"Haru -kun sudah sarapan?" Tanya Junkyu.
Haruto mengangguk. "Iya, sudah," katanya.
"Sungguh? Haish, aku terlambat lagi sepertinya." Junkyu nampaknya agak kesal dan kecewa.
"Maksudmu?" Tanya Haruto.
Junkyu menggeleng. "Tidak. Tidak ada apa-apa haha.."
Pemuda itu melangkah duluan ke dalam kelas, meninggalkan Haruto yang kebingungan.
Pemuda Watanabe itu masuk ke dalam kelas dan duduk di bangkunya. Matanya tak lepas dari Junkyu yang sibuk dengan buku di tangannya.
Atau mungkin pura-pura sibuk.
"Kyu," panggilnya.
"Hm?" Sahut Junkyu.
"Kau...marah?"
"Untuk apa?"
'Untuk apa?' ~Haruto
Haruto jadi bingung sendiri. Memangnya jika Junkyu marah, apa alasannya? Seingatnya dirinya tidak melakukan kesalahan atau apa pun.
"Lalu-"
"Diamlah, Park ssaem sudah datang." Junkyu memotong ucapan Haruto. Tak lama kemudian, Park ssaem masuk ke dalam kelas dan memulai pembelajaran.
.
.
.Selama pembelajaran berlangsung, keduanya sama sekali tidak bisa fokus. Haruto sibuk memikirkan hal-hal yang membuat Junkyu kesal padanya. Sementara Junkyu sibuk memikirkan hal-hal yang janggal dari Haruto.
Jujur saja, selama mereka berteman, Junkyu merasa ada yang aneh pada Haruto. Tidak hanya satu, tapi ada banyak hal aneh yang membuatnya kepikiran.
Pertama, suhu tubuh Haruto yang tidak normal. Ditambah lagi dengan kulitnya yang agak pucat. Bukannya aneh jika seseorang memiliki suhu tubuh yang sangat dingin? Tidak seperti orang normal pada umumnya.
Kedua, Junkyu tidak pernah melihat Haruto makan. Disaat mereka pergi ke kantin, hanya Junkyu dan yang lainnya saja yang menyantap makanan mereka. Tidak dengan Haruto, yang selalu punya alasan saat ditanya kenapa tidak makan.
Ketiga, Haruto tidak pernah menunjukkan rumahnya. Setiap kali Junkyu dan yang lainnya ingin pergi ke rumahnya, Haruto selalu mengalihkan topik dan menyarankan untuk pergi ke tempat lain. Alasannya pun tidak terlalu jelas.
Keempat, ini yang membuat Junkyu memikirkan hal-hal di atas. Saat mereka bersama, entah bagaimana orang-orang yang melihat mereka tiba-tiba berbisik dan membicarakan yang aneh-aneh. Ada yang mengatakan kalau dirinya gila, karena Junkyu berbicara sendiri. Padahal saat itu Junkyu tidak sendirian.
Pemuda Kim itu menghela napas pelan. Kepalanya terasa pening. Tangannya memijat pangkal hidungnya pelan.
"Kyu, kau baik-baik saja? Apa kau sakit?" Tanya Haruto.
Pemuda itu jelas khawatir, Junkyu terlihat pucat dan lesu. Pemuda Kim itu menggeleng.
"Aku baik-baik saja," sahutnya pelan.
Haruto menempelkan punggung tangannya ke kening Junkyu. "Kau demam," katanya.
"Aku tidak demam," sanggah Junkyu.
"Keras kepalamu tolong ditunda dulu. Yak, Choi Hyunsuk."
Hyunsuk menoleh ke belakang. "Wae?" Taanya nya.
"Tolong absenkan Junkyu di jam selanjutnya. Dia sakit," kata Haruto.
"Tidak! Aku-"
"Kau demam, Kim." Haruto memotong ucapan Junkyu.
Beruntungnya Park ssaem sudah keluar kelas sejak tadi. Semua atensi tertuju pada mereka.
"Wajahmu pucat, Kyu." Yedam berujar khawatir.
"Tapi aku baik-baik saja!" Sentak Junkyu.
Jihoon menempelkan punggung tangannya ke kening Junkyu. "Yak! Kau sangat panas dan kau bilang baik-baik saja?! Apa otakmu sudah tidak berfungsi heh?!" Katanya.
Junkyu menatap Jihoon sinis. "Bisakah kau diam? Kepalaku sakit mendengar ocehan mu," balasnya.
"Yak! Kau!"
"Cukup! Haruto, bawa Junkyu ke uks," lerai Hyunsuk.
Haruto segera membawa Junkyu ke uks dengan menggendongnya di punggung. Dan tanpa dirinya sadari, Yoshi dan Asahi menatapnya tajam.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightfall [Harukyu] ✓
Short Story[END] Disaat senja kala mempertemukan mereka... "Kau berhasil, Haruto." "Junkyu, maafkan aku." . . . ⚠️Warning⚠️ -bxb -yaoi -homopobhic jangan dekat-dekat, tetap di zona aman kalian :) *Note : Cerita ini dibuat sebelum di rilisnya Web Drama Treas...