"Baiklah aku akan segera ke sana."
Hyoora menatap Suga khawatir. Sejun sudah tertidur di kamar sejak mereka sampai di rumah. Tadinya Suga dan Hyoora ingin menonton sebuah film bersama, tapi betapa terkejutnya mereka saat melihat bahwa seorang polisi melecehkan dan memukuli seorang pasien yang notabenenya adalah pacarnya sendiri. Meskipun gambar si polisi di blur, Suga dan Hyoora jelas tahu bahwa itu adalah sosok Park Jimin.
"Apa Namjoon oppa yang meneleponmu?" tanya Hyoora setelah Suga mengantongkan ponselnya.
"Iya, aku akan ke kantor polisi sebentar. Kau di sini saja bersama Sejun. Aku akan cepat kembali." Suga mengecup dahi Hyoora dan segera keluar dari apartemen mereka.
"Astaga, semoga Aera baik-baik saja," kata Hyoora mengkhawatirkan kondisi sahabatnya.
Di lain tempat, Seokjin memperhatikan Aera yang sedang dipasangkan selang infus. Kondisi tubuhnya drop, berbicara dengan siapa pun dia tak mau. Saat Seokjin datang, Aera tertidur, dan baru sekarang ia bangun untuk menyantap makan malamnya. Matanya merah dan bengkak karena habis menangis. Seokjin melihat tangan Aera yang penuh dengan lebam. Jadi itu alasannya Aera menggunakan baju lengan panjang.
"Jimin ada di kantor polisi. Namjoon yang akan menginterogasinya. Kami akan pastikan dia mendapatkan hukuman yang setimpal. Aku ada di sini melindungimu, Aera. Kau tidak perlu khawatir, tolong tidurlah. Kau bisa sakit."
"Tidak bisa, oppa. Setiap kali aku memejamkan mata, bayangan Jimin yang memukulku selalu datang. Seolah dia tidak bisa meninggalkanku begitu saja."
Seokjin memberanikan diri untuk maju beberapa langkah. "Apa boleh aku memelukmu Aera? Aku pikir kau sedang membutuhkannya sekarang."
Aera berpikir sejenak sembari menatap mata Seokjin. Siapa pun tahu bahwa di dalam mata Seokjin terdapat rasa khawatir dan rasa sayang yang begitu besar untuk Aera. Tidak lama, Aera melebarkan tangannya. Menyambut Seokjin yang dengan hati-hati memeluknya.
"Sudah berapa lama hal ini terjadi?"
"Sejak kami berpacaran. Jimin terus berpikir bahwa aku berselingkuh dengan Seokjin oppa. Dia memukulku dan melecehkanku, mengatakan akan membunuhku apabila aku berani meninggalkannya."
Tangan Seokjin terangkat untuk mengelus lembut rambut Aera.
"Kalau kondisimu sudah membaik, apa kau bersedia untuk melawan Jimin di pengadilan? Aku pasti akan ada di sampingmu. Aku janji akan melindungimu."
Dapat dirasakan tubuh Aera bergetar saat nama Jimin disebut. Membayangkan akan menemui pacar gilanya itu di pengadilan sangatlah mengerikan. Tapi kata-kata Seokjin mampu membuat Aera percaya, Aera yakin bahwa Seokjin akan melindunginya. Seokjin selalu memegang kata-katanya."A-akan aku pikirkan, oppa."
"Hmm, tidak perlu buru-buru. Aku tahu ini tidak mudah untuk dirimu."Tringgg Tringgg Tringgg
Telepon Seokjin berbunyi, perlahan dia melepas pelukan mereka dan mengangkat telepon dari Namjoon.
"Eoh, Namjoon-ah?"
"Hyung, apa kau sedang bersama Aera sekarang?"
Seokjin menatap Aera yang juga sedang menatapnya "Dia bersamaku. Ada apa?"
"Jimin... Dia tidak mau buka suara. Aku tahu ini salah, tapi kalau kondisinya memungkinkan, bisakah kau memawa Aera kemari? Aku tidak akan memepertemukannya dengan Jimin. Kami akan berbicara di ruang terpisah. Kami bisa menjamin keselamatan Aera."
Seokjin menelan ludah, apa yang mereka lakukan ini benar?
"Aera... ini Namjoon, aku pikir kau harus bicara juga dengannya," kata Seokjin sembari menyerahkan ponselnya pada Aera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambivalent
FanfictionJANGAN LUPA FOLLOW, supaya kalian tidak ketinggalan info menarik soal cerita ini 😊 "Sekarang jaksa sedang menyelidiki kasus pelecehan dan penganiayaan yang dilakukan oleh seorang dokter bedah ternama, Min Suga. Jaksa akan memberikan tuntutan 10 tah...