Begitu selesai mengantarkan kakak iparnya Alia melakukan perawatan rambut, Neyha segera tancap gas untuk secepatnya sampai di rumah. Karena Arga sudah menunggunya. Tadi sewaktu di chat, Arga bilang jika dia sedang bersama bunda. Dan dia juga bilang kalo dia merasa canggung dan nervous karena bundanya menanyakan hal yang membuatnya tak bisa banyak berkutik. Arga memintanya segera pulang atau dia yang meminta diri untuk pulang. Ancaman itu yang memaksa Neyha untuk selekasnya berada di rumah.
" Jangan lama-lama.."
Terakhir chat dari Arga sebelum Neyha mengakhirinya karena dia hendak perjalanan pulang. Di sepanjang jalan tak banyak yang mereka bicarakan. Bahkan sama sekali tak ada. Alia sibuk dengan pikirannya dan Neyha sibuk karena di kejar waktu untuk secepatnya sampai di rumah. Selang 20 menit kurang lebihnya motor sudah berhenti tepat di pintu pagar rumah yang waktu itu terbuka. Neyha pun segera memasukkan maticnya begitu Alia turun. Sementara wanita itu telah masuk ke dalam rumah, Neyha memarkirkan kembali motor yang baru saja dia pakai ke dalam garasi. Lalu setelahnya baru dia berjalan masuk ke dalam rumah. Benar saja, di ruang tamu nampak ada sosok Arga yang langsung tersenyum lebar begitu melihat kedatangan kekasih hatinya." Nah itu Neyha sudah pulang nak Arga.."
" Iyaa Tante.." Jawabnya dengan muka sumringah." Iyaa.. Arga yang maksa Ney buat cepet-cepet. Enggak boleh kelamaan.." Berkatanya sedikit memprotes sikap Arga. Laki-laki itu sedikit menahan senyum karena malu . Apalagi Neyha mengatakan itu di depan bundanya. Jadi merasa tak punya gengsi.
" Namanya ingin cepat ketemu.. kata nak Arga, kamu itu kayak layangan. Susah di dapetin dan susah di jaga..bunda heran..jangan suka begitu Ney, itu Ndak baik.."
" Ihh itu kan bisa-bisanya dia aja bund.."
" Ya sudah kalian ngobrol. Bunda masuk ke kamar yahh,, capek seharian di toko. Ke sana kemari juga.. mau istirahat.. Tante minta tolong Alia buat bikinin minuman dulu nak Arga.. sekalian Tante mau masuk . Tadi kelupaan.."
" Iyaa Tante.., makasiihh,..makasih juga tadi udah nemeni saya.."Wanita setengah baya itu hanya mengulas senyum sebelum akhirnya pergi berlalu dari situ. Sepeninggal bunda merekapun mulai bercengkrama dengan asiknya. Bertukar cerita dan tertawa-tawa. Sesekali juga Neyha bersikap manja dan terlihat kolokannya. Lagi asik-asiknya mereka bercanda, Alia datang dengan dua cangkir minuman teh panas yang dia bawa pake nampan.
" Maaf mengganggu sebentar waktunya.." Berkatanya mencoba mencairkan suasana. Bukan karena kedua orang itu yang mendadak tegang, namun lebih ke dirinya sendiri yang tak bisa santai. Hingga saat secangkir teh hendak dia taruh di depan Arga, tangannya sedikit gugup. Dan hampir saja jatuh tertumpah jika saja tangan Neyha tak cekatan untuk memeganginya.
" Makasiihh.." Lirih suara Alia. Ada getaran saat dia mengatakan itu.
" Kak Aya capek sepertinya.." Arga yang diam kemudian nyeletuk. Dan di iyakan oleh Alia. Begitu selesai meletakkan kedua minuman itu segera saja dia masuk ke dalam. Menaruh nampan ke tempat semula, lalu kembali ke kamarnya. Di dalam kamar, dia hanya rebahan dengan membuka-buka hape. Iseng melihat album yang tersimpan di galeri. Dimana disitu masih tersimpan foto-foto mereka berdua. Bahkan rekaman Vidio juga. Hatinya terasa nyeri membayangkan semuanya hingga bisa menjadi seperti sekarang ini. Jauh di lubuk hatinya, masih ada cinta yang terukir untuk gadis itu.Bahkan di setiap momen malam pengantin itu selalu gagal, di sisi hatinya dia amat sangat bersyukur. Karena untuk membina kemesraan dengan seseorang yang tanpa di dasari rasa yang benar- benar bisa menerima, akan sangat susah. Dan itu Alia rasakan sendiri. Tak ada hasrat yang tergugah dari tidur panjangnya, ketika Nathan mencumbunya. Meski dia merasakan basah, namun untuk merasakan gairah itu sama sekali tak ada. Hanya pasrah saja sebagai tanda pengertiannya untuk seluruh perasaan cinta yang begitu besar yang telah di berikan Nathan untuknya sebagai balasannya. Dia belum bisa membagi hati. Sama sekali belum bisa. Setiap sentuhan yang dulu dia rasakan, sampai sekarang masih sangat membekas. Begitu nyata dan sulit hilang dari memori ingatannya.
Sudah hampir satu Minggu lebih, Nathan belum juga berhasil meraih perawannya Alia. Bukan dia tak bisa. Namun tak mau memaksa. Biarlah hingga Alia benar-benar siap. Alasannya hanya satu. Takut dan takut.. Meski sebagai laki-laki normal dia kecewa. Namun rasa cintanya yang terlampau besar membuatnya mampu bersikap sabar dan bisa sangat mengerti.
Dengan perasaan berat Alia hembuskan nafasnya. Di lihatnya jam yang ada di layar hape. Sudah hampir jam 7 malam. Dan Nathan akan pulang sejaman lagi. Masih lama. Masih banyak kesempatan untuknya meraih kembali masa lalu itu dan mengenangnya tanpa terganggu hal apapun. Dan entah kenapa, baru sekarang ini yang selalu dia bayangkan tentang Neyha adalah liar birahinya yang sanggup membuat dia orgasme hanya dengan membayangkan saat di setubuhi gadis itu. Suhu tubuhnya menghangat dan nafasnya mulai meluncur tak beraturan. Dan itu yang sangat di inginkan olehnya. Dimana malam pertama itu terjadi seperti yang dulu dia nikmati bersama adik iparnya tersebut.
Dan terlintas di pikiran nakalnya tentang hal yang di luar angannya selama ini. Bahkan tak pernah sama sekali ada semasa dulu saat masih bersama gadis itu.Bahwasanya mengerti tentang fungsi benda yang ada di bawah perut Nathan yang tiba-tiba bisa berubah ukuran dan bentuk ketika tersentuh jemari tangannya, selalu dia ingat itu dan mulai terbersit dan berandai-andai.
Andai yang melakukan itu adalah Neyha dengan satu persetubuhan yang layaknya suami istri.Batin Alia mengiggil. Ingin sekali rasanya hal itu bisa dia rasakan dari sosok Kaneyha. Dengan sikap lembut sekaligus kasar dengan mesra yang liar. Darah di ruas -ruas tubuhnya seakan deras mengalir membayangkan keindahan itu. Sangat bermimpi dan berambisi dirinya untuk bisa merasakan semuanya bersama dia. Dan Alia tak tau, apakah hal itu sekedar hayalan semu atau akan terjadi???Sedangkan saat ini keadaan sudah sangat berbeda.
Rasanya tak mungkin sama sekali!