Kaneyha dan Alia menuju ke salon yang tempat langganannya Alia yang agak sedikit jauh dari rumah. Jika di tempuh perjalanan dengan motor bisa memakan waktu 20 menitan. Sebenarnya lebih dekat untuk di tempuh semisal kalau dari arah rumah mamanya. Namun karena sekarang dia tinggal bersama suaminya yang mengharuskan menempuh jarak lebih jauh.
Bicara soal orang tua kandung, Alia sering meluangkan waktu sekedar untuk menanyakan kabar dan lagi apa. Bahkan kemarin setelah dari jalan-jalan dengan adik ipar serta mertuanya, Pagi-pagi sebelum ke tempat kerja mereka sempatkan untuk memberikan oleh-oleh, titipan dari bunda. Ngobrol sebentar dengan mamanya. Dan sempat juga Nathan di buatkan secangkir kopi. Sengaja dari rumah mereka pagi-pagi, agar bisa agak lama Alia melepas kangennya.
" Kemaren kenapa mama enggak mau ikutan coba??"
" Mama ada urusan Aya.. kan mama udah kasih tau ke kalian. Ke besan jugaa.. "
"..Butiq mama kedatangan pelanggan penting sayang.. dan setiap mereka memesan baju pasti menghabiskan budget yang lumayan gede.. mereka udah langganan Aya.. dan mama enggak mau ngecewain mereka.."
" Coba deh ma, tempo hari pas menikah mama yang buatkan bajunya.." Nathan ikutan nimbrung." Iyaa kalo mama enggak ada sibuk, pasti mama buatin tanpa harus kalian minta.."
" Iyaa siih ma.."
" Gimana keadaan bunda,? Sehat kann??"
" Sehat ma.."
" Syukurlah.."
" Habisin kopinya Nathan, sebelum berangkat kerja. Pamali kalo di tinggal masih ada sisa.."
" Beres maa.. kopinya enak, pasti saya habiskan.."
" Rencana kalian mau honeymoon kemana??"
" Labuan Bajo maunya Alia ma.."
" Iyaa,, Aya kan belum pernah kesana ma..jadi kesempatan kann..jangan di sia-siakan.." Alia main serobot saat mendengar Nathan cerita ke mamanya, kemana mereka akan berbulan madu. Sampai Nathan senyum-senyum melihat tingkah istrinya yang terkadang seperti anak kecil yang manja." Coba kalo bukan acara bulan madu, mama udah ngekor pasti.." Dan ketiganya tertawa besama-sama. Cukup lama juga mereka bercengkrama. Sampai jarum jam yang ada di pergelangan tangan Nathan menunjukkan angka yang dia harus secepatnya pamit. Untuk menuju ke kantor.
Mana harus mengantarkan istrinya juga ke tempat kerjanya. Akhirnya merekapun permisi pulang di iringi sang mama hingga mobil berjalan pergi meninggalkan pekarangan rumah yang cukup besar itu.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~" Masih lama nyampenya Aya?!" Ditengah perjalanan Neyha berteriak, menanyakan jarak salon masih jauh atau tidak.
" Sebentar lagi sampai Ney..!"
Dengan kecepatan yang cukup kencang gadis itu terus melajukan motor maticnya. Hingga Alia merasa sedikit takut dan tanpa sadar diapun memeluk pinggang Neyha agar badannya tak terhuyung kesana kemari. Karena dia meliuk-liuk saat mengendarainya. Seperti tak ada rasa takut jika nanti terjadi hal yang tak di inginkan sama sekali.
" Udah lama kamu enggak pernah memeluk pinggangku, sampai lupa cara menaruh jemari kamu Aya..!" Celoteh Neyha membuat wanita itu salah tingkah. Ingin dia segera melepaskan tangan-tangannya yang masih melingkar di setengah perut gadis itu, tapi gadis itu melarangnya.
" Jangan di lepas, atau kamu mau kita jatuh sama-sama??!" Mendengar perkataan Neyha itu, Alia semakin erat merapatkan pelukannya. Dia ngeri mengingat dulu, dimana ketika Neyha melajukan motornya seperti orang kesetanan saat dia dalam keadaan marah dan kesal.
Hal seperti itu coba Alia hindari saat ini. Lebih baik mencari damai dan rasa aman saja." Jangan kenceng-kenceng Ney.., orang rumah kan enggak ada yang nungguin. Lagian udah ijin juga tadii..!"
Gemetar Alia, merasa jika Neyha tak mau mendengarkan kata-katanya. Neyha hanya diam seribu bahasa. Dalam benaknya dia tengah sibuk berpikir, gimana caranya agar dia sampai rumah tepat ketika Arga datang. Dan Alia tak mengetahui itu. Dia sedang memburu waktu. Apalagi getar hape yang ada di saku jaketnya yang berkali-kali membuat dia berpikiran jika itu adalah kekasihnya, Arga. Cowok hitam manis yang banyak di incar cewek namun lebih memilih menjatuhkan hatinya pada Kaneyha. Gadis super jutek, angin-anginan dan terkadang barbar juga di lain sisi bisa tiba-tiba menjadi batita yang banyak maunya. Arga adalah teman kuliahnya dulu. Yang sekarang bekerja di sebuah perusahaan pertambangan diluar pulau, tepatnya di Kalimantan, dan yang mengharuskan dia meninggalkan orang-orang terkasihnya dan hidup menjadi perantau. Pekerjaan itu sudah cukup lama juga dia jalani. Hampir 4 tahun yang lalu. Arga hidup berdua dengan papanya yang hanya mengandalkan hidup dari uang kiriman Arga. Namun juga ada uang pensiun dari almarhum istrinya yang dulunya bekerja sebagai kepala sekolah di sebuah sekolah menengah atas negeri. Dan saat ini dia tengah mengambil cuti, pas ketika hari H pernikahan Nathan, selisih dua hari mungkin. Dia baru bisa datang untuk mengucapkan selamat atas pernikahannya." Bentar lagi giliranku bro." Begitu sesumbarnya pada Nathan dan Alia.
" Ney itu salonnya, sebelah kanan jalan. Kamu pelanin motornya.."
Alia sedikit mencubit perut gadis itu.Gregetan juga karena Neyha tak pernah sedikitpun berubah. Masih nakal dan semaunya. Gadis itu sedikit berteriak menahan perih. Cubitan Alia masih sama sakitnya dari yang dulu.
" Iyaa iyaa.. aku tau, ini aku lagi nyari jalan tikungan untuk berbalik arah.." " Padahal ada di depan tadi. Kamu yang terlalu kesetanan.."
" Sorry.." Hanya itu yang keluar dari bibir gadis itu. Dengan muka nyengir dan tanpa dosa.
" Enggak ada yang berubah dari kamu Ney.." Ceplos Alia saat turun dari jok belakang. Raut wajahnya menahan kesal. Neyha terbatuk.
" Siapa yang mau berubah??? Bahkan untuk perasaan aku ke kamuu, aku sama sekali tak berniat untuk berubah." Ucapan Neyha membuat muka wanita cantik itu bersemu. Serasa ada yang berterbangan di perutnya. Dan terlihat senyumnya sedikit tersungging meski dengan kepala tertunduk.Cukup lama juga Neyha menunggu Alia yang lagi melakukan perawatan rambut. Dengan gadget di tangannya yang sesekali dia buka. Ternyata dugaannya tadi benar. Arga menelfonnya. Dia bilang sudah dalam perjalanan. Dan Neyha baru sempat balas saat mereka sudah tiba di salon langganan Alia. Sebentar dia sempatkan untuk menelfon kekasihnya itu. Tanpa dia sadari ada sepasang mata yang mengawasinya dengan tatapan jengah.