" Neyhaa.."
Gadis yang di panggil Neyha itu sedikit tersentak. Menoleh ke arah suara yang berada di belakangnya. Dilihatnya sang kakak yang masih memakai stelan baju pengantin telah berdiri tak jauh dari pintu kamar. Mukanya sedikit terlihat kelelahan, meski raut bahagia tak pernah memudar dari sorot matanya. Aura bahagianya begitu sangat terpancar.
" Kak Nat udah selesai?" Bertanya gadis itu menetralisir sikapnya yang sedikit panik karena saat tadi kakaknya memanggil itu disaat dia lagi bertatapan dengan Alia yang sekarang telah resmi menjadi istri dari kakaknya Nathan.
" Iya udah.. kakak capek banget. Boleh sekarang gantian kakak yang nemenin Aya.. dan adik kakak yang paling cantik, di persilahkan keluar kamar.. Sang Arjuna yang ditunggu-tunggu telah datang .."
Nathan senyum- senyum saat mengatakan itu. Diliriknya Alia yang balas tersenyum ke arahnya. Sementara Neyha merasakan perih seketika di dadanya. Dengan berat hati diapun beranjak dari tempat tidur dan berdiri menatapi keduanya. " Selamat yahh..,," Begitu ucapannya sembari melangkah pergi. Tak kuasa dia untuk berkata- kata yang lebih lagi karena dadanya terasa sesak dan tenggorokannya seketika seperti tercekik. Susah untuk berbicara.
" Ney.."
Tiba-tiba Alia memanggilnya. Gadis itu menoleh.
" Makasih yahh.." Ujarnya sembari senyum. Neyha hanya mengangguk sembari melangkah pergi dari kamar pengantin. Meninggalkan kedua sejoli itu dengan perasaan campur aduk.. hatinya benar-benar hancur saat itu. Membayangkan apa yang akan terjadi di dalam kamar setelah kepergiannya.
Dengan langkah gontai Neyha berjalan menuju ke arah kamarnya. Tak ada niatan dia untuk menemui bundanya yang masih sibuk ngobrol dengan famili- famili jauh yang masih tinggal. Dengan wajah yang berkabut duka, gadis itu rebahkan tubuhnya tertelungkup di atas tempat tidur. Dia tutupi kepalanya dengan bantal dan tiba-tiba tangisnya pun meledak. Hingga tubuhnya terguncang.~~~~~~~~~~~~~~'
Sementara itu di kamar lain, Nathan dan Alia masih sibuk dengan pikiran sendiri-sendiri. Nathan duduk di tepi tempat tidur sambil melepas stelan jas warna pastel yang dia kenakan. Dengan posisi membelakangi Alia. Sedang Alia sendiri hanya terdiam dan sibuk membuka-buka gadget di tangannya. Lama situasi itu tercipta, sampai- sampai Nathan mati gaya. Entah apa yang ada di pikirannya, dia hanya memandangi jas yang telah teronggok di pangkuannya. Hingga pada akhirnya suara batuk kecilnya Alia membuat laki-laki itu tersadar.
" Kamu kenapa sayang..?" Lembut suaranya sembari dia lebih menggeser duduknya, mendekati istrinya yang masih dengan posisinya. Di raihnya jemari tangan Alia dan merengkuhnya hangat.
" Kamu lelah??" Bertanya nya dengan wajah penuh cinta. Alia mengangguk lirih.
" Udah pengen tidur rasanya kak.." Suaranya lirih sediki manja. Pikirannya sedikit linglung saat tiba-tiba bayangan wajah lain mengusik sadarnya. Dan dia menghalalkan saat di mana momen yang terkadang Alia ingin sekali bermanja dengannya.
Laki-laki itu menghela nafas panjang sepenuh dada dan menghembuskanya perlahan, seolah tak ingin Alia tau.
" Istirahatlah sayang.." Kemudian ujarnya dengan senyum tersungging di sudut-sudut bibirnya. Di genggamnya jemari istrinya dan mengecupnya hangat. Alia sedikit terhenyak dan syok. Buru-buru dia menunduk. Tak berani dia membalas tatapan Nathan yang tak pernah lepas dari wajahnya. Dia anggukkan kepalanya dengan semburat rasa bersalah di dadanya." Maaf,, kakak enggak apa-apa kann?? Serius..,," (?)
" Enggak sayang.. yaudah bersihin badan dulu sebelum tidur.. kakak rasa juga capek sekali melayani tamu dari pagi sampai malam.." Lalu ujarnya sembari melepas genggaman tangannya dan beranjak berdiri." Sepertinya aku butuh untuk di pijit.." Celetuknya agak bergumam dan berjalan pergi meninggalkan Alia yang masih saja duduk di tepi pembaringan.
" Sayangg.. katanya mau istirahat..?" Muka Nathan menyiratkan tanya, karena Alia yang masih saja setia duduk dan seperti orang kebingungan.
" Kenapa belum juga ke kamar mandi??"
" Aya harus lepas gaunnya buat di ganti baju rumahan.."
" Terus kenapa masih aja duduk di situ??" Dahi Nathan berkerut bingung.
" Kakak masih disituu..." Kemudian ujarnya agak merajuk membuat Nathan agak terkaget dengan muka melongo.
" Ehh iyaa,, harus pergi dulu yahh.."
" Iyaa.."
" Oke oke.." Menyahut Nathan bergegas keluar kamar dengan menggaruk kepalanya yang sebenarnya sama sekali tak merasakan gatal.
Agak tak mengerti dengan sikap istrinya.' Kan kita udah sah sebagai suami istri? Lalu kenapa aku harus keluar saat kamu mau ganti baju?? Ada seperti apapun kamu, udah bukan hal yang tabu jika aku melihatnya.'
Begitu yang ada di pikiran Nathan. Meskipun dia tetap keluar kamar dan memilih untuk mengambil air putih di dalam kulkas. Meneguknya untuk sekedar mendinginkan isi di kepalanya yang mulai memanas. Bukan karena kata-kata Alia barusan. Tapi karena momen yang sudah dia nanti-nanti sepanjang perhelatan acara pernikahan itu, akhir dari pesta yang sangat dia harapkan untuk bisa secepatnya selesai. Menunggu sehari saja seperti ratusan tahun. Lamaaa tak berkesudahan. Satu menit serasa sehari sudah. Begitu momen berakhirnya pesta benar-benar telah terwujud di depan mata, malah yang terjadi di luar ekspektasinya. Bukan tentang rayu merayu juga bukan tentang ciuman mesra dan pelukan hangat.
nasib sudahh.. 🥴"Kamu haus sekali Nat..?" Tiba-tiba bunda telah berada di belakangnya. Sepertinya beliau sangat memperhatikan gerak gerik anak lelakinya itu.
" Iya Bun,, seharian enggak sempet buat minum ato makan yang semestinya.." Nathan menyahut. Meski dalam hatinya bukan mau menjawab seperti itu.
" Udah sangat haus untuk merasakan detik-detik malam penuh semerbak wangi cinta.., tapi istriku malah meminta untuk istirahat dengan alasan kelelahan setelah seharian menjamu tamu undangan. Sedih tau Bun.." 🥺🥺