He Owns Me | 41 - Side Effects

7.2K 553 26
                                    

"Aku tidak akan melukainya. Aku akan membuatnya sadar kalau hanya aku yang bisa memilikinya. Bahkan ketika alam menentang, aku akan mengikatnya agar bersamaku. Dia perlu pelajaran, Dr. Fey. Kalau dia tidak bisa membuatku jauh darinya."

Fey menghela nafas lagi dan hanya menatap kepergian Cedric. "Gila," bisiknya.

Tentu saja Fey tahu. Bahwa Cedric memang sangat mencintai wanita itu. Bahwa dulu Cedric juga berobat padanya untuk melupakan Lisa.

Dan juga menghentikannya berpikir untuk mengikat Lisa dengan rantai dan hanya Cedric yang bisa memilikinya.

______________

HE OWNS ME | Part 41 - Side Effects

Happy Reading !

"Berhentilah mengangguku."

Sejak mendengar seseorang masuk ke dalam kamarnya, Lisa mengenalinya dari aroma parfumnya. Ia mulai merenggangkan badannya setelah ia mengerjapkan matanya beberapa menit yang lalu. Dirinya menoleh menatap Cedric yang menutup mulutnya, tidak peduli dengan penolakan yang terucap di bibirnya sendiri.

Pria yang sering mengenakan setelah berwarna gelap itu hanya menatapnya tajam. Lisa menghela nafas dan berniat menuju kamar mandi. Kakinya mulai berjalan ketika ia menapakkan telapak kaki di lantai yang dingin.

"Aku tidak ingin melihat—"

Lisa terpekik keras ketika tangan Cedric mencekik lehernya sekaligus mendorong tubuhnya dengan keras hingga punggungnya menabrak dinding. Tangan kiri pria itu mengepal keras dan menghantam tembok di sampingnya. Lisa membulatkan matanya penuh, merasa kaget serta jantungnya yang berdetak sangat sakit. Ketika bibir Cedric melumat bibirnya dengan kasar sembari mengeratkan cekikannya.

Tangan Lisa memukul keras dada pria di depannya. Namun usahanya gagal karena tangan kiri pria itu beralih untuk memegang kedua tangannya. Lisa menitikkan air matanya ketika Cedric melepas pagutannya. Lidahnya mencecap rasa asin dan merasa perih di bibirnya.

Hidung mereka bersentuhan dengan tatapan tajam Cedric pada bibir Lisa. Hawa dingin mulai menyelimuti tubuhnya, membuat Lisa menggigil seketika. Suara nafas tertatih saat Cedric belum juga melepaskan cekikan di lehernya.

"Ce-Cedric—"

Kedua tangannya mulai merenggang pelan, baik di leher maupun di tangannya. Cedric lalu menarik pinggangnya keras, sehingga kedua tubuh itu menempel erat. Salah satu tangannya naik, menyingkirkan rambut kecil serta menghapus keringat dingin di dahi Lisa.

"Jangan menolakku, Lee." Dahi pria itu mengerut.

Deru nafas Lisa masih tidak beraturan. Matanya mengabur akibat air mata yang mulai menumpuk. Cedric kembali mencium bibirnya. Menyesap rasa darah itu lembut.

"Kau tahu aku bukan Cedric yang dulu."

Tatapan yang sejenak lembut saat mencecap bibirnya barusan kembali menjadi tatapan tajam nan dingin. Pria itu melepas tubuhnya dan memasukkan kedua tangannya di saku celana. Dengan wajah datar, ia meninggalkan Lisa yang bergetar menahan tangisnya.

H E O W N S M E

Lisa mengerjapkan matanya lalu menatap bingung di sekitarnya. Merasa tidak asing, otaknya langsung bekerja keras. 

"Jangan berpikir terlalu keras."

Lisa menoleh ke samping dan refleks badannya mundur. Tangan yang berada di pinggangnya langsung menahan agar Lisa tidak jatuh dari kasur. Tentu ia refleks karena wajah Cedric berada didepan wajahnya hanya berjarak satu sentimeter. Hidung mereka bahkan sempat bersentuhan.

Rahang Cedric mengetat ketika hampir melihat Lisa jatuh. Untung tangannya dengan cepat menangkap pinggangnya. Matanya menatap tajam ke arah manik Lisa.

Lisa mengerutkan dahinya—merasa sedikit takut dengan tatapan Cedric. Sekaligus bingung bagaimana pria itu berubah. Apa Cedric lelah karena ia terus mengusirnya?

"It's not like you," bisik Lisa.

Masih dengan tatapannya, Cedric tersenyum miring. Tidak ada satupun kata terucap untuk membalas ucapan Lisa.

Suara telepon berdering membuat Cedric langsung mengangkatnya. "Ya," ucapnya singkat.

"Sir, Kakek Ivan menunggu anda di bawah."

Cedric langsung mematikan telepon itu dengan kasar. Ia kembali tidur dan mengabaikan Lisa yang menatapnya bingung. Suara pintu terbuka lebar membuat Lisa menoleh.

"Walaupun kita tidak berhubungan darah, setidaknya hormati orang tua ini." Ivan berjalan ke arah ranjang dan memukul kepala Cedric. "Cucu sialan!"

Ivan Gillian memang bukan kakeknya. Kata Anna, ia bertemu dengan Ivan saat mereka sedang jalan-jalan ketika Cedric masih kecil. Lalu Anna memaksa Haden untuk merawatnya. Maka dari itu sekarang Ivan menyandang nama Gillian.

"Lihat, istrimu sedang sakit dan kau tidak memperhatikannya? Kakek harus apa agar otakmu ini tidak bodoh?"

Cedric langsung menoleh ke arah Lisa yang hanya mengerjapkan matanya. Seketika ia ururngkan untuk memaki kakeknya. Tangan Cedric terangkat dan menyentuh pipinya pelan. Tatapan tajam ia layangkan pada kakeknya yang berdiri di samping ranjang.

"Jangan bilang kakek menyelundupkan mata-mata disini," geram Cedric. Ia bahkan selalu berada di samping Lisa, tapi ia tidak tahu perempuan itu sakit.

"Semua pelayan juga tahu kalau ia sakit, bodoh! Dasar lelaki tidak peka," ejek Ivan.

Cedric melotot garang. "Kakek juga laki-laki!"

"Tapi aku tahu menantuku sakit," ucapnya menyombongkan dirinya.

Cedric membuka selimutnya dan mendorong pelan Ivan menuju pintu. "Pergi dari mansionku," ucap Cedric.

"Kau anak nakal!" ucap Ivan sebelum pintu itu kembali tertutup.

Lisa hanya menatap dua orang dengan pandangan geli. Namun setelah itu Lisa mengalihkan pandangannya. Bagaimana bisa ia tidak sadar kalau Cedric shirtless?

Ia kembali merebahkan dirinya, memunggungi Cedric yang berjalan ke arahnya. Laki-laki itu kembali menaruh tangannya di pipi Lisa juga keningnya. Tanpa kata, Cedric langsung menarik lengan Lisa untuk bangun.

Ketika Lisa sudah berdiri, Cedric kembali menariknya menuju keluar. Berhentinya Lisa membuat Cedric menoleh.

"Kau keluar tanpa baju?" tanya Lisa.

Cedric menaikkan satu alisnya. "Lalu?" tanyanya.

Lisa mengerjapkan matanya canggung. "P-pakai bajumu."

"Setelah kau terus menyuruhku pergi, memangnya kau masih berhak mengaturku?"

"Setelah kau terus menyuruhku pergi, memangnya kau masih berhak mengaturku?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HE OWNS METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang