He Owns Me | 34 - Keep Your Word

7.8K 695 63
                                    

"Cedric-"

Pria itu hanya terdiam sambil menatapnya. Lisa melihat seseorang maid menyeret dua buah koper. Lisa menatap Cedric dengan tatapan bingung. Cedric lalu membuang tatapannya dan menatap ke belakang punggungnya.

"Dante."

Entah sejak kapan Dante di belakangnya. Lelaki itu berjalan mendekat lalu mengambil alih dua koper itu. "Nona, silahkan ikut saya," ucap Dante.

"K-kenapa? Cedric—"

"Aku tidak bisa tinggal denganmu," ucap Cedric dingin.

Lisa menahan nafasnya ketika Cedric bersikap sangat dingin kepadanya. Ini bahkan terasa menyakitkan dibanding ketika Cedric membencinya.

"Pergilah dan jangan menemuiku lagi."

______________

HE OWNS ME | Part 34 - Keep Your Word

Happy Reading !

Lisa terdiam ketika melihat tempat tinggal barunya. Ini adalah sebuah penthouse. Ia mengangkat tangannya dan melihat pergelangan tangannya. Sudah pukul 4.30 pagi dan dirinya sama sekali tidak mengantuk.

Ia lalu berjalan keluar sambil membawa uang secukupnya. Lisa menggosok tangannya karena udaranya cukup dingin. Kakinya memasuki toko 24 jam dan membeli sekaleng bir dan cemilan lalu duduk pada kursi yang disediakan di dalam toko tersebut.

"Bukankah terlalu pagi untuk seorang gadis sepertimu berkeliaran?"

Lisa menoleh ke arah samping. Ia bahkan tidak sadar ada seseorang di sampingnya karena ia sibuk dengan pemikirannya. Pria itu asik memakan sebuah cup mie. Lisa tersenyum tipis. "Hanya membeli sekaleng bir. Lagipula aku tinggal dekat sini," ucapnya.

"Gedung di sana?"

Lisa kembali tersenyum tipis—tidak mengatakan apapun. Setelah itu mereka terdiam. Pria di sampingnya berdiri lalu berjalan ke kasir. Lisa kembali meneguk birnya sambil memakan cemilannya. Entah kenapa ia tiba-tiba ingin memakan cemilan lagi. Lisa beranjak dari duduknya untuk kembali mencari makanan.

"Pria tadi menyuruhku untuk memberikanmu ini. Katanya ini, hadiah?" Penjaga kasir itu hanya mengendikkan bahunya lalu pergi setelah memberi Lisa sebuah lolipop.

Lisa hanya mengernyitkan dahinya. Pria itu pasti mengira bahwa ia masih kecil. Ia hanya menaruh permen itu diatas meja tempat ia duduk dan melanjutkan apa yang sedang ia inginkan. Apa pria itu tidak melihat ia meminum sekaleng bir tadi?

Sedangkan pria itu merenggangkan badannya lalu melirik ke belakang dengan ujung matanya. Senyuman miring tercetak di wajahnya.

"Abigail, kau terlalu ceroboh. Anak itu bahkan tidak mengenali ayahnya sendiri."

H E O W N S M E

Lisa memegang kepalanya. Tangannya mengambil ponsel di meja dan melihat bahwa jam menunjukkan pukul 12 siang. Dirinya bahkan tidak sadar bahwa ia tidur di sofa. Jemarinya memijit dahinya pelan. Lisa menoleh ke arah pintu ketika mendengar bel masuk ke telinganya. Ia beranjak lalu berjalan menuju pintu dan membukanya.

"Kau tidak apa-apa?!"

Lisa mengerjapkan matanya ketika melihat ibunya. "Kenapa ibu bisa—"

"Aku akan tinggal disini."

Lisa membiarkan ibunya masuk tanpa protes. Lagi pula ia sudah tidak memiliki tenaga lagi.

"Dengar. Pria yang kau temui di toko itu adalah ayahmu," ucap Abigail. "Ia mengirim fotomu tadi pagi."

HE OWNS METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang