"Haruto!!!"
Yang dipanggil tersentak, matanya mengerjap beberapa kali. Napasnya memburu.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Junkyu.
Pemuda Kim itu khawatir, sekarang di kelas mereka sedang tidak ada pembelajaran yang berlangsung. Harusnya mereka sekarang berada di lapangan untuk jam pelajaran olahraga. Tapi keadaan diluar sedang hujan deras disertai angin kencang.
Lapangan indoor sedang ada perbaikan dan masih tidak bisa digunakan. Jadi guru olahraga mereka memilih membubarkan kelas olahraga, dan jadilah mereka free class.
Haruto sejak tadi hanya memejamkan matanya, napasnya juga teratur. Junkyu yakin pemuda itu tengah tidur, namun dalam posisi duduk.
Junkyu lebih memilih memainkan ponselnya. Hingga beberapa saat, pemuda itu mendengar deru napas Haruto yang mulai terengah-engah. Bahkan pemuda Watanabe itu sampai berkeringat dingin.
Junkyu mencoba untuk membangunkan Haruto beberapa kali, tapi tidak berhasil. Kelas mereka tengah ribut, ditambah suara hujan menambah kebisingan kelas.
Sampai napas Haruto benar-benar seperti seseorang yang tengah berlari marathon. Junkyu memberanikan diri untuk berteriak di telinga teman sebangkunya itu. Dan berhasil, Haruto terbangun saat itu juga.
Haruto menatap kedua tangannya yang bersih. Tak ada bekas noda darah atau apa pun. Pemuda itu mulai bernapas normal.
Haruto memejamkan matanya dan bersandar dengan lemas di bangkunya. Tubuhnya seolah kehilangan tenaga begitu saja.
Suara gemuruh petir yang bersahut-sahutan di tambah suara hujan deras, sedikit memekakkan telinganya yang berdenging sejak tadi.
Matanya terbuka perlahan saat merasa tangannya di genggam dan ada yang mengusap keningnya.
"Kau mimpi buruk?" Tanya Junkyu.
Yah, memang Junkyu yang melakukannya. Haruto terdiam sesaat, lalu mengangguk pelan.
Junkyu meringis pelan. "Suasananya sedang seperti ini. Sepertinya terbawa sampai kau mimpi buruk," katanya.
Tangannya masih menggenggam sembari mengusap tangan Haruto yang terasa dingin dan sedikit gemetar.
"Tanganmu sangat dingin," celetuk Junkyu.
Haruto menatap kedua tangannya yang pucat.
"Kau tidak terkena hipotermia kan?"
Pemuda Watanabe itu menatap Junkyu horor. "Tentu saja tidak," sahutnya.
"Syukurlah kalau begitu," gumam Junkyu.
Haruto menunduk menatap tangannya yang sudah tak lagi di genggam Junkyu.
'Hangat.' ~Haruto
"Perhatian!"
Seluruh atensi tertuju pada Doyoung yang berdiri di depan kelas. Terlihat wajahnya yang sedikit ceria.
"Ada apa?" Tanya Asahi.
"Hari ini, kelas malam di tiadakan," kata Doyoung.
Mereka semua menatap si ketua kelas terkejut.
"Jinjja?" Tanya Han.
Doyoung mengangguk dengan senyuman tipisnya. Detik selanjutnya mereka bersorak girang.
"Seandainya kelas malam di tiadakan selamanya, aku bisa tidur nyenyak setiap malam," kata Jaemin.
"Aku berharapnya begitu," timpal Yangyang.
Jaehyuk menatap teman-temannya yang masih bersorak riang itu dengan tatapan khasnya.
'Seandainya kita semua sama.'
Dari sisi yang lain, Yoshi menatap Jaehyuk dengan tatapan yang sulit di artikan. Lalu beralih menatap teman - temannya yang lain. Pemuda itu menghela napas dan menggeleng pelan, lalu kembali fokus dengan note book miliknya.
'Andai mereka semua tau.'
Asahi yang duduk di belakangnya melihat ke samping. Dimana Haruto duduk diam dan terus menunduk. Sorot matanya terlihat sendu dan kosong. Asahi menunduk, menangkupkan tangannya, dan memejamkan matanya.
.
.
.Kriiiiingggggg
Bel pertanda pelajaran telah berakhir, bergema seantero sekolah. Para murid dengan sangat semangat meninggalkan area sekolah menuju rumah masing-masing.
Berbeda dengan Junkyu yang terlihat berjalan malas.
"Pasti aku sendiri lagi," gumamnya miris.
"Junkyu... "
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightfall [Harukyu] ✓
Short Story[END] Disaat senja kala mempertemukan mereka... "Kau berhasil, Haruto." "Junkyu, maafkan aku." . . . ⚠️Warning⚠️ -bxb -yaoi -homopobhic jangan dekat-dekat, tetap di zona aman kalian :) *Note : Cerita ini dibuat sebelum di rilisnya Web Drama Treas...