Di dalam kamar, Alia telah siap-siap untuk melepas baju yang melekat di badannya. Namun saat dia tau jika Nathan mengikutinya ke dalam kamar, diapun urung dan malah duduk di tepi tempat tidur. Nathan tak tau ada jengah di benak istrinya ketika akan melakukan aktifitas yang menurutnya sangat risih untuk dilihat oleh orang lain dan Nathan malah terus-terusan saja membututinya. Dia masih belum sadar bahwa sekarang ini dia telah resmi menyandang status sebagai istri sah. Dengan sumringah dia langsung menghampiri Alia dan buru-buru memeluknya. Erat. Sangat erat.
" Sayangg.. udah dari semalam kakak nahan-nahan.." Suara Nathan terdengar berat dan sedikit bercampur suara nafas yang memburu. Dan Alia bukan wanita bodoh yang tak tau, apa yang tengah di rasakan oleh suaminya saat itu.
" Kak Nath kenapa?" Pura-pura Alia bersikap polos dengan tatapanya yang tanpa dosa. Sampai Nathan di buatnya gemes sendiri.
" Sayangg,, kamu bener-bener istri idaman.. seperti kamulah yang kak Nath cari.. tapiii,, jangan sepolos itu juga donkk sayangg.. masa kakak mesti jelasin detail, kakak kenapa??" Raut laki-laki itu memelas dan pasrah." Karena Aya enggak ngerti kak.."
" Tuhann,, aku mesti gimana dengan istri yang berbentuk seperti bidadari, tapi berhati bayi..pusing kak Nath tuuhh.." Semakin pasrah Nathan memandangi Alia yang duduk di sampingnya. Sepasang matanya terlihat begitu membuat Alia merasa iba.
" Kakak sendiri bingung, harus mulai dari mana buat ngajarin kamu ngerasain ena-ena.." Berkatanya agak bergumam lirih. Dan Alia hanya menahan senyum. Geli sebenarnya. Tapi dia tahan-tahan agar tak meledak tawanya." Sebenarnya yang polos itu siapa sii..?" Dalam hatinya bertanya bingung. Di liriknya Nathan yang nampak gelisah duduknya. Namun Alia tak bereaksi. Heran kann..
Saat ketika ada sama Neyha, jangankan untuk diam, cuekpun sewaktu gadis itu ada di dekatnya, justru dia yang memancing gairahnya. Tapi dengan Nathan hal itu tak dia lakukan. Tak ada kata ingin untuk melakukannya." Kak Nath pake naluri.."
" Hemm,, tapi gimana caranyaaa??"
" Sekarang yang kak Nath mau apa, tinggal kakak ekspresikan.." Lalu ujar wanita itu asal aja. Nathan manggut. Dengan perasaan ragu. Untuk sesaat dia hanya diam dan menunduk.Kemudian..,, " Kakak mau sayang pegang dedekyaaa..."
" Hah????" Spontan muka Alia memerah seperti habis tersengat listrik bertegangan tinggi.
Dengan mata agak membeliak.Nathan salah tingkah.
" Emm...eemm,, maksudnya, yang ada di bawah ini, tolong pegangin sayang.. sebentaaarrr aja..kakak udah seneng.." Seperti memohon cara Nathan meminta pelayanan dari istrinya. Di barengi tatapan mata yang memelas dan penuh harapa. Alia salah tingkah. Bukan karena dia malu, tapi dalam hatinya, menolak untuk melakukan itu." Sayanggg.., plliiiss..." Sorot matanya penuh iba membuat Alia mau tak mau harus mengabulkan permintaan Nathan. Bisa saja ketika dia menolak, Nathan terpacu untuk berlaku kasar. Memaksa atau seperti apapun itu, Nathan itu laki-laki. Bukan tak mungkin dia akan main kasar. Dengan perasaan enggan, Alia pun menuruti kemauan suaminya. Perlahan jemarinya mulai menyentuh sesuatu yang ada di antara kedua paha Nathan yang waktu itu memakai celana tidur panjang yang berkain cukup tipis dan lembut. Hingga bentuk benda yang ada di bawah perutnya itu terlihat jelas. Menonjol dan nampak memanjang. Apalagi Nathan dalam keadaan duduk jadi semakin terlihat besarnya. Hati Alia bergidik ketika telah menyentuhnya. Meski pelan, namun dia bisa merasakan kerasnya dan nampak telah menegang. Reflek laki-laki itu memejamkan kedua matanya dan sedikit menengadahkan kepalanya. Sentuhan lembut jemari istrinya yang diikuti usapan dan sedikit remasan membuat angannya melambung ke awan. Selama ini dia belum pernah merasakan hal itu.
" Sshhhhtt...sayangg,, baru gini aja udah nikmat sekali rasanya.. apalagi saat masuk ke punya kamuuu.." Mencercaunya dengan muka yang mulai merona dan nafas memburu. Bibir laki-laki itu mendesis dan bergetar menikmati pijatan Alia.. Hingga dia merasa tak sabar lagi, dan begitu saja memeluk istrinya dan menjatuhnyan tubuhnya ke tempat tidur dengan posisi Alia berada di bawahnya. Alia tak kuasa untuk memberontak. Karena Nathan mengunci tubuhnya dan dia tak bisa bergerak sama sekali.
" Kita nikmati malam pertamanya pagi ini aja sayang.., mumpung belum mandi jugaaa... Kakak udah enggak sabar lagii..." Tangan-tangan Nathan mulai menggerayangi tubuh istrinya. Dengan nafsu yang sudah berada di ubun-ubun. Alia hanya diam tak menjawab. Dia pandangi sosok suaminya yang dari rona wajahnya sudah nampak begitu di amuk gairah. Dan dia tau jika keadaan sudah begitu, tak ada keberanian untuk menyudahinya. Terlebih dia menyadari saat ini tengah berada di mana.
Sesal iyaa..,, karena bukan nikmat itu yang dia cari dan di inginkannya." Remas terus dedeknya Ayaa,, ouhhh..." Berkata Nathan semakin berani melampiaskan hasrat birahinya terhadap Alia yang telah resmi menjadi istrinya. Dia bawa jemari-jemari tangannya menyelusup di antara baju tidur yang di pakai oleh Alia, Lalu meraih kedua benda yang menonjol di antara dadanya yang saat itu tengah dia tindih. Meremasnya dengan jemari dingin dan gemetar. Sementara bibirnya menciumi telinga dan leher wanita muda itu dengan penuh nafsu. Seperti orang kehausan cara Nathan mencumbui istrinya. Sampai dia lupa, harus ada perasaan yang terjaga saat aktifitas itu dia lakukan.. Kesadarannya sudah diterjang gelombang hasrat yang datang dengan besarnya. Tubuh laki-laki itu masih menindih tubuh Alia dan tak hanya diam.
Tangannya sibuk meremasi payudara Alia dan kaki-kakinya yang dia jadikan pijakan untuk menekan benda yang ada di bawah perutnya ke arah selangkangan Alia yang telah dia lebarkan dengan kakinya. Alia pejamkan mata. Perih sekali merasakan remasan-remasan dari tangan Nathan. Ciuman yang begitu tak berirama yang membuatnya sesak nafas.
" Kakak.., pelan-pelann.." Akhirnya ucapan itu keluar dari celah bibirnya. Nathan hanya menjawab dengan deheman saja. Karena dia sibuk dengan pikirannya untuk bisa mewujudkan satu persatu hasratnya terhadap tubuh indah istrinya kala itu..