Part 18

2.2K 182 31
                                    

Satu minggu berlalu, hari ini singto sudah di perbolehkan untuk pulang, joy sudah mengemasi seluruh barang-barang krist dan juga singto.

Singto masih harus duduk di kursi roda karna tubuhnya terasa kaku jika harus berdiri, itu juga efek samping dari dirinya yang telah terbaring sepanjang tahun, kata dokter itu hanya sementara singto akan kembali berjalan nanti, hanya saja singto harus banyak-banyak berlatih di rumah.

Krist mendorong kursi roda singto menuju parkiran.

"Aku pulang ke mana phi?" Tanya singto.

"Bukankah aku sudah pernah mengatakannya pada mu jika kamu tinggal bersama ku" ucap krist.

"Kenapa aku tinggal bersama phi?" Tanya singto.

"Hmm, karna aku tak bisa jauh dari mu, aku selalu ingin berada di dekat mu, jadi kamu memutuskan untuk pindah dan tinggal bersama ku" ucap krist.

"Jika aku sehat antarkan aku ke rumah lama ku, mungkin aku bisa mengingat semuanya nanti" ucap singto.

"Iya" Ucap krist.

Krist bahkan tak tahu rumah singto dimana, tapi nanti krist akan menyuruh joy untuk mencari tahu itu semua.

Saat tiba di parkiran, joy membukakan pintu belakang mobil dan krist menggendong tubuh singto untuk masuk, setelah singto masuk, joy mengambil kursi roda singto dan memasukannya ke dalam bagasi mobil.
.
.
.
.
Hingga 30 menit kemudian mereka tiba di mansion krist.

"Apa benar kita tinggal disini phi?" Tanya singto

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa benar kita tinggal disini phi?" Tanya singto.

"Hmm... Memangnya dimana lagi? Apa kamu tak ingat?" Tanya krist.

"Tidak sama sekali" ucap singto.

Joy berhenti di depan dan keluar dari mobil mengambil kursi roda singto kemudian membuka pintu mobil.

Krist menggendong singto kembali dan mendudukannya di kursi rodanya, krist mendorong kursi roda singto dan membawanya masuk.

"Kamar ku dimana?" Tanya singto.

"Kamar mu di lantai atas" ucap krist.

"Apa aku bisa naik tangga nanti" ucap singto.

"Di mansion ini ada lift" ucap krist.

Krist membawa singto berjalan menuju lift dan memencet tombol lantai 3, di dalam lift hanya ada keheningan saat ini, hingga lift berhenti dan pintu terbuka, krist mendorong kursi roda singto membawanya ke kamarnya.

"Kamar mu sudah aku design khusus, jika kamu membutuhkan sesuatu cukup pencet tombol itu, maid akan mendatangi mu nanti" ucap krist.

"Phi tidur dimana?" Tanya singto.

"Kamar ku ada di lantai 4" ucap krist.

"Kita tidak sekamar" tanya singto.

"Tidak....." Ucap krist.

"Bukankah phi bilang kita menjalin hubungan, tapi kenapa kita tak sekamar?" Tanya singto bingung.

"Apa orang yang menjalin hubungan harus satu kamar sing?" ucap krist sambil menoel hidung singto.

Krist menggendong tubuh singto dan merebahkannya ke atas kasur.

"Selamat istirahat" ucap krist.

"Phi ingin kemana?" Tanya singto.

"Pergi ke kamar ku" ucap krist.

Singto hanya menganggukan kepalanya dan krist langsung keluar dari kamar singto, mulai hari ini krist akan kembali berkutat dengan berkas-berkas miliknya, banyak yang harus di periksanya karna selama satu tahun lebih dirinya tak pergi atau memeriksa berkas kantor.
.
.
.
.
"Apa kamu sudah menangkap orangnya?" Ucap krist kepada joy.

"Dia sudah ada di markas tuan" ucap joy.

"Ayo kita ke sana" ucap krist.

Krist dan joy berjalan menuju markas tempat krist mengurung musuhnya.

Gelap malam menyelimuti seluruh ruangan, hanya ada cahaya lampu  temaram yang semakin suram.

Beberapa benda nampak berserakan di lantai, tersebar seolah seseorang sengaja menghamburkannya.

Krist terkekeh kecil seolah puas dengan pemandangan dihadapannya, bulu kuduk joy merinding mendengarnya, krist sudah kembali seperti dulu lagi, wajah krist sangat menyeramkan saat ini.

Lelaki yang berada di depan krist semakin ketakutan, mulutnya tertutup lakban dan tangannya terikat dengan tali, dia hanya bisa menggeliat mencoba melepaskan semua ikatan erat itu.

"Apa benar kamu korupsi hingga 8 M selama aku tak masuk ke kantor? Kamu pikir aku tak tahu? Aku hanya sengaja membiarkan mu menikmati uang itu dulu sebelum maut menjemput mu!" Ucap krist.

"Kamu ingin mati secara instant atau kamu ingin menikmati kesakitan mu dulu?" Tanya krist.

Krist menyeringai kejam, ia berjalan menuju lemari mengambil mainannya yang tersimpan di sana.

"Apa kamu tahu apa yang akan aku lakukan?" Ucap krist.

Krist berjalan mendekat ke arah tawanannya sambil menyeringai memperlihatkan pisau yang di pegangnya.

Krist melepas lakban hitam pada mulut tawanannya dan menempelkan benda tajam yang di pegangnya pada wajah tawanannya.

"M-maafkan saya tuan krist, s-saya berjanji saya akan mengganti uang itu"

"Harusnya kamu tahu sendiri jika aku tidak suka memberi seseorang kesempatan kedua" ucap krist.

"Lepaskan saya"

Dengan gerakan tiba-tiba krist menusukan pisau yang di pegangnya ke paha kanan tawanannya, hingga tawanannya berteriak kesakitan.

Ia ingin mencabut pisau itu dari pahanya namun tangannya terikat ia berguling ke kanan dan ke kiri agar pisau itu terlepas dari pahanya namun sepertinya usahanya sia-sia, air mata menetes dari matanya dan ia menggigit bibir bawahnya menahan rasa sakit yang di rasanya sekarang.

Krist tertawa bahagia melihatnya, baru kali ini krist tertawa lepas, joy bergidik ngeri mendengarnya.

"Buka pakaiannya" ucap krist kepada joy.

Joy membuka pakaian tawanannya dan mengikatnya di atas ranjang dengan posisi tangan dan kaki yang berada di pinggir ranjang.

Krist berjalan mendekat dan menggores perut tawanannya membuat suatu karya yang indah di sana.

*Sreet... Srett... Sreett.... Darah mulai meluber kemana-mana dan mengotori ranjang dan baju krist.

SINGTO, krist mengukir nama singto di perut pria itu menggunakan ujung pisau, kemudian tersenyum puas melihat hasil karyanya.

"Selebihnya kamu urus sendiri joy" ucap krist sambil berlalu pergi dari ruangan itu.















Tbc.

Psychopath ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang