"Lo kenapa ga ngabarin dulu sih?"
"Tadinya pengen gitu, cuman kelamaan. Keburu gerimis."
Yeonjun mengacak-acak rambutnya yang setengah basah. Ia tersenyum, bangga pada pada pantulan cermin yang memantulkan ketampanan dirinya.
Saat perjalanan ke rumah Soobin, Yeonjun sempat kehujanan. Untungnya tidak sampai basah kuyup, namun tetap saja dia kebasahan. Belum lagi Soobin yang sangat lamban membukakan pintu membuatnya lumayan kedinginan di luar. Yeonjun kira, ia akan tidur di luar malam ini jika benar-benar tidak dibukakan pintu oleh Soobin.
"Anjayy.. Gile. Gue ganteng banget cuy! Emak gue pasti bangga banget punya anak kayak gue. Aliando mah lewat," gumam Yeonjun memuji dirinya sendiri.
Berbeda dengan Soobin yang menatap sinis pada Yeonjun dari tempat tidurnya, tanpa ada niatan membantah. Bisa dibilang tingkat kepedean Yeonjun itu overdosis, jadi tidak heran bagi Soobin melihat pemandangan seperti saat ini.
"Lo sadar ga, dateng kesini jam berapa? Jam dua belas! Tengah malam! Lo mau nginep apa kabur, hah?!" ujar Soobin masih tidak terima.
"Yaelah lo kenapa sih? Lebay deh. Lagian juga lo belum tidur kan? Lo takut dimarahin bokap nyokap lo? Bin, mereka udah tau banget sama gue. Jadi ga mungkin lo dimarahin terus gue di usir gitu aja."
Soobin berdecak. "Iya! Syukurnya gue belum tidur! Kalau udah, ogah gue bukain pintu buat lo! Nyusahin."
Yeonjun terkekeh lucu, kemudian melangkah mendekati Soobin untuk memeluknya sekencang mungkin.
"YEONJUN! GANTI BAJU DULU NJING! GUE IKUTAN BASAH! YEONJUNN! LEPAS BANGKE! WOY GUE SESEK!!!" pekik Soobin mencoba melepaskan diri.
Setelah puas akhirnya Yeonjun melepaskan pelukan seraya tertawa.
Soobin meraup udara sebanyak yang ia bisa. Dengan tatapan nyalang, Soobin melempar bantal dan guling yang ada didekatnya ke arah Yeonjun.
"JAUH-JAUH LO SANA! PULANG SEKALIAN!" usir Soobin beserta kata-kata mutiara yang terus keluar dari mulutnya. Menyumpahi Yeonjun dengan segala macam sumpah serapah. Emang ga ada terima kasihnya si Yeonjun, udah numpang malah ngelunjak.
"Iya, maaf maaf! Eit! Bin!" Dengan kecepatan kilat Yeonjun menghindari setiap lemparan barang yang ditargetkan padanya. Bak Super Hero yang baru saja menyelamatkan dunia, Yeonjun menyisir rambutnya kebelakang dengan jari-jarinya membuat Soobin semakin jengah.
"Pergi ga lo?" ancam Soobin.
Yeonjun mendengar itu mengerucutkan bibirnya, "Masa lo tega sama gue, Bin? Lo ngusir temen lo di tengah hujan deras gini? Udah tengah malam lagi.. Kalau gue diculik gimana?"
"Bodo amat," ketus Soobin sembari turun dari ranjangnya untuk memunguti bantal dan guling yang tadi dibuangnya.
"Soobin."
Tidak ada jawaban dari Soobin.
"Bin."
Masih sama. Soobin enggan menjawab.
"Bin."
Soobin menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya, berniat tidur dan meninggalkan bocah itu sendiri. Namun detik itu juga Yeonjun menarik selimut Soobin, ah- ralat, bukan hanya menarik tapi mengambil dan menyembunyikan di belakang tubuhnya.
"Apalagi sih?!"
"Pinjem baju, hehe."
"Balikin selimut gue."
"Tapi-"
"Balikin! Gue mau tidur, gue ngantuk!"
"Dingin, anjir. Tega lo, gue masuk angin?"
Soobin menatap datar Yeonjun yang terlihat agak pucat. Walaupun ia masih kesal, namun tidak mungkin Soobin membiarkan Yeonjun sakit karenanya.
"Ambil di lemari. Sekarang, balikkin selimut gue."
Yeonjun berlari ke arah lemari Soobin setelah mengembalikan selimut miliknya. "Thank you, bro!"
Sekitar pukul dua belas lewat lima puluh empat menit, Soobin terjaga dari tidurnya.
Saat Soobin membuka matanya, seluruh ruangan sudah gelap. Beruntung ia tidak menaruh handphone-nya terlalu jauh.
Suara hujan diluar semakin deras, seakan tak ingin pergi. Bersahut-sahutan dengan suara guntur dan petir. Angin kencang tak ikut ketinggalan, menemani hujan malam ini.
Perkiraan Soobin, listrik kini di padamkan mungkin karena takut adanya kemungkinan buruk, misalnya seperti konslet dan sebagainya.
Soobin terlonjak kaget ketika mendengar suara di tengah kegelapan.
"Lah, bangun lo?"
Secepat mungkin Soobin menyalakan senter pada handphonenya. Dan ternyata benar, itu hanya Yeonjun. Soobin berucap syukur karena bukan suara-suara aneh yang di dengarnya. Toh, siapa lagi di rumah ini jika bukan mereka?
"Sialan. Bisa ga jangan ngagetin gitu? Lo sendiri kenapa belum tidur?" tanya balik Soobin.
Yeonjun mengangkat bahunya acuh, "Tadi main hp bentar, pas mau tidur- eh malah mati lampu."
Mulut Soobin membentuk "O" seraya kembali mencari posisi nyaman untuk dirinya tidur.
"Eh iya, Bin, lo kok ga bilang sama gue kalau lo punya adek?"
Soobin menatap bingung kegelapan saat mendengar pertanyaan Yeonjun. "Hah? Adek?"
"Iya, adek lo yang cowok itu! Udah malem masih aja main lari-larian. Kok ga lo marahin sih? Ini juga lagi mati lampu, emang dia berani tidur sendirian?" tanya Yeonjun bertubi-tubi.
Sempat hening beberapa detik, sampai Yeonjun kembali bersuara.
"Soobin?"
"Gue ga punya adek, Jun."
Yeonjun tertawa sarkas, "Ga usah ngaco deh, jelas-jelas tadi gue liat ada bocil kok."
Setelah ucapan itu suara guntur menggelar bersama dengan kilatan cahaya dari langit. Bukannya mereda, hujan malah semakin deras tiap menitnya.
"Gue berani sumpah, Yeonjun. Lo dan lainnya tau, gue itu anak tunggal."
"Terus.. Yang tadi-" Yeonjun belum selesai menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba Soobin lebih dulu memotongnya.
"Shttt! Udah diem, tidur aja, ga usah dijelasin lagi."
"Tapi, Bin-"
"Yeonjun!" bentak Soobin. "Udahlah, tidur aja dulu. Nanti pagi aja baru kita lanjut, keburu subuh nih!"
Kali ini Yeonjun memilih tak menjawab dan menuruti perkataan Soobin. Yeonjun tau, dan ia tidak mau ada hal yang lebih buruk menimpa mereka.
wih lumayan panjang nih..
ayo ayo di vote!
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends | TXT
Horror"Kematian itu takdir Tuhan, tapi kenapa sesulit ini untuk ikhlas?" ©jaayrxs 2024