"Apa sih?!"
Taehyun menatap Soobin putus asa. "Bacot bet astaghfirullah! Nanti juga pasti gue kasih tau, kepo banget deh."
"Nanti tuh kapan? Tahun depan?"
"Nanti disekolah! Udah ah gue mau pulang, kunci pintu nih."
Soobin melesat lebih dulu, merentangkan kedua tangannya supaya Taehyun tidak bisa pulang. "Gue ga bisa, gue kepo.. Ketimbang ngasih tau doang anj—"
"Entar lo jadi parno-an kalau gue kasih tahu sekarang, kurang baik apa lagi coba gue? Ga lucu badan segede gaban kayak lo jadi penakut."
"Lo ga ngasih tau malah itu yang bikin gue parno gila! Gue kan jadi mikir yang aneh-aneh."
Taehyun menggeleng, "Gapapa udah. Minggir cepetan, gue mau pulang njir! Nanti nyokap gue nelpon lagi!"
Sebelum Taehyun keluar dari gerbang rumah Soobin, ia membalikkan badan. "Lo gapapa kan gue tinggal sendiri?"
"Ck! Jangan gitu lah! Beneran takut nih gue, gapapa toh paling jam sebelas-an ortu gue pulang kok."
"Yaudah, kalau gitu gue pulang dulu ya. Thank's buat makanan yang tadi."
Setelah sholat magrib bareng, Soobin mengajak Taehyun untuk makan nasi goreng sebelum temannya itu pulang. Kebetulan di deket rumah Soobin emang ada warung yang jualan nasi sama mie goreng.
"Yoi, sans! Kayak sama siapa aja lo pake makasih. Udah sana pulang bego, cepetan!"
"Dih? Ngusir lo?"
"IYAA."
Taehyun menyalakan mesin motornya, "Dah dah~ Jangan kangen gue ya.."
Seketika Soobin menatap jijik Taehyun, "Najis."
"HAHAHAHA! Duluan yo!" kata Taehyun kemudian menjalankan motornya.
"Sip, hati-hati bro!"
"Lo pembunuh."
Laki-laki itu menggeleng kuat, "GA! GUE BUKAN PEMBUNUH! PERGI LO DARI SINI!!"
Di saat laki-laki itu tengah berteriak dan mengatakan bahwa dirinya bukan pembunuh, di sisi lain ada seseorang yang malah menatapnya tenang.
"Kalau bukan gara-gara lo, gue ga bakal kayak gini!" ujar laki-laki itu dengan nada serak. Mungkin itu akibat ia berteriak kencang sejak tadi. Matanya memerah menahan amarah. Kacau.
"Gue ga pernah ngapa-ngapain—"
"BERENTI GANGGU HIDUP GUEE!"
Orang itu kini diam, mencoba membiarkan laki-laki yang kelihatan sangat kacau dihadapannya itu sedikit tenang namun sepertinya nihil.
Sangat berbeda dari sikap awalnya yang ketakutan. Sekarang, laki-laki itu menatapnya nyalang, "Lo udah mati. Jadi jangan gangguan gue lagi," ucapnya tegas.
"Lo teman—"
Ucapan orang itu kembali terputus kala laki-laki di depannya lebih dulu memotong kalimatnya.
"KITA BUKAN TEMEN. GUE BENCI SAMA LO!"
"Gue cuman mau lo jujur. Gue percaya sama lo."
"STOP GANGGUIN GUE! PERGI! PERGI!!"
"Yeonjun!" Bunda Yura mengguncang tubuh Yeonjun berharap putranya terbangun.
Sekujur badan Yeonjun basah karena keringat. Masih menepuk-nepuk pipi Yeonjun dan memanggilnya, Bunda Yura semakin panik karena dari tadi anaknya tidak bangun juga tapi malah terus-terusan mengigau sambil berteriak.
Yeonjun akhirnya terbangun. Dadanya turun naik tidak karuan.
Bunda Yura membantu Yeonjun untuk duduk memberikan segelas air putih, "Kamu kenapa sih kak? Bikin bunda kaget aja ih!"
Yeonjun tidak menjawab namun mengusap wajahnya pelan. Bunda Yura memaklumi mungkin putranya terlalu terkejut.
"Kamu mimpi ya? Mimpi apa sih kak sampai ngigo teriak begitu? Bunda kira, kamu ngusir bunda," kata Bunda Yura ikut mengusap lembut pipi Yeonjun.
"Gapapa bunda.. Maaf, kakak tadi cuman mimpi buruk aja kok. Tapi, emangnya aku tadi ngigonya gimana?"
"Kamu teriak kayak orang kesetanan, sambil bilang pergi-pergi."
Bunda Yura berdecak sambil menggelengkan kepala, "Harus berapa kali sih, bunda bilangin kamu? Kalau sebelum tidur itu baca do'a.. Jadinya kan mimpi buruk gitu."
Yeonjun tidak langsung merespon, pikirannya kacau tapi lekas-lekas ia mengangguk.
Bunda menepuk bahu Yeonjun ketika sadar suara adzan berkumandang. "Heh! Malah ngelamun.. Udah adzan subuh tuh! Bangun cepetan, bersih-bersih terus sholat. Jangan tidur lagi, langsung siap-siap, entar telat ke sekolahnya," oceh Bunda Yura panjang lebar, cepet pula.
"Iya iyaa, udah sana bunda keluar ajaaaa.." kata Yeonjun sambil mendorong tubuh Ibunya agar keluar dari kamarnya.
"Eh, bentar deh." Bunda Yura menahan tubuhnya membuat Yeonjun otomatis ikut berhenti. Bunda Yura membalikkan badannya lalu mengecek suhu tubuh Yeonjun dengan tangannya. "Kamu beneran gapapa kan?" tanyanya lagi.
"Gapapa bundaaaa.."
kayaknya tiap update aku minta didoain deh wkwkwk.. guys, doain aku sehat dan rejeki aku lancar ya.. belakangan aku lagi ga beruntung huhu, tapi gapapa aku yakin yang di atas udah nyiapin yang lebih baik.oh iya, ayo dong kasih pesan dan kesannya selama baca book ini! saran-saran juga silahkan tulis di kolom komentar, aku selalu suka baca-bacain komen kalian, hihi lopyu tomat buat kaliannn🫰🏻🫰🏻🫰🏻 terimakasiiii
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends | TXT
Horror"Kematian itu takdir Tuhan, tapi kenapa sesulit ini untuk ikhlas?" ©jaayrxs 2024