Rutinitasku pagi ini adalah bangun dari tempat tidur dan mengecek email yang mungkin saja dikirimkan oleh editorku mengenai apa saja yang harus kurevisi atau bagaimana komentarnya mengenai naskah baruku itu. Setelahnya, aku pergi membersihkan diri dan turun untuk sarapan bersama Ayah seperti biasa.
"Tidurmu nyenyak?"
"Lumayan, bagaimana dengan Ayah?" tanyaku sambil memakan roti panggangku.
"Ya, cukup nyenyak. Bagaimana kemarin?"
"Apanya? Pembicaraan dengan menteri luar negeri dan putrinya?"
"Ya, apa menarik?"
"Lumayan kok. Hari ini aku akan ke perpustakaan kota, Ayah bagaimana? Ada jadwal pekerjaan?"
"Iya, harus pergi ke Busan."
"Ya sudah."
Pembicaraanku dan Ayah memang sekaku itu, tak ada hal yang menyenangkan yang bisa kami katakan satu sama lain. Ayah yang sibuk bekerja dan aku yang sibuk dengan duniaku. Hubungan kami memang tampak baik, namun baik saja tidak cukup. Ada sesuatu yang harus membuat hubungan kami semakin erat, yaitu kebersamaan. Sayangnya hal itu sangat sulit dilakukan, hingga kekakuan adalah hal yang membuat kami masih bisa terhubung satu sama lain.
Ayah menyelesaikan sarapannya dengan cepat dan pergi setelah mencium keningku, sementara aku masih duduk diam dimeja makan sambil menikmati sarapanku dan kesunyian di dalam rumah megah ini. Bagiku, kesunyian adalah hal yang biasa untukku.
"Nona, mau kemana hari ini?" tanya Bibi Choi seakan tahu apa yang biasa aku lakukan ketika waktu luangku tidak kuhabiskan untuk mendekam di ruang kerja demi deadline yang mengejarku.
"Perpustakaan untuk mencari inspirasi, sekalian merevisi naskah, dan mungkin makan bingsoo* mungkin."
*dessert khas Korea yang sangat digemari, terutama pada hari-hari musim panas yang terik, dikenal sebagai es serut kacang merah manis."Ingin berkendara sendiri?"
"Iya, tolong bawakan kunci mobilku. Aku akan pergi sebentar lagi."
Setelah menyelesaikan sarapanku, aku segera memasukkan keperluanku seperti buku catatan dan laptop ke dalam tas. Aku pamit kepada Bibi Choi ketika akan pergi dan memintanya tidak perlu membuatkanku makan malam, karena sepertinya aku akan makan di luar.
Berkendara sendiri di jalanan Seoul adalah sebuah healing bagiku yang jarang sekali bersosialisasi. Sejak dulu, sosialisasi adalah hal yang kubenci, bukan karena aku malas dengan orang-orang, tapi aku malas untuk terus mengulang fase yang sama. Asing, berkenalan, dan membangun hubungan, fase berulang yang membuatku lelah.
Aku tak punya banyak teman, bahkan bisa dibilang sedikit anti sosial. Hanya beberapa orang di sekolah menengah yang masih berhubungan denganku dan mengenalku sampai sekarang. Bahkan saat reuni minggu lalu pun, tak banyak yang mengenalku.
📚
Perpustakaan di pusat kota Seoul adalah tempat terbaik untuk orang yang memang ingin menyendiri dan tenggelam pada kesunyian panjang sepertiku. Ditemani dengan buku bacaan, playlist musik yang menyumpal telinga, dan tempat di sudut yang jarang diperhatikan orang, merupakan pasangan sempurna untukku yang suka kesunyian di perpustakaan.
Masalahnya, hari ini ada suatu hal tak terduga yang membuatku harus sedikit mengubah kebiasaanku. Tempat di sudut yang biasanya kupakai seharian, kini ditempati oleh seorang pria entah siapa yang sedang tidur diantara kedua lipatan tangannya.
Rasanya aku ingin membangunkannya, tapi mendengarnya mendengkur pelan, membuatku urung. Tampaknya dia begitu kelelahan sampai mendengkur, sehingga aku akhirnya memilih duduk dihadapannya, menyumpal telinga dan fokus pada bacaanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARJUNA [SVT] -Hiatus-
Fanfiction[Spin off of OCEAN] Misi mengawal Menteri Kelautan untuk menjalin kerjasama dengan Menteri Kelautan Korea Selatan, membuat Arjuna Pradiptanto bertemu dengan wanita kesepian yang hanya berusaha untuk hidup dengan lika-liku kehidupannya. Bertemu di pe...