10

156 35 8
                                    

Tubuh Yeonjun membeku saat sadar bahwa ia melihat ada seseorang yang menatapnya dari sudut toilet paling pojok.

Seorang wanita berbaju putih panjang dengan rambut panjangnya menutupi sebagian wajah. Yeonjun bisa melihat dengan jelas sebagian wajah wanita itu hancur dan tengah menyeringai ke arah cermin. Bukan seringai biasa, karena Yeonjun melihat mulut itu terbuka hingga ke telinganya.

Mata mereka berpapasan.

Yeonjun meneguk ludahnya susah payah. Perlahan Yeonjun bergerak mundur. Wanita itu hanya diam dan berdiri sambil memperhatikan Yeonjun.

Yeonjun mengalihkan pandangannya, dengan cepat berjalan meninggalkan toilet.

Dalam hati dirinya bersyukur karena masih memiliki kekuatan yang tersisa untuk pergi dari situ. Ah, mungkin jika Yeonjun tidak menguatkan hatinya, dia pasti sudah pingsan di temani sosok tadi.
















































"Soobin!" Panggil Yeonjun setengah berlari ke arah Soobin.

Ribuan murid-murid yang lain ikut berlari kecil keluar gerbang. Akhirnya mereka semua pulang.

"Kenapa?"

"Gue mau ngomong, penting."

Soobin menaikkan sebelah alisnya. Tumben sekali Yeonjun tiba-tiba begini.

"Ngomong apaan? Ya udah ngomong aja, ribet lo."

Yeonjun menggeleng, "Engga di sini."

Yeonjun menoleh ke kanan dan kiri, memastikan bahwa tidak ada yang memperhatikan mereka. Lalu menarik Soobin dari keramaian.

Kini mereka berdua berada di samping rumah putih yang mewah, namun di tinggalkan begitu saja oleh pemiliknya.

Soobin menyandarkan tubuhnya sambil melipat tangan. "Lo mau ngomong apaan sih?"

Yeonjun menatap Soobin sebentar, meyakinkan dirinya.

"Jun? Ni anak kenapa sih? Jangan tegang banget gitulah!" kata Soobin mulai tidak nyaman dengan tatapan Yeonjun padanya.

Yeonjun mengeluarkan bungkusan plastik yang di beri Bu Lila tadi pagi. Soobin yang melihatnya semakin mengerutkan kening.

Gelang ini seperti tidak asing di mata Soobin.

"Ini gelang Beomgyu."

Benar saja, Soobin terkejut bukan main. Pantas saja ia seperti mengenalinya.

Soobin mengambil gelang berbungkus plastik klip dari tangan Yeonjun. Walau sedikit ragu karena ada bercak darah di sana, tapi Soobin tetap mengambilnya. "Lo dapet dari mana?"

"Bu Lila," jawab Yeonjun singkat.

"Bu Lila? Bentar-- Kok bisa di Bu Lila?"

"Katanya ini barang Beomgyu yang ketinggalan di kantor polisi, gue juga ga ngerti kenapa bisa polisi seceroboh itu."

"Terus? Kok malah di balikkin ke Bu Lila? Kenapa ga langsung balikkin ke orang tua Beomgyu aja?" Soobin kembali bertanya. Kali ini nada bicaranya lebih cepat dan mengintimidasi.

Yeonjun menghela napasnya, "Ga ada orang, Bin. Bu Lila juga udah coba ngehubungin wali Beomgyu tapi ga di jawab."

Soobin kini diam. Ia lebih mengamati ekspresi Yeonjun sekarang.

"Jangan bilang.. Lo curiga sama gue?" ujar Yeonjun merasa dicurigai.

Soobin tertawa sarkas, lalu mendekat pada Yeonjun. "Orang mana yang ga curiga kalau barang sahabatnya yang meninggal gara-gara bunuh diri ada di tangan orang lain."

"Gue udah bilang sama lo, gue dapet ini karena di kasih sama Bu Lila." Yeonjun menekankan setiap kalimatnya, dirinya tidak terima jadi tertuduh.

"Oke. Tapi kenapa Bu Lila ngasihnya ke lo? Kenapa ga ke gue, Taehyun, atau Kai?"

"Bu Lila ga bisa nemuin orang tua Beomgyu. Dia mikir karena gue paling tua di geng kita, makanya dia pengen gue yang kasih langsung ke orang tua Beomgyu," ucap Yeonjun mencoba menjelaskan.

Soobin kembali menatap plastik klip di tangannya, lalu mengangguk. Alasan Yeonjun masuk akal memang.

"Terus, sekarang mau lo apa?"

"Gue pengen lo yang pegang gelangnya. Entar kita bareng-bareng ke rumah Beomgyu."

Soobin berdecak, "Ah! Kok gue sih? Lo aja yang pegang deh!"

"Ga bisa Junaedi! Lo kan tau ponakan gue yang kecil-kecil suka main ke rumah. Kalau mereka ke kamar gue, terus ngeberantakin kamar gue gimana? Kalau ilang kan, kita semua yang ribet."

Soobin berpikir sejenak. "Kalau gue di hantuin Beomgyu cuman gara-gara nyimpen gelangnya gimana?

"Anjing! Lo takut??" kata Yeonjun tersenyum meremehkan.

"Engga gitu bego! Kan misalnya..."

Yeonjun tertawa, "Halah! Bilang aja lo ga berani."

Karena mulai sebal dengan Yeonjun yang terus mengejeknya, Soobin akhirnya mengiyakan.

"Nah gitu dong!" Yeonjun merangkul Soobin, lalu mereka berjalan pulang bersama.

Mereka berdua tidak sadar, bahwa sejak awal ada yang memperhatikan mereka dari jarak yang tidak terlalu jauh.

aku update nich, vote komen yap! biar aku makin semangat, demi kalian doang aku update padahal harusnya masih hiat awkwkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

aku update nich, vote komen yap! biar aku makin semangat, demi kalian doang aku update padahal harusnya masih hiat awkwkwk

Friends | TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang