3.

146 29 15
                                    

Sekarang sudah jam delapan malam, Sejun baru saja tertidur dengan Raeun dalam pelukannya. Suga menutup perlahan pintu kamar Sejun setelah memastikan anaknya tidur nyenyak dan menyalakan lampu dengan bintang-bintang yang disorotkan ke arah langit kamar.

"Belum tidur?" tanya Suga saat menemukan Hyoora terduduk dengan segelas sloki soju di tangannya.

"Tidak bisa, sudah kucoba tapi sulit." Hyoora menenggak penuh isi soju dalam sloki. Lalu menghembuskan napas gusar yang terdengar berat dan kelelahan.

"Aku akan menemanimu." Suga mengambil satu sloki lagi dari dapur dan duduk di sebelah Hyoora. Menuangkan soju untuk dirinya sendiri lalu meminumnya.

"Biasanya Yoongi tidak mau menemaniku minum, dia hanya mengangguk dan langsung masuk ke dalam kamar. Rumah tangga kami tidak sebaik yang media lihat."

"Kau mabuk Hyoora." Suga melihat betapa merahnya pipi Hyoora, padahal sebotol saja belum habis tapi sudah mabuk.

"Aku mencintaimu, Suga oppa. Tapi kenapa waktu itu kau melepasku. Kau janji akan terus bersamaku, tapi kau melepasku untuk Yoongi. Wae!?" Omongannya mulai melantur, nada bicaranya juga meninggi, semua orang juga pasti tahu kalau Hyoora mabuk.

Hyoora memukul-mukul dada Suga, melampiaskan amarahnya yang selama ini sudah ia pendam, sebut saja Hyoora pengecut karena dia berani hanya jika sedang mabuk. Hyoora tidak peduli, dia membutuhkan sesuatu untuk menguatkan dirinya melakukan hal ini. Dia butuh alkohol untuk mengutarakan kejujurannya dan semua kata-kata yang selama ini ia pendam. Perasaan yang selama ini sulit untuk tersampaikan dalam keadaan sadar.

Suga menangkap kedua tangan Hyoora dan merengkuh wanitanya. "Karena aku mencintaimu dan Sejun. Karena aku janji tidak akan membuat kalian terluka. Itu alasanku melepasmu."

"Tidak ada yang begitu. Melepaskan karena mencintai itu omong kosong, Suga!" ujar Hyoora berteriak frustasi. Suga harap-harap cemas kalau Sejun sampai terbangun, Suga masih belum ahli dalam membuat Sejun kembali terlelap.

"Ada, kitalah bukti dari pernyataan itu. Tapi kali ini tidak lagi, aku sudah kuat, aku sudah cukup kuat untuk bersama kalian. Jadi kali ini aku tidak akan melepas kalian. Kali ini aku akan menahan kalian untuk tetap di sisiku. Bersama hingga maut memisahkan kita."

Suga mengecup kening Hyoora yang terasa hangat, memang seperti ini kalau Hyoora mabuk, bukan demam. Hanya saja sekujur tubuhnya langsung menghangat begitu cairan yang mengandung alkohol itu mengalir ke dalam tubuhnya.

"Jangan terlalu banyak berjanji Suga oppa kalau tidak bisa ditepati." Hyoora menuangkan sojunya kembali dan langsung meminumnya dalam sekali teguk, one shot.

"Kali ini, kita bertiga, kita bersama. Aku akan menepati semua janji yang kubuat. Bertahap, bersama kalian, melewati semuanya bersama. Kau mau? Mari kita bangun rumah kecil impian kita lagi."

Suga kembali menawarkan janji indah. Janji yang mereka berdua buat saat mereka masih berstatus sebagai sepasang kekasih-meskipun sampai detik ini sepertinya mereka memang masih menjadi sepasang kekasih. Statusnya masih sama meskipun keduanya sudah memiliki Sejun. Mimpi-mimpi sederhana tentang keluarga bahagia yang kelak akan mereka bina bersama.

"Malam ini aku ingin tidur bersama Sejun. Besok aku harus ke butik, ada kostumer spesial yang memesan gaun buatanku. Apalagi itu gaun pernikahan." Hyoora berdiri, berjalan sempoyongan menuju kamar Sejun.

"Wah, kedengarannya kau mendapat kostumer seorang calon pengantin. Siapa?" Suga menuntun Hyoora, pelan dan penuh kehati-hatian, seolah Hyoora adalah boneka manekin yang rapuh. Suga mengerti kalau Hyoora butuh waktu untuk sendiri. Malam ini dia akan beri kelonggaran untuk Hyoora. Situasinya juga masih kelam dan terlalu kelabu, jadi Suga tidak mungkin memaksa Hyoora menemani malamnya.

AmbivalentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang