Pagi itu cuaca sedikit mendung. Nampak mobil Avanza melaju dengan kecepatan sedang melintasi jalan utama yang cukup lengang. Hari Minggu arus kendaraan bermotor lumayan berkurang banyak di bandingkan saat hari kerja. Sebuah lagu milik Tulus mengalun pelan menemani jalannya mobil. Di dalam nampak ada bunda, Kaneyha beserta Alia dan Nathan yang berada di depan. Nathan mengemudikan laju avanzanya dengan santai. Sesekali nampak dia mengikuti lirik lagunya dengan tatapan lurus ke depan. Sementara Alia lebih banyak diam. Hanya bunda dan putrinya Neyha yang lebih banyak bercanda. Alia ingin nimbrung sebenarnya, tapi ingat sikap judes Neyha sejak pernikahan itu membuatnya lebih tak percaya diri dan memilih menjadi pendengar saja.
" Ney mau traveling Bun.. tapi belum tau siih kapan.. nunggu Arga pulang ke sini.."
" Bunda enggak pernah melarang kamu mau ke manapun. Yang penting bisa jaga diri.."
" Aassiiaapp.."
" Bunda mau ikut enggak??" Lalu bertanya gadis itu dengan mimik muka yang dibuat serius. Wanita setengah baya yang dipanggil bunda itu reflek mencubit hidung mungil Neyha gemas.
" Anak bunda inii.., apa mau nanti kalo ikutan terus kamu tanggung jawab kalo bunda kelelahan. Usia bunda ini udah masanya santai dirumah.."
" Kan Ney bisa gendongin bundaa.." Tertawanya sembari menyandarkan kepalanya di bahu wanita itu yang hanya tersenyum kecil.
" Kita kok engga ada di tawarin siih Ney..?" Tiba-tiba Nathan nyeletuk. Neyha manyunkan bibirnya.
" Ogah. Ntar yang ada malah kita yang jadi kambing ompong.."
" Kenapa bisa??"
" Yah kak Nath pasti jadiin itu ajang buat honey moon.. iyaa kann..?"
" Hahaha..kok adik kakak tau siihh.." Tertawanya melirik Alia yang ikutan tersenyum.
" Kan bisa kalo kita ikut.. lebih murah meriah karena semua ditanggung bersama.."
" Enak aja. Enggak deh. Lagian Ney juga enggak ada minat ngajakin. Ini khusus buat Ney sama Arga."
" Eit cuma berdua??" Mata Nathan melotot ke arah adiknya. Neyha manggut dengan santai.
" Bunda jangan bolehh.. bahayaa.." Diihh kak Nath, apaan ih.."
" ..Mana ada kek gitu yahh..,," Protesnya tak terima." Kalo pergi berdua, pasti ada yang ketiga.." Lalu ujar Nathan lagi menimpali.
" Ketiga, siapaa??"
" Setan pasti." Tiba-tiba celetuk Alia tanpa sadar, begitu saja menjawab pertanyaan Neyha. Tapi wanita itu buru-buru menutup bibirnya dengan jemari tangannya, dan agak takut-takut memperhatikan sosok yang tengah duduk di jok belakang, lewat spion yang ada di depan. Dan kepanikanya memang benar adanya. Dia bisa melihat dengan jelas muka tak suka gadis itu. Namun di tunjukknnya dengan cara diam dan menatapnya tajam.
Namun keadaan itu hanya mereka berdua yang tau. Nathan dan bunda tak acuh saja. Nathan asik mengemudi dan wanita setengah baya yang masih terlihat cantik itu pun tengah memejamkan matanya. Perjalanan di Minggu pagi itu rencananya Nathan dan Alia, mau mengajak bunda dan Neyha untuk pergi ke arena pemancingan. Tadinya sih bukan rencananya untuk ke tempat itu. Namun bunda bilang jika beliau sudah lama tak pernah menikmati suasana yang masih alam dan ada tempat makannya. Dan akhirnya Nathan memilih tempat itu atas rekomendasi dari istrinya tersayang.Dan perjalanan yang harus di tempuh dari kota tempat tinggal mereka ke wisata pemancingan itu sekitar 1 jam lebih 30 menit kurang lebihnya. Itu bila tak ada halangan. Jadi pas berangkat Nathan meminta untuk sedikit pagian agar sampai ke sananya tak terlalu penuh sesak dan masih bisa mendapat meja. Karena biasanya weekend itu sangat ramai pengunjung.
Di sepanjang perjalanan mereka habiskan waktu dengan bercengkrama bercanda dan terkadang saling diam, asik menikmati suasana di sepanjang kanan kiri jalan tol yang mereka lalui yang ditumbuhi pepohonan dan sangat hijau. Daerah perbukitan dengan suguhan pemandangan yang membuat mata serasa termanjakan. Avanza itu terus melaju, hingga tak terasa setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, akhirnya mereka pun telah sampai di tempat tujuan. Sebuah tempat pemancingan yang sudah sangat familiar di telinga penduduk kota Semarang, pun juga wisatawan yang berkunjung ke daerah atas. Pemancingan di wilayah Bandungan dan terletak di daerah jimbaran. Terpampang jelas nama SUHARNO sebagai nama tempat wisata pemancingan tersebut. Tempat itu memang sangat cocok untuk arena berkumpul ketika reuni atau tongkrongan yang mengenyangkan perut. Dengan sajian khas ikan-ikan tawar dengan bumbu yang sangat pas di lidah, hingga banyak pengunjung yang ketagihan dan balik lagi ke sana Salah satunya Nathan Alia serta Neyha. Hanya bunda yang tak pernah kesitu. Karena selain sibuk dengan bisnis toko kuenya yang sudah membuka cabar di beberapa daerah, beliau juga sudah kelelahan dan malas untuk bepergian jauh. Lebih memilih untuk beristirahat di rumah saat senggang waktu.
Dan benar saja, di parkiran yang sangat luas itu sudah berjejer mobil- mobil dan kendaraan bermotor. Padahal baru jam sepuluh lebih berapa menit, tapi pengunjung wisata pemancingan sudah penuh saja. Ada yang bersama kekasih mungkin, rombongan teman dan keluarga kecil mereka.
Cuaca mendung dan agak gerimis. Di daerah itu memang hampir setiap harinya di landa gerimis atau hujan meski bukan saat musim penghujan. Suhu udara yang dingin dan masih berkabut walau siang hari karena matahari jarang sekali muncul dengan sungguh-sungguh. Nathan memarkirkan mobilnya dengan di bantu petugas parkir dari tempat wisata tersebut. Setelah selesai mobil terparkir dengan sempurna, merekapun beranjak turun." Bundaa, Ney, turun yuk, udah sampai kita.." Begitu Alia membuka suara di ikuti anggukan Nathan. Wanita setengah baya tersebut mengiyakan.
" Tempatnya besar sekali yahh..?" Bertanyanya sewaktu mereka telah turun dari mobil. Sementara Neyha hanya mengekor di belakang. Sibuk dengan gadget yang ada di tangannya.
" Ney, jalan yang bener.. main hapenya nanti kalo udah sampai di tempat.." Berkata bunda dan agak menepuk pantat putrinya yang langsung nyengir.
" Cuma balesin chat Arga bentar Bun.."
" Ntar kan bisa.. hanya berapa menit untuk sampai. Apa nak Arga akan marah??"
" Iyaa.. iyaa bunda sayangg.., Ney berhenti ini..udah Ney masukin ke saku celana.." Kemuadian ujarnya sembari menunjukkan kalau gadgetnya telah dia masukkan ke dalam saku celana jinsnya yang bagian depan.
Lalu mereka pun melanjutkan berjalan kaki, mencari tempat yang enak untuk duduk sembari menikmati pemandangan alam yang sejuk dan asri. Beruntung saat mereka datang tempat yang di incar masih tersedia beberapa meja. Dan Nathan mengambil salah satu meja yang berada paling ujung, yang lebih tenang dan tak banyak untuk berlalu lalang para pengunjung wisata.