12.

26 5 0
                                    

Tok tok tok

Aera dan Seokjin langsung memalingkan pandangan ke arah pintu yang diketuk. Seokjin bangkit berdiri untuk membukakan pintu. Cukup terkejut melihat Jimin berdiri di sana dengan satu plastik berisi snack yang Seokjin yakini dibeli di mini market dekat rumah sakit.

"Hyung, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Jimin dengan nada yang terdengar tidak terlalu bersahabat.

"Hanya mengunjungi Aera sebentar. Kau bilang padaku untuk menjenguknya," jawab Seokjin santai.

Dia membukakan pintu lebih lebar lagi agar Jimin bisa masuk. Seokjin memperhatikan raut wajah Aera. Aera terlihat biasa saja dengan kedatangan kekasihnya. Berbeda dengan Jimin yang memasang senyum lebar mendekati Aera.

"Aera, aku membawakan beberapa snack kesukaanmu."

Jimin menyampirkan beberapa helai rambut Aera ke samping telinga. Tapi aneh, Aera menghindari sentuhan Jimin. Sepertinya dia masih trauma dengan pelecehan yang dialaminya.

"Kalau begitu aku permisi."

Seokjin melihat Aera sebentar. Dari sorot mata Aera, sangat terbaca bahwa dia ingin agar Seokjin tetap berada di ruangan yang sama dengannya.

"Terima kasih hyung karena sudah menjaga Aera."

"Sama-sama, Jim."

Pintu ditutup. Seokjin menghela nafas sebentar. Rasanya aneh melihat Aera saat bertemu Jimin tadi. Aera terlihat takut, tidak bahagia, dan tidak ingin bersama dengan Jimin.

"Mereka terlihat sangat canggung."

Seokjin kemudian meninggalkan kedua pasangan itu mengingat kalau dirinya bukan siapa-siapa di sana. Hari ini Sejun akan dipulangkan dari rumah sakit dan Suga ingin agar Seokjin bisa memeriksa Sejun sebentar. Yah, meski ia bukan dokter anak, tapi Seokjin cukup paham hal-hal dasar mengenai itu.

Di dalam ruang rawat Aera, hawa nya berubah menjadi dingin nan mencekam. Jimin tidak banyak bicara dan membuka salah satu snack untuk dia makan.

"Apa yang kau bicarakan dengan Seokjin hyung tadi?" Jimin bertanya dengan nada dingin.

Sorot matanya juga berubah menjadi tajam. Tidak ada kelembutan di sana.

"Ti-tidak ada. Hanya tentang kondisiku saja."

"Kau yakin tidak membicarakan hal lain dengannya, sayang?"

Jimin mengangkat dagu Aera agar kekasihnya itu mau menatapnya. Kemudian tangan Jimin menyentuh kedua pipi Aera.

"Jawab aku, Kim Aera. Kau tidak mengatakan hal yang aneh-aneh 'kan?"

"Tidak Jim, aku benar-benar tidak mengatakan apa pun."

"Oh ya? Masa aku dengar kau ingin berpisah denganku? Kenapa? Sudah bosan? Ingin bersama Seokjin? Iya!?"

Tangan Jimin yang semula menyentuh lembut pipi Aera, ditekan dengan keras. Mencengkram kedua pipi Aera dengan kasar.

Nafas Aera memburu ketakutan. Apalagi saat Jimin mendekat kepadanya dan berbisik di telinga Aera.

"Ingat Aera sayang, kau hanyalah milik Park Jimin seorang. Tidak ada yang boleh memilikimu. Menyentuhmu."

"Ji-Jim, tolong lepas---"

Jimin mencium pipi Aera. Kemudian menatap Aera dengan lekat.

"Aku sudah berusaha menutupi jejak sebaik mungkin. Menghasut Kang Daniel agar semua bukti mengarah ke Min Yoongi. Kita lihat sebaik apa si Yoongi itu tutup mulut untuk melindungi Seokjin."

AmbivalentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang