fifteen

1.4K 165 14
                                    




Jaehyun datang pagi pagi sekali dan dia melihat dengan jelas siapa yang kali ini menemuinya dikelas.

Eunwoo, ah. Tidak. Jeongguk yang sedang bercanda dengan teman sekelasnya, tertawa riang dan membicarakan hal hal yang dia tidak ketahui.

Kenapa Jaehyun baru menyadarinya?

Beberapa hari ini, Eunwoo sangat dekat dengan teman sekelasnya. Anak pemalu dan lembut itu tertawa keras dan berteriak sebagai candaan dikelasnya. Tapi dia tidak sadar akan perubahan signifikan itu, bodoh.

Itu jelas Jungkook.

Saat pria itu mendekat, dia memalingkan wajahnya kearah Jaehyun seolah olah tahu bahwa pria itu datang. Tersenyum lebar dan ceria seperti biasanya.

Ah, padahal Jungkook baru menempati tubuh itu dalam beberapa hari, tapi dia sudah membuat hampir seluruh kampus mengenalinya. Bahkan teman-teman sekelasnya juga, mengenal dia dan membicarakannya pada Jaehyun.

Kini Jaehyun menyadarinya. Jungkook sedang berusaha membuat Eunwoo yang introvert mendapat banyak teman dan kenalan baru. Dan semua kebaikan Jungkook padanya sewaktu ditubuh Eunwoo... Hanya usahanya untuk mendekatkan mereka berdua.

Tadinya dia sempat berpikir kalau Jungkook mungkin menyukainya.

Hampir saja dia menyatakan cinta pada orang didalam tubuh itu.

Tapi akhirnya Bambam benar.

Jaehyun tidak boleh egois dan harus memilih satu orang. Dia harus berusaha sebaik mungkin untuk tidak membuat siapapun terluka. Jika dia menyatakan cinta sekarang, Jungkook hanya akan marah padanya dan Eunwoo akan terluka. Memang sebaiknya, Jaehyun...

"Masih sakit?"

Jaehyun tersadar dari lamunannya ketika merasakan ada sebuah tangan menyentuh dahinya. Matanya yang tadinya melalang buana kini menatap Jungkook yang berdiri tegak didepannya. Memeriksa suhu tubuhnya.

"Jaehyun, lo masih ga enak badan?" tanyanya.

Jaehyun diam lagi. Bohong jika dia bilang tidak senang dengan perhatian itu. Tapi dia tidak boleh mengatakannya. Kalau dia menanggapi afeksi palsu ini, akan semakin sulit bagi Jaehyun untuk melepaskan.

Jadi, kemudian pria itu mengambil tangan yang masih bertengger didahinya, dan meletakkannya dengan lembut. Dia tidak berkata apa-apa, dan berjalan lurus menuju kursinya. Benar. Ini sudah benar. Kerja bagus, Jaehyun.

Ini pasti hanya cinta monyet yang akan hilang jika dia abaikan begitu saja,

Pasti begitu.

Jaehyun sudah menetapkan hatinya untuk berpikir seperti itu, tapi tetap saja. Yang namanya hati, tetaplah hati. Jaehyun mungkin mampu mengendalikan pikirannya, tapi dia tidak mampu mengendalikan hatinya.

Dia melirik Jungkook yang masih berdiri diam dengan bingung disana, bertanya-tanya apa alasan Jaehyun bersikap dingin padanya.

Namun dia tetap diam dan memalingkan wajah dengan ekspresi acuh tak acuh. Anak kecilpun tahu jika Jaehyun sedang tidak mau melihatnya. Meski bertanya-tanya alasan sikap itu, Jungkook akhirnya memilih untuk pergi setelah meletakkan sesuatu di meja Jaehyun.

Jaehyun meliriknya sekilas. Itu bento. Bento rumahan buatan sendiri, tampaknya.

"Itu bekal," katanya. "Makanlah itu untuk makan siang. Orang yang baru sakit tidak boleh makan junkfood dulu. Lo kan atlet. Ga boleh sakit." Setelah mengatakan itu, Jungkook pergi dari kelasnya. Meninggalkan nyeri di hati Jaehyun.

Sesaat kemudian dirinya sadar bahwa sakit di dadanya dimulai saat Jungkook menunjukkan wajah sedih itu padanya,

Jaehyun terkesiap kemudian.

SWITCHED BF • 97LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang