Kai menoleh ke luar jendela kelasnya. Suara petir dan hujan semakin deras membuat suasana terasa semakin dingin. Ini adalah pelajaran terakhir, dan lagi-lagi jam kosong.
Terlihat langit begitu gelap membuat Kai menghela napas berat, entah kapan hujan ini akan berhenti.
Kai jadi menyesal tidak mendengarkan perkataan ibunya yang menyuruhnya untuk membawa jas hujan tadi pagi. Karena semenjak pagi tadi, cuacanya terlihat mendung.
Kai jadi rindu pada Beomgyu. Biasanya waktu hujan seperti ini, ia dan teman-temannya akan nekat membolos dan mandi hujan bersama. Tertawa bersama.
Tapi sekarang mereka menjadi asing satu sama lain. Kematian Beomgyu membuat persahabatan mereka hari demi hari semakin renggang.
Kai menyipitkan matanya kala dari kejauhan ia melihat seseorang tengah berdiri di tengah lapangan, di antara hujan deras yang membasahi tubuhnya.
Kai jadi penasaran siapa orang di sana, padahal hujan kali ini begitu deras dengan gelegar bunyi petir tidak seperti biasanya.
"Kak.."
Tubuh Kai seakan membeku saat sadar bahwa orang itu tidak asing baginya.
Beomgyu tersenyum ketika matanya bertemu dengan Kai. Jangan tanya seberapa merindingnya tubuh Kai sekarang. Kai sangat ingin berteriak, namun mulutnya kelu.
Kai bisa melihat dengan jelas Beomgyu tengah menyeringai ke arahnya, darah segar mengalir dari kepalanya seakan kejadian saat itu baru saja terjadi. Lapangan saat itu seperti dibanjiri genangan darah dimana-mana.
Setelahnya wajah Beomgyu kembali datar, sangat datar. Tatapan Beomgyu seperti kosong namun masih tetap menatap ke arahnya. Kai tidak tahu kenapa, tatapan dan tubuhnya seakan terkunci. Kai sama sekali tidak bisa bergerak, matanya terus menatap Beomgyu.
Beomgyu memiringkan kepalanya. Sial, lagi-lagi Kai dibuat merinding seluruh tubuh. Bagaimanapun usaha Kai untuk mencoba membuat baik-baik saja, ia tidak bisa menyembunyikannya.
Tubuh Kai bergetar ketakutan, dengan wajahnya menjadi pucat. Kai kembali sadar akan satu hal, Beomgyu tidak hanya sekedar memiringkan kepalanya, tapi kepala Beomgyu memang patah.
Kai memfokuskan penglihatannya karena melihat Beomgyu seperti ingin mengatakan sesuatu. Kai memang tidak bisa mendengarnya, tapi Kai bisa membaca gerak mulut Beomgyu.
"Tolong.."
Kai mengerjapkan matanya saat ada seseorang yang mengguncang tubuhnya.
"Coy! Bangun anjir, lo mau nginep di sekolah hah?"
Kai menghembuskan napas lega, ternyata tadi hanya mimpi. Mimpinya tadi benar-benar seperti kenyataan, bahkan Kai tidak tahu jika ia sedang bermimpi. Kai menggelengkan kepalanya, ia tidak mau memikirkannya lagi.
Kai tersenyum melihat hujan sudah tidak sederas tadi, hanya tersisa rintik-rintik dan hembusan anginnya.
Raja, lebih tepatnya teman sekelas Kai itu mendengus kesal. "Yaelah! Kai! Kok malah ngelamun sih?"
"Eh? Iya-iya, duluan aja ja. Gue gapapa kok, sekalian beres-beresin nih buku-buku dulu." kata Kai menunjukkan buku-bukunya yang tergetak tidak beraturan di atas meja.
Raja menangguk. "Ya udah gue duluan ya, hati-hati bro.. Katanya arwahnya Beomgyu itu masih gentayangan di sekolah ini." ujar Raja dengan nada misterius yang dibuat-buat.
"Apaan dah, arwah arwah.. Orang mati yang ada di do'ain, bukan digosipin. Udah ah! Sana-sana." Kai mendorong tubuh Raja untuk pergi menjauh, sedangkan anaknya cuman tertawa karena tahu Kai mulai merasa takut.
Kelasnya sudah benar-benar kosong sekarang, atau lebih tepatnya seisi gedung sekolahnya sepi. Entah dapat keberanian dari mana Kai tidak merasakan takut atau apapun.
Setelah membereskan buku-bukunyaa, Kai berniat untuk pergi namun perhatiannya terhenti saat ia melihat seorang laki-laki tengah beriri di tengah lapangan dengan posisi membelakangi kelasnya. Kai sempat heran, kenapa orang itu sengaja berdiri di antara rintikkan hujan dan dinginnya hembusan angin.
Kai bisa melihat jelas ia memiringkan kepalanya perlahan, dari postur tubuhnya Kai tidak asing. Tapi siapa... ?
Sesaat Kai jadi teringat tentang mimpinya barusan. Kai mencoba menepis kemungkinan-kemungkinan buruk yang ada, termasuk mimpinya yang menjadi kenyataan.
Ketika Kai melihat kembali ke arah lapang, dirinya terkejut karena laki-laki tadi sudah tidak ada. Ia berkhayal atau bagaimana? Kenapa secepat itu menghilangnya?
Kai membalikkan badannya, dan betapa lemasnya tubuhnya saat melihat seorang Beomgyu berdiri tepat di depan pintu kelasnya. Dari ujung kepala hingga kaki Kai terasa merinding dan lemas.
Beomgyu dengan kepala beserta tubuhnya yang berlumuran darah di itu perlahan mendekati Kai. Wajah Beomgyu memang tertutupi dengan darah, tapi Kai bisa melihat bahwa laki-laki itu menangis.
Kira-kira tiga langkah dari Kai, Beomgyu tiba-tiba berhenti. Kai memejamkan matanya kuat, berdo'a sebisanya agar kondisi ini berakhir.
"Kak.. Maafin Kai.. Maafin Kai.."
kepo donggggg... kalian perasaannya gimana abis baca part ini? komen ya ueueue, vote nya juga okkeeeee !
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends | TXT
رعب"Kematian itu takdir Tuhan, tapi kenapa sesulit ini untuk ikhlas?" ©jaayrxs 2024