"Na, semua ini perbuatan kamu kan?"
Naraka tersenyum tipis, seringai kecil juga tercetak jelas di bibirnya. Dihadapannya saat ini ada Jevano yang sedang menatapnya intens penuh penekanan. Tapi, sama sekali tidak mengusik dirinya sendiri. Keduanya, sedang berada di kamar Naraka.
"Kalau iya kenapa? Aku bisa melakukan lebih dari ini, Jeno. Jika kamu macam-macam dibelakangku." jawab Naraka dengan santai. Bahkan laki-laki itu juga mengatakan kalimat ancaman.
Jevano mengusap wajahnya kasar, ia tahu Naraka orangnya nekat. Tapi, ia tidak menyangka akan secepat ini.
"Na, aku gak pernah macam-macam sama kamu. Aku milik kamu, hanya milik kamu. Seharusnya, kamu percaya sama aku."
"Aku percaya sama kamu, Jeno. Tapi, aku tidak percaya sama orang lain. Terlebih lagi, orang lain itu Lia."
Naraka menatap Jevano tanpa takut sedikitpun, walaupun laki-laki itu menatapnya dengan tatapan tajam.
"Aku berteman dekat dengan Lia karena memiliki alasan tersendiri, Na." Jevano memelankan suaranya.
"Kalau begitu apa alasannya? Beri tahu aku?!" Naraka menuntutnya.
"Lia, selama ini dia yang merawat Mama aku."
Naraka terpaku mendengar jawaban Jevano. Mamanya? Mama Jevano? Bagaimana bisa selama ini Lia yang merawatnya? Ia memang percaya kalau Mama Irama masih hidup sampai saat ini walaupun tidak pernah terlihat. Tapi, kenapa bisa bersama Lia?
"Bagaimana bisa?" Tubuh Naraka lemas, ia hampir saja terjatuh jika Jevano tidak menangkapnya dengan sigap.
Jevano menarik Naraka, membawanya dalam pelukan.
"Lia, menemukan Mama di jurang dekat Mama kecelakaan saat itu. Dia menyelamatkan Mama dengan bantuan Neneknya." Jevano mulai bercerita.
"Kamu tahu kan, Lia yatim piatu dari lahir. Dia tinggal bersama Neneknya ditepi kota. Rumahnya dekat rumah sakit jiwa. Namun, saat SMP Neneknya meninggal dunia. Sedangkan, saat itu setelah kecelakaan, mental Mama gak sehat dan Mama dititipkan di rumah sakit jiwa agar tidak mengamuk." Jevano terdiam sesaat kala merasakan air mata Naraka membasahi kaosnya.
"Jeno, maaf. Aku gak tau kalau Lia berjasa begitu besar dalam hidup kamu." sesalnya.
Jevano mengusap lembut punggung Naraka, "Minta maaf pada Lia, bukan aku. Dia terluka cukup parah karena kamu." ucapnya.
Ya, Naraka melukai Lia lewat orang bayarannya. Lia terserempet motor dan mengalami cedera dibagian kaki. Semua itu karena Naraka. Jevano bisa langsung tahu, karena saat itu Naraka berada di lokasi kecelakaan dan sedang tersenyum puas. Haekal dan Marcel menjadi saksinya.
Marah? Jevano tidak bisa marah pada Naraka. Lagipula, jika dirinya marah, bukannya membaik, Naraka akan bertindak semakin parah. Ini bukan pertama kalinya, Naraka melakukan hal senekat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us ✓
Novela Juvenil"Ini tentang kita. Dunia ini milik kita, tidak boleh ada orang lain. Jadi, jangan coba-coba pergi meninggalkanku seorang diri." "Kemarin yang pertama dan terakhir. Tidak akan ada lagi yang memisahkan kita, selain kematian." ⚠️ BXB! BOYSLOVE AREA ⚠️...