DEJAVU

93 10 0
                                    




Hari masih pagi, tapi gerimis tipis-tipis semakin melembabkan udara pagi. Cakrawala yang menaungi kota ini semakin mengurangi berwarna biru cerah. Tapi karena gerimis masih menaungi awan, cerah nya berkurang. Tampak bentar lagi gerimis tipis akan berganti deras hujan. Gumpalan awan berwarna gelap sudah menguasai cakrawala. Amara berdiri di depan sebuah gedung. Tampak di depan sebuah toko buku berdiri seorang gadis, yang sepertinya kesusahan melipat payung yg ada di tangan kanannya, sementara tas kerja masih mengapit di tangan kiri, belum beberapa buku yang ada di papper bag. Perawakannya yang tinggi, langsing, mengenakan jins selutut dengan hoodie warna khaki. Hoodie menutupi kepalanya. Amara berusaha mengenali dengan memicingkan matanya. Itu kan Clarisa, ngapain yah disini. Mending gue samperin aja.



" Hei...biar aku bantu ", Amara merebut payung yang ada di tangan Clarisa. Dengan telaten Amara melipat dan merapikan payung berwarna merah itu.



" Jangan... Saya bisa kok... !" Sontak Clarisa mengarahkan pandangannya pada si empunya suara. "Eh ternyata kamu..." Clarisa ga nyangka bisa ketemu lagi dengan Amara. Jantungnya kembali berulah. Mata itu... Yah.. Mata yang untuk kedua kalinya bikin jantung Clarisa seperti genderang mau perang. Clarisa berusaha menetralkan degup jantungnya.


" Ga sengaja yah kita ketemu disini. " Clarisa membuka obrolan, mengalihkan jantungnya yang berulah. Dalam suasana hujan.



" Hum... ga juga sih. Ga ada yang disengaja, semua udah di rencanakan Tuhan. Aku dan kamu bisa ketemu lagi karena jalan nya dari Tuhan. Amara senyum.



Kata-kata ini yang pernah aku denger dari seseorang. Kata-kata ini yang sangat kuat mengikat ku. Ahh.... Lagi dan lagi aku merasakan kita dekat sangat dekat, seperti sudah lama kenal. " Mara.. Kantor kamu disini? ". Tanya Clarisa.


" Hu'um...Amara senyum. Cla.. Kamu buru-buru ga? "



" Ga sih... Knapa? Tanya Clarisa.



" Ngafe dulu yuk.. Sebelah sana ada Cafe masakannya enak.. Yuk cobain. Sambil nunggu hujan reda. " Amara.



" Hum.. Boleh... yuk... ! " Clarisa mengiyakan ajakan Amara. Ga salahnya kan sekalian ngangetin badan makan yang anget-anget. Moga aja disana ada menu kesukaan aku. Batin Clarisa.



Mereka berdua pun berjalan menuju cafe yang ada di sebelah kiri gedung kantor Amara. Sesampainya disana, Amara memilih table yang mengarah ke jendela, biar bisa merasakan hembusan angin dan menikmati rintiknya hujan. Pelayan cafe nyamperin mereka, menanyakan dan mencatat menu apa yang mereka pengen.
Clarisa masih melihat daftar menu, menu apa yang akan dia pesan.



" Claris... Kamu mau pesen apa? Amara bertanya.




" Kamu udah? " Clarisa balik nanya.



" Udah. Aku pesen sop iga, minumnya cofee latte anget. " Mau aku yang pesenin buat kamu? Sebentar biar aku tebak, hum... Kaenya kamu pengen thai tea dingin. Karena ujan dan cuaca dingin jadinya diganti thai tea anget. Gimana, tebakan aku bener? Dan makanannya ayam goreng crispy plus french fries. Bener? Amara kembali bertanya.



Clarisa terpaku. Lah.. Kok bisa ya tebakannya bener. Aku memang lagi pengen itu. Apa dia bisa baca pikiran aku? Oh God keanehan apa ini. Tapi apa ini sebuah kebetulan lagi.?



" Jangan bengong gitu. Tebakan aku bener yah? Hehehe aku cuma nebak doang kok, aku cuma ungkapin yang ada di pikiran aku, dan kalo itu bener artinya aku lagi beruntung, kalo ga bener yah emang akunya ga beruntung. Aku bukan cenayang kok Claris.. cuma suka ngasal dan temen-temen aku bilang sering bener nya. "




COLORS  :  AMARA dan CLARISA ( Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang