AP03: Terombang-ambingnya Sebuah Rasa diatas Seonggok Kayu Rapuh

133 18 1
                                    

Saya mengerjap-erjap ketika cahaya matahari masuk melalui jendela apartemen dan menebus gorden. Saya bangun dan memukul-mukul pelan pundak serta bahu saya yang pegal karena tertidur di sofa yang agak sempit itu.

Semalam saya akhirnya menginap, setelah pembicaraan panjang yang telah saya lewatkan selama 12 tahun lamanya dengan Hae.

Setelah ciuman itu,
pikiran saya jadi kosong. Saya nggak tahu harus apa dan bagaimana lagi sekarang. Perasaan saya terombang-ambing dengan hebatnya setelah 12 tahun tenang tanpa adanya riak kekacauan.

"Arjuna tolol," maki saya pada diri sendiri. "Tolol banget sumpah."

Saya kemudian bangkit dan membuka pelan pintu kamar yang digunakan Hae dan Kyung. Disana, Hae duduk di meja rias, tengah merias dirinya, sepertinya dia bangun lebih awal dari saya karena baju yang digunakannya bukan lagi baju yang dia gunakan tadi malam, sementara Kyung tertidur lelap di ranjang kecil disampingnya.

 Disana, Hae duduk di meja rias, tengah merias dirinya, sepertinya dia bangun lebih awal dari saya karena baju yang digunakannya bukan lagi baju yang dia gunakan tadi malam, sementara Kyung tertidur lelap di ranjang kecil disampingnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku kira kamu bakalan pergi."

Saya menengok pada Hae yang menatap saya lewat pantulan cermin. Dia menepuk-nepuk pelan alas bedaknya pada wajahnya dengan mata yang masih terkunci pada saya.

"Dulu juga .... kamu pergi saat aku tidur."

Saya hanya mampu mengalihkan pandangan saya pada Kyung lagi, tak mampu melihatnya. Sekilas, terbesit dibenak saya, sebuah pertanyaan tentang bagaimana dirinya bangun keesokan harinya saat saya tak lagi ada disampingnya di masa lalu.

Seperti apa ekspresinya saat itu?

"Maaf."

Pada akhirnya, saya hanya mampu ucapkan satu kata yang bahkan tak punya kekuatan apa-apa untuk menggantikan rasa sakit dan penderitaannya selama ini.

Selama 12 tahun saya mengembara dengan bebasnya sambil membawa semua kenangan serta perasaan antara saya dan dirinya, Hae justru memaku kedua kakinya pada halaman lama yang kian waktu berlalu semakin mengusang dan menghancurkannya sedikit demi sedikit.

Lantas apakah kata "maaf" itu benar-benar cukup untuk menebus semuanya?

Pikiran saya berkecamuk tak menentu, kemudian sirna ketika mendengar suara Kyung yang terkekeh dalam tidurnya. Anak itu tersenyum dengan manisnya entah bermimpi apa.

 Anak itu tersenyum dengan manisnya entah bermimpi apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ARJUNA [SVT] -Hiatus-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang