Dulu, bunda Yeo Bin pernah menikah di umur 19 tahun. Umur yang masih terbilang cukup muda untuk menjalin sebuah hubungan yang cukup serius. Semua ini berawal dari bunda Yeo Bin yang menyukai kakak kelas yang ternyata juga menyukainya. Ini semua adalah cinta monyet yang berakhir dengan pernikahan.
Di awal pernikahan mereka masih terbilang cukup harmonis. Namun setelah sang suami memutuskan untuk kuliah S2 di luar kota saat dirinya masih mengasuh Yoongi kecil, semuanya mulai berubah.
Sang suami hanya sesekali pulang ke rumah untuk mengambil barang. Rasa rindu pun hanya seperti angin berlalu. Sang suami lebih sering pulang untuk melepas beban emosi daripada rindu. Bahkan parahnya lagi, dia sering bermain tangan pada Yeo Bin dan juga Yoongi.
Sampai suatu hari, Yeo Bin ngga bisa lagi menahan kesabarannya. Dia marah, muak, dan dia kecewa melihat sang suami yang dengan teganya melukai anak kandungnya sendiri hingga hampir sekarat. Dengan penuh keberanian, Yeo Bin melaporkan suaminya sendiri ke kantor polisi dan meminta cerai.
Namun hal tersebut tidak membuat Yeo Bin bisa bernapas lega setelahnya. Akibat perilaku suaminya, Yoongi mengalami trauma. Dia cukup menyesal karena terlambat membuat keputusan.
"Sampe sekarang, Buna suka sedih dan ngrasa bersalah kalo gue kumat," ucap Yoongi sambil menatap langit-langit kamarnya. Jimin yang tidur di sampingnya cuma bisa diem mendengar cerita abangnya.
"Dulu Buna ngga punya uang banyak buat gue berobat. Dia masih merintis usaha kecil-kecilan setelah cerai dari bokap. Gue pun berusaha buat sembuh dengan latihan beladiri dan nyari kesibukan lain tanpa harus ngandalin terapi," lanjutnya.
"Lo masih inget hari di mana gue pingsan gara-gara ke kunci di kamar mandi, 'kan?" Yoongi merubah posisinya menghadap si adek.
"Gue takut banget sama gelap dan ruangan sempit. Gue trauma. Dulu, bokap gue pernah nyiksa gue abis-abisan karena ngga sengaja berantakin kerjaan dia. Gue dipukul dan dikunciin di kamar mandi sempit yang ada di sebelah gudang. Ngga cuma itu. G-gue haahhh-" Jimin cepat-cepat megang tangan abangnya yang bergetar.
"Tenang, bang. Ngga ada dia di sini. Yang ada cuma Jimin, adek abang," ucapnya lembut.
"G-gue takut banget," lirih si abang membuat Jimin berkaca-kaca.
"Napas, bang!" sentak si adek sewaktu Yoongi cuma diem sambil nahan napas.
"Berhenti, ok?! Jangan cerita apapun kalo ini semua buat lo makin sakit."
"B-bunaa."
Jimin meluk abangnya erat. Dia nangis sambil ndusel di dada si abang karena ngga tega ngeliat abangnya yang kacau begini. Kalo dia tau resikonya, pasti udah dari awal dia ngga bakal minta Yoongi untuk cerita.
"Abang, Refan disini hiks. Maafin Refan karena udah bikin abang inget sama kejadian itu. Refan janji ngga bakal kepo lagi kalo ujungnya bakal buat abang sakit begini hiks hiks," ucap Jimin sambil terisak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapan Akur? ✔️
Fanfiction[YOONMIN BROTHERSHIP] Kapan Akur series 2 Ngga ada hubungannya sama series 1 ya....