Tak memakan waktu lama mereka singgah di pasar Ungaran. Mungkin hanya sekitar 30 menit.
Hanya untuk membeli yang sesuai bunda mereka request tadi dan membelikan oleh-oleh untuk besan juga, setelahnya mereka langsung beranjak pulang.Udara semakin dingin dan kabut mulai turun dengan intensitas lebih tinggi saat mobil yang di kemudikan Nathan beranjak turun meninggalkan daerah itu. AC mobil sengaja di kecilkan karena cuaca yang semakin dingin. Terlebih gerimis tak berhenti selama seharian ini. Suasana sore mulai temaram begitu mobil menginjak ke daerah kota Semarang. Lampu-lampu jalan yang mulai menyala dan rumah beserta toko-toko serta mall yang terlihat terang benderang oleh cahaya lampu. Kota semarang terasa padat jika malam hari. Karena banyak penduduknya yang keluar rumah untuk sekedar nongkrong di taman kota atau di alun-alun. Jadi terlihat lebih hidup.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
" Sekarang lagi di mana..?" Gadis itu mondar mandir di ruang makan. Jalan kesana ke mari seperti orang kebingungan. Benar-benar dia sekarang jadi sangat sibuk dengan sosok Arga. Seharian tak henti-hentinya dia chatan, voice note hingga Video call dan telefon suara. Sudah seperti operator saja dia. Alia sampai di buatnya terheran-heran. Karena tidak biasanya dia bertingkah seperti itu. Neyha tipe cewek yang angin-anginan dan paling benci di repotkan dengan perhatian-perhatian yang sudah dalam taraf bucin. Menurutnya itu alay sekali. Tapi kenapa justru sekarang dia lebih alay dari orang-orang yang suka dia nyinyirin dia komentari??? Itu yang membuat Alia tak habis pikir.
Dan lebih tak habis pikir lagi, kenapa dia harus serepot itu mengurusi dan peduli urusan pribadi Neyha?? Yang kini telah berstatus sebagai adik iparnya. Nah kann..
" Aku lagi di rumah papa neyhaa.. kenapa siih tumben banget kamu nanyain mulu?? enggak cuma sehari sekali, tapi berulang kali malah.. kamu kenapa?? Ada apa sayangg??"
" Kamu risih Arga??"
" Bukan. Jangan salah paham. Justru aku seneng banget.. tapi heran dengan perubahan kamuu.."" Ya udah, sekarang mau kesini apa enggak??" Sedikit memaksa gadis itu bertanya. Suaranya penuh ancaman.
Dari seberang telefon Arga tertawa-tawa.
" Okay okay, aku segera datang.. tunggu aja. Lagi nanggung ini..aku lagi main catur ini.."
" Hah.., enggak salah?? Biasanya juga cuma bisa main ular tangga.."
" Nah itu.. dari tadi kalah terus.."
" Yaudah lanjutin. Tapi sekali yang itu selesai jangan main lagi..minta ijin sama papa buat pergi. Alasan ada apa kek..,,"
" Papa udah tau.., kalo aku bilang mau ketemu calon mantu, pasti di suruh cepet-cepet malah.."
" Hemm.. aku mandi dulu kalo gitu Arga."
" Iya sayang..sayang kamu.. muuach." " Muuach."
Balasnya dengan muka meringis. Seumur-umur baginya tak pernah ada momen ketika telepon ada kissing-kissing segala dengan Arga. Tapi demi hal yang dia tuju, dia turunkan gengsinya. Sampai harus jadi orang lain yang sok perhatian dan peduli. Padahal di balik itu semua dia hanya mempertaruhkan hati demi orang yang sampai kini tak pernah berhenti memutar perasaannya menjadi kesal, rindu dan marah sekaligus.
Terus menerus saja begitu." Ney.."
Gadis itu menoleh. Karena ada yang memanggilnya dengan suara yang sangat jelas. Di lihatnya Alia sudah berdiri tak jauh darinya, dengan tubuh yang masih terlilit handuk. Sepertinya dia baru selesai mandi.
" Ada apa??" Bertanya Neyha tak berani secara penuh menatap ke arah wanita itu. Takut ada yang rusak seketika di otaknya.
" Kak Nath masih lama buat pulang kerja. Ada kerjaan yang menumpuk yang harus dia kerjakan selama dua mingguan ini sebelum ambil cuti."
" Terus apa hubungannya sama aku??"
" Minta tolong anterin ke salon bisa enggak?? Kepala aku udah terasa berat.. emang udah waktunya untuk perawatan rambut juga..Sekalian nemenin akuu.." Alia penuh harap meminta tolong pada adik iparnya itu.Lama gadis itu terdiam. Sampai kemudian, " Emang masih ada salon buka di jam segini??"
" Ada. Salon langganan aku.. tutup sampai jam 21.00 wib. Bisa kann..?"
" Oke.. aku enggak perlu ganti baju ini??"
" Enggak usah. Kamu tetap menarik pake apapun itu."
" Ehem." Neyha berdehem kecil mendengar ucapan Alia. Meski dalam hatinya sangat berbunga-bunga.
" Ya udah aku ganti baju dulu yahh.. tunggu bentar, enggak akan lama kok.." Bergegas Alia pergi meninggalkan Neyha yang terpaku memandanginya hingga menghilang dari hadapannya.Sungguh sebuah suguhan lukisan indah yang dia saksikan sewaktu setengah tubuh Alia yang tertutup handuk berukuran sedang itu jelas terpampang di matanya. Kulit mulus yang masih sedikit basah dengan rambut yang tersanggul ke atas..
Apa memang dia sengaja melakukan itu??? Kenapa tidak dari dalam kamar dia memakai baju lengkap atau lebih menutup tubuhnya yang benar-benar terekspose saat itu. Padahal kamar mandi pun ada di kamar pribadi Nathan. Atau mungkin Alia takut jika Neyha keburu pergi, karena tadi sempat Alia dengar sewaktu Neyha begitu memaksa Arga untuk datang ke rumah. Entahlah.., hanya Alia yang tau maksud hatinya sendiri. Neyha sudah lupa dengan janjinya. Kedatangan Arga yang dia tunggu, tak lagi menarik minatnya. Justru sekarang dia lagi gelisah menunggu kemunculan Alia dari dalam kamarnya. Hatinya sudah dikuasai rasa yang melahirkan senyuman yang tak berkesudahan. Bahagia sekali nampaknya.
" Yuk berangkat sekarang.." Dari dalam kamar sosok yang di nantinya muncul dengan tampilan yang cantik dengan baju yang dia kenakan
" Okay."
Sahut Neyha agak terjungkat kaget dengan suara Alian yang mengagetkan lamunannya.
" Udah bilang sama bunda kan kita mau kemana Ney??"
" Udah. Sekalian kak Nathan jugaa.."
" Ayaa.."
" Iyaa..?" Urung wanita itu melangkah karena panggilan adik iparnya baru saja. Neyha menatapnya cukup lama. Alia bengong.
" Iyaa??" Tanyanya sekali lagi.
" Kamu cantik banget.." Hanya itu yang gadis itu ucapkan, sebelum dia berjalan pergi menuju ke garasi.Mengambil maticnya yang sudah dia parkir di sana sepulang dari toko kue tadi. Sementara bunda masih ditoko. Mungkin sebentar lagi juga pulang. Dan biasanya di anterin karyawan dengan memakai mobil boks yang biasanya untuk mengangkut jajanan-jajanan menuju ke toko, sekalian untuk mengambil motornya yang dia titipkan di rumah.
Dari belakang, Alia tak lepas memperhatikan gerak gerik Neyha. Dengan hati yang masih di liputi kesalah tingkahannya karena pujian yang barusan Neyha lontarkan terhadapnya.
Kaneyha tak pernah peduli dengan cara dia memakai bajunya. Tapi selalu enak di pandang. Itu salah satu kelebihan Neyha. Tanpa harus repot memadu padankan pakaian apa tapi setiap penampilannya selalu stylish. Beda dengan Alia yang butuh waktu lama untuk sekedar memilih baju yang pas dan berdandan yang membuatnya terlihat natural dan elegan. Dalam hati dia begitu mengagumi sosok adik iparnya tersebut. Sosok yang di masa lalunya dulu adalah seseorang yang begitu dia puja-puja.