ten

1.2K 139 7
                                    




"Pipi lo kenapa?" kata Jaehyun serius. Tangannya mengguncang bahu lelaki yang dia ketahui sebagai kekasihnya itu dengan serius.

Sementara Jungkook kemudian hanya mendesah lelah, dia tidak tahu mengapa Jaehyun bisa muncul dengan cepat didepan fakultasnya begitu mata kuliahnya selesai, tapi reaksi ini begitu merepotkan baginya yang sumpek sehabis mata kuliah ini.

"Dipukul orang," jawab Jungkook, malas.

"SIAPA?!" Jaehyun menyentuh pipi itu dengan cemas, seolah olah sedang mencari cari jawaban dari mata itu.

"Cewek. Empat orang. Gatau deh siapa," jawabnya.

"Eunwoo... Jadi selama ini mereka kan, yang mukul lo?? Cewek cewek itu?!" tanya Jaehyun, langsung.

Ternyata benar, Eunwoo sering dipukuli cewek cewek itu. Eunwoo hanya gak mau ngaku saja. Harusnya Jungkook pukul mereka lebih keras. Sialan.

"Iya, tapi gapapa. Mulai sekarang nggak lagi," jawab Jungkook. Tangannya mengelus telapak tangan Jaehyun yang menyentuh pipinya. "Kali ini gue udah capek diam aja. Jadi hari ini gue bales mereka. Gue udah puas sekarang."

"Eunwoo..." Jaehyun menatap cowok didepannya dengan perasaan bimbang. Hendak mengatakan sesuatu, namun sepertinya dia punya pertimbangan untuk mengatakannya. "Jadi lo nggak dipukul Jungkook?" tanya Jaehyun, kemudian.

Jungkook terperangah, jelas saja. Dia sudah menduga kalau Jaehyun itu pasti curiga darimana asal luka luka Eunwoo yang sebenarnya, karena Jaehyun tidak sebodoh itu untuk percaya dengan alasan tidak masuk akal Eunwoo tentang lukanya.

Tapi masa Jaehyun sampai kepikiran kalau Jungkook yang memukul Eunwoo?! Eunwoo itu temannya, mana mungkin Jungkook memukulnya?!

"Apa maksud lo?" tanya Jungkook, kesal.

"Lo selama ini... Kalau habis luka kayak gini kan, paling menghindar dari Jungkook. Gue heran kenapa lo sampe segitunya menghindar dari Jungkook pas lo lagi luka, sementara lo ga ngehindar dari Bambam, makanya gue kira... Lo ketakutan ketemu Jungkook karena Jungkook yang mukul lo," jelas Jaehyun, tidak enak hati.

Jadi?

Mendadak ada sesuatu yang seperti menghantam Jungkook,

Entah itu salah paham atau tidak, mendengar bahwa orang yang dia sukai ternyata memiliki pikiran seperti itu padanya, membuat Jungkook sakit setengah mati. Rasanya dipukul cewek itu saja tidak sesakit ini.

"Lo ini emang orangnya suka salah paham seenaknya ya?!" Jungkook menepis tangan Jaehyun dengan kasar. Jaehyun tersentak sesaat, lalu dengan jelas dia dapat melihat mata Eunwoo yang sangat marah, sangat sangat marah.

Tidak.

Eunwoo yang dia kenal bahkan tidak bisa menunjukkan ekspresi seperti itu. Ekspresi marah dan sakit hati. Tidak pernah.

"Eunwoo... Tunggu, gue ngaku gue salah karena salah paham sama Jungkook... Tapi gue kan engga apa apain dia?! Gue mendengar kata kata lo yang larang gue buat mukul dia! Gue percaya kok sama lo!"

"Kalo gue engga ngelarang lo buat apa apain Jungkook, pasti udah dari kapan lo labrak Jungkook yang sama sekali gatau apa apa, kan?! Lo nyebut dia berandalan dan ngira dia ngelakuin itu ke gue, lo emang orangnya selalu kayak gini?!"

"Apa maksudnya, Eunwoo... Lo kenapa semarah ini?"

Untung saja, sekarang kampus sudah lumayan sepi. Dan juga, mereka sudah berada dijalan menuju parkiran yang jarang dilewati, jadi, tidak masalah kan kalau Jungkook meluapkan sedikit amarahnya disini?

"Gue marah karena lo itu ga pernah berpikir bijak, Jaehyun! Lo ganteng, lo kaya, lo punya apapun tapi otak lo gapernah mikirin orang lain. Mulai dari dare dan juga semua tuduhan kosong ini... Lo emangnya ga kepikiran apa yang akan terjadi kalau orang yang mengetahui itu sakit hati?"

Jaehyun terdiam saat itu juga.

"Gue emang ga pernah bicara apa apa soal lo yang ajak gue pacaran karena dare... Tapi emang lo pikir gue biasa aja? Gue sakit hati! Dan bayangin sekarang gimana perasaan Jungkook kalau tau lo mikir kayak gitu tentang dia selama ini! Lo mulai sekarang ini gunakan otak lo buat berpikir yang bijak! Jangan superior!" omel Jungkook. Entah apa yang merasuki pikirannya saat ini, tapi dia benar benar marah dan sedih. Mungkin, ini juga alasan mengapa Eunwoo tidak pernah mau menemui Jungkook kalau dirinya terluka. Dia tidak ingin Jungkook yang punya sumbu pendek dan amarah berapi api ini meledak dan kemudian terjadi masalah.

Jungkook sudah berusaha menahan emosinya saat berada ditubuh Eunwoo, tapi kali ini dia tidak bisa tahan.

Jaehyun yang diam membuat Jungkook tambah frustasi. Kenapa disaat begini dia malah diam dan tidak mengatakan apa-apa?

"Waktu itu... Mingyu juga... Terluka gara gara lo,"

Jaehyun membeku mendengar ucapan itu.

Tidak, Jungkook, jangan sebut itu. Batin Jungkook berteriak, namun entah kenapa mulutnya terus berbicara.

"Lo nyuruh Mingyu buat nganterin tas lo yang ketinggalan dirumahnya saat kakaknya sedang berjuang melawan maut dirumah sakit. Mingyu emang ga bilang kalau dia merasa marah karena keangkuhan lo, Jaehyun, karena bagi dia lo itu temen baiknya. Tapi apa sampai sekarang lo ga kepikiran?"

Jungkook tidak peduli lagi.

Meskipun Jaehyun membencinya,

Dia tidak peduli.

Dia tidak peduli jika hubungan Eunwoo dan Jaehyun jadi buruk setelahnya. Mana bisa dia membiarkan temannya yang selalu mengkhawatirkan dan memikirkan perasaan orang lain untuk berhubungan dengan orang yang tidak peka dan tidak pernah mau memikirkan perasaan orang lain?

"Lo ga pernah kepikiran kan jaehyun, untuk minta maaf sama Mingyu? Karena Mingyu bilang itu bukan salah lo, maka lo pun menganggap kalau itu bukan salah lo! Dasar bajingan," setelah mengatakan itu, Jungkook berbalik dan kemudian berjalan menuju parkiran motor dimana motornya berada, dan kemudian mengendarainya pulang, tanpa memikirkan apa reaksi Jaehyun saat ini.

Tapi yang jelas Jaehyun sekarang merasa diambang pukulan mental yang cukup keras.

Dia teringat hari dimana Mingyu yang mengusap air matanya dan berkata bahwa kematian kakaknya sama sekali tidak ads hubungannya dengan Jaehyun, alih alih merasa bersalah, Jaehyun malah merasa lega. Benarkah, Jaehyun sesampah itu dimata cowok itu?

***

Mengakhiri cerita dengan konflik adalah gayaku akhir akhir ini

SWITCHED BF • 97LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang