes!" teriaknya sebelum benar-benar pergi. Memang dasar wanita murahan, bahkan suami orang pun dia kejar. Reliya berdoa semoga Agnes mati saja. Apakah itu terlalu jahat?

Halo!
Jangan lupa vote dan komen

Mas Tetangga (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang