1.

199 27 2
                                    

"Selamat pagi jagoan kecil appa. Hari ini kita sarapan apa, sayang?" tanya Suga saat dirinya sudah sampai di ruang makan. Suga mencium pipi Sejun gemas dan beralih ke bibir Hyoora, lalu mengambil tempat duduk di samping Sejun.

"Telur gulung, wortel, kimchi, tangsuyuk, dan nasi." Sejun menunjuk menu makanan di hadapannya dengan penuh semangat, khas anak-anak. Suga tersenyum melihat tingkah laku anaknya-anak kandungnya.

"Benar, seratus untuk anak eomma." Hyoora bertos ria dengan Sejun. Jika Suga adalah Yoongi yang bisa melihat pemandangan indah seperti ini tiap harinya, sudah pasti Suga akan bahagia sampai ingin mati rasanya.

Tapi Suga berubah pikiran dan menarik ucapannya, karena kalau dia mati, bagaimana mungkin bisa melihat dua malaikat yang ada di hadapannya? Jadi jangan percaya kalau ada orang yang bilang mereka rela mati demi dirimu. Percayalah dengan orang yang rela menghabiskan masa hidupnya denganmu, dengan orang yang rela merajut kisah indah dalam suka dan duka denganmu. Itulah cinta yang baik atau sering kita sebut sebagai cinta sejati, yang saling melindungi, menjaga, dan saling melengkapi.

"Oppa, hari ini abeoji ingin bertemu denganmu jam satu siang di kantornya, seperti biasa."

Suga mengangguk dan menghabiskan makanannya, setelah itu dia naik ke atas untuk bersiap. Filosofinya antara kehidupan dan cinta ia hentikan. Cukup ada Hyoora di sisinya, maka filosofi cinta itu sudah terpenuhi. Bucin memang, tapi begitulah Suga jika ada Hyoora.

"Bisa kita bicara sebentar?" Hyoora sudah berada di ambang pintu kamar, entah sejak kapan. Suga hanya mengangguk lagi dan mengikuti Hyoora duduk di sofa kamar mereka, berbeda dengan sebelumnya, kali ini perasaa Suga sedikit tidak tenang.

"Min Suga-ssi. Apa yang sebenarnya terjadi!?" tanya Hyoora tidak berniat untuk berbasa-basi. Suga hanya menghela napas berat, lalu menaikkan tatanan rambutnya. Mengubah model rambutnya seolah menjadi dirinya yang dulu, menjadi Min Suga, bukan Min Yoongi. Dirinya mengambil jarak lebih dekat dengan Hyoora. Tapi Hyoora malah semakin menjauh.

"Ya, kau benar, ini aku, Min Suga. Jadi hal yang semalam kau katakan dan kau lakukan karena tahu bahwa aku ini Suga? Kau melakukannya dengan sengaja?" Suga mencekal pergelangan tangan Hyoora karena tahu kalau Hyoora akan berlari keluar untuk menghindar.

"Tidak itu semua tulus!" sanggah Hyoora, mukanya sudah memerah menahan amarah dan ketakutan. Suga menganggap semua ini hanya candaan, apa? Suga meragukan perasaan dan perkataannya membuat Hyoora merasa sedikit kecewa.

"Bagaimana kau tahu kalau aku Suga? Apa seseorang memberi tahumu, hm?" Suga masih bertahan dalam posisinya menahan tangan Hyoora.

"Yoongi tidak bisa memakan kimchi di pagi hari, Yoongi tidak akan pernah mau memegang tanganku, Yoongi tidak pernah sedekat itu dengan Sejun, bahkan Yoongi jarang sarapan pagi bersama dengan kita. Cukup untuk membuktikan kalau kau Min Suga, 'kan?" Hyoora menyentak tangan Suga kuat lalu berjalan mencari ponselnya.

Suga diam dia malah tertawa menang dalam hati, ternyata kembarannya adalah seorang laki-laki berengsek yang menyia-nyiakan Hyoora dan memilih tidur dengan wanita lain. Terima kasih, Suga malah senang atas keberengsekan Yoongi. Cinta katanya? Jadi kalau cinta definisi Yoongi itu seperti lagu Diam Diam Suka, karya Cherrybelle? Aku diam diam-suka kamu. Ku coba mendekat. Ku coba mendekati hatimu. Tidak bisa. Itu bukan style mereka berdua, Suga yakin akan hal itu.

"Ya, aku sudah ketahuan. Tapi ingat ini, kau bisa membodohi Yoongi, tapi tidak denganku. Sejun adalah anak dari Min Suga, bukan Min Yoongi. Saat semua orang tahu kau hamil, usia kandunganmu sudah dua bulan. Padahal kalian baru berhubungan satu minggu sebelumnya," imbuh Suga sembari mengulas senyum tipis.

AmbivalentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang