" Sayangg..."
Dari arah dalam rumah Nathan datang menghampiri. Melihat sosok Alia yang berdiri di teras rumah dengan sikapnya yang diam mematung. Dan ketika dengan lembut dia memeluk istrinya itu dari belakang, sontak wanita cantik itu terkejut. Kaget dia karena tahu-tahu ada yang memeluk tubuhnya dari belakang. Dan menangkap sepasang kaki-kaki yang memakai sandal itu diapun langsung tersadar.
" Kak Nath udah sarapan..?" Begitu bertanyanya dengan sedikit melepaskan pelukan laki-laki itu dan membalikkan badan ke arahnya. Nathan senyum.
" Gimana kakak bisa sarapan, kalo kamu enggak nemeni Aya.."
" Eh iyaa.. Maaf kak, tadi Aya sedikit ada keperluan sama Ney. Minta Ney beliin kelapa muda kalo balik.." Alia menutupi sikapnya yang sedikit tegang karena suaminya tau jika dia berada di teras depan untuk menemui adik iparnya. Takut jika Nathan diam-diam memperhatikan dari tadi." Kak Nath udah lama disini??"
" Barusan aja. Bunda nyuruh kakak nyusulin kamu buat sarapan pagi sama-sama.. makanya kakak cariin kamu.."
" Belum mandi lohh kitaa.."
" Enggak apa.. justru biar kumannya ikutan kenyangg.." Nathan tertawa lepas di ikutin tawa kecil Alia.
Dan merekapun beranjak pergi dari situ dan melangkah masuk ke dalam rumah. Berjalan beriringan dengan tangan kokoh Nathan yang tak lepas memeluk pinggang istrinya. Terlihat laki-laki itu begitu merasakan evoria kebahagiaan. Beda dengan Alia istrinya yang datar saja sikapnya. Lebih sering menyungging senyuman hanya untuk mengelabui semua orang, jika dia terharu dengan pernikahannya dan mendapatkan Nathan sebagai suami.Sampai di ruang makan, mereka langsung disambut hangat semua yang ada disitu. Terlebih saudara- saudara dari bundanya yang begitu terus menggodanya tanpa henti.
" Pelukannya ya Allah.. Nathan, istrimu Ndak akan di ambil sama siapa-siapa.. takut sekali.." Salah satu saudara perempuan bunda nyeletuk.Nathan tertawa.
" Dia satu-satunya dan susah nemuin yang seperti dia Tante.."
" Dia udah berlabel istri sah lohh.. jadi santuyyy.. kalo di ambil orangpun masih tetap jadi milik kamuu Nath.."
" Ehh.. om Fandy jangan bicara gitu.. doain itu.."
Muka laki-laki itu langsung berubah. Lelaki yang di panggil om Fandy itu terkekeh.
" Ups. Sorry sorry.. om bercanda.. yasudah makan pagi sini.. kalian apa Ndak laper..?"
" Iyaa.. semalam habis bertampur pasti kan yahh.. jadi butuh amunisi biar strong lagii.." Celotehan om Fandy di timpali tantenya dengan semangat.Sepasang pengantin baru itu hanya mengulas senyum malu dengan muka memerah. Menyaksikan putra dan menantunya yang terus-terusan di godain, bunda Nathan langsung menengahi.
" Udah udahh.. Re, makan.. jangan berceloteh terus.. keburu dingin masakannya.." Dan perempuan yang di panggil itu menganggukkan kepalanya sembari masih saja senyum-senyum.
" Kamu juga Fandy.. ayukk makan semua.. sarapan udah tersaji di meja, menunggu untuk di santap.." Bunda segera menyuruh Nathan dan Alia untuk duduk. Sambil sibuk mengambilkan nasi untuk orang-orang yang telah duduk memenuhi meja makan yang lumayan besar.
" Nasinya cukup atau mau ditambahin lagii..?"
" Cukup kak..nanti kalo kurang tinggal ambil.."
" Yasudah... Nath, Aya.., bunda ambilin atau,,"
" Biar kak Nath, Aya yang ambilin bunda.."
" Hemm.. ayo semua silahkan menyantap makanannya..nikmati yang ada dan tersedia..jangan lupa berdoa dulu sebelum makan.." Dan semua tertawa dengar ucapan bunda yang lebih seperti guru paud.
Sementara yang lain sudah mulai menyantap, Aya masih sibuk mengambilkan nasi dan lauk untuk suaminya Nathan. Nathanpun sabar menunggu sembari tatapannya sedikitpun tak beralih dari sosok Alia. Dia begitu terpana dan mengagumi wanita muda yang cantik anggun lebur dan auranya begitu mempesona. Sangat bersyukur dia bisa dapatkan wanita itu yang sekarang resmi dia persunting. Rasa haru dan sekaligus bangga." Kak Nath, di makan dulu sarapannya..dari tadi ngliatin Aya Mulu..maluu.."
Nathan terkesiap.
" Eh iyaa..aa sayangg.." Mukanya merona karena menahan malu. Tertangkap basah oleh yang lain jika dia begitu memperhatikan setiap gerak gerik istrinya. Sekecil apapun itu. Kalau saja yang menangkap perbuatannya itu hanya Alia, justru dia akan semakin nakal dan mengeluarkan jurus rayuannya mungkin.
Tiba-tiba di pikirannya terlintas hal yang sedikit jorok. Hingga membuat laki-laki itu kaget sendiri dan buru-buru menyantap makanan yang sudah di ambilkan oleh Alia. Dengan lahap Nathan memasukkan tiap sendok butir-butir nasi lengkap dengan lauk dan sayuran ke dalam mulutnya. Otaknya kembali membayangkan hal-hal nakal dan tentang Alia, tentang malam pertama yang belum sempat dia cicipi. Mendadak saja Nathan ingin segera menyelesaikan makannya dan buru-buru mengajak Alia ke kamarnya. Dia rasa sesuatu yang dari tadi terjaga terus, sekarang justru kian garang dan tegang. Sakit dia merasakan di bawah perutnya." Nath, jangan seperti kesetanan gitu kalo makan." Bundanya menegur. Rupanya beliau memperhatikan anak sulungnya yang begitu bersemangat menghabiskan makannya tanpa menoleh kesana kemari. Bahkan Alialun sampai dia acuhkan. Isi di kepalanya sibuk dengan rencana dadakan yang siap dia lancarkan dan baginya kali ini tak boleh gagal.
" Udah mau habis juga bunda..biar bisa cepet mandi.." Begitu alasannya.
Semua yang di meja makan hanya mengulas senyum. Mereka seolah sudah paham akan sikap lali-laki tampan itu biar tanpa di jelaskan sama sekali.
" Tapi kan Ndak begitu juga sayangg.. lihat istrimu saja pelan-pelan dan masih banyak. Masa mau ditinggalin..?"
" Nanti Nath suapin di kamar bundaa..iya kan sayang..?" Nathan mengerlingkan mata genit ke arah Alia yang tersenyum kecil. Senyum yang sebenarnya sedikit menyimpan rasa jengah. Entah kenapa hati wanita itu merasa jika saat ini dia tengah berada di sebuah episode drama. Drama yang dia ciptakan sendiri dengan terpaksa atas nama masadepan dan atas nama menyelamatkan hubungan dia dengan adik Nathan, Neyha.. Gadis yang selama ini begitu dia puja dan di kaguminya. Seseorang yang mengajarinya cinta sekaligus patah hati. Bukan karena Neyha yang salah, namun keadaan yang memaksa itu semua harus berakhir. Perasaan yang tidak pada tempatnya, meski itu adalah murni dari hati dan bukan rekayasa..
Sedikit menahan nafas, Alia melepaskan beban hatinya. Hembusan berat yang dirasanya sangat menyakitkan." Kok Neyha belum pulang juga bunda??" Tiba-tiba tanpa sadar dia bertanya seperti itu pada wanita setengah baya yang dulu adalah ibu dari sahabatnya, dan sekarang menjadi mertuanya. Dan pada saat selesai Alia dengan pertanyaanya, dia langsung menutup bibirnya dengan kedua jari tangannya.
" Dia kan ada janji bertemu sama nak Arga.."
" Kenapa Aya??"
" Hemm.. enggak Bun.., Aya hanya nitip sesuatu sama Ney.." Buru-buru Alia menjawab pertanyaan bunda dengan sikap agak salah tingkah." Bundaa, Aya pergi duluan yahh, lepas ini mau mandi.." Lalu diapun pamit dan meminta ijin untuk masuk ke kamar di ikuti oleh suaminya Nathan.