Clarisa membereskan buku-buku dan kertas materi yang berantakan diatas meja. Perkuliahan tadi sungguh menguras otak. Clarisa musti berulang kali menjelaskan kepada mahasiswa didiknya. Belum lagi mahasiswa yang iseng, godain dia. Tapi Clarisa tetap dengan gaya coolnya. Dia tidak marah, tapi hanya bersikap dingin tanpa meladeni mereka. Dengan sendirinya mereka ga berani lagi buat godain Clarisa. Dari arah pintu terdengar langkah kaki memasuki kelas. Pandangan Clarisa mengarah ke pintu. Tampak Vivian dengan kening berkerut mendekat kearahnya.
" Kenapa nyet, kening loe kae gitu. Jelek tau... " Nih anak kenapa, tetiba liatin gue kae gini banget. Batin Clarisa.
" Emang loe ga dapet kabar " ? Vivian.
"Kabar apa? Yang ada malah kabar orang kabur dari penjara, noh tadi pagi berita di tipi. "
" Bukan itu oneng.. Dih..coba loe cek handphone."!
" Kenapa emangnya "? Clarisa.
" Cek aja duluu... Buruuu oneng.... "! Vivian.
" Iya bentar. Sabar knapa sih nyet. "
Clarisa mengeluarkan handphone nya dari dalam tas. Mengaktifkan kembali handphone nya yang tadi sempat dia matiin. Kebiasaan Clarisa yang selalu lupaan nyalain handphone. Ada beberapa notif yang masuk. Dan Clarisa kaget. Dia membaca chat dari seseorang. " Aku udah di jalan. Tunggu ya.. Jangan ke mana-mana. " Chat itu masuk sekitar 45 menit yang lalu. Artinya orang itu udah dekat . Wajah Clarisa tiba-tiba menegang, ada sedikit rasa ketakutan. Tapi dia berusaha buat bersikap tenang. " Udahlah gapapa, kalo dia mau datang yah dateng aja, toh gue udah ga ada hubungan apa-apa lagi. Kita udah putus kok.
Tumben si oneng cuek. Biasanya dia bakal nyari cara gimana bisa ngindar dari Lisa.
" Bener loe gapapa, gue ga bisa nemenin loe. Gue masih ada kelas, 30 menit lagi baru kelar. Sorry banget Cla.. Kalo udah kelar gue samperin loe disini. Kalo dia ngapa-ngapain loe tereakk aja yah.. Ada security di depan. Gue ga lama kok. Vivian membentuk jari jempol dan kelingking seperti gagang telepon.. " Call me ok.. '. Clarisa ngangguk. Dia musti siapin diri untuk hadapi Lisa. Dia sangat tau Lisa itu tipikal yang egois, suka maksa dan kasar.Sementara itu di waktu yang sama disebuah ruang kantor, tampak Amara gelisah. Amara berjalan mondar-madir di depan meja kerjanya. Tampak wajah kekhawatiran. Kok ga aktif yah handphonenya. Ini juga si kucruk juga dari tadi ga angkat telvon gue. Amara kesel sendiri. Amara ga tau kenapa dia se khawatir ini sama Clarisa. Dari tadi perasaannya ga enak. Saat cofee break pagi tadi dia sempat tertidur cuma 5 detik, disitu dia melihat Clarisa di ganggu oleh seorang cewek. Dan Clarisa dalam bahaya. Gue mau cari mereka kemana yah? Oh iyaa.... Gue samperin aja ke kampusnya. Doi kan dosen disana. Ntar bisa tanya-tanya lah disana. Amara pun bergegas menuju parkiran.
Seorang wanita turun dari sebuah taksi. Dengan wajah angkuh dan pongah nya berjalan ke gedung perkuliahan dimana Clarisa sebagai dosen disana. Hum... Akhirnya gue nyampe juga disini. " Sayang... Aku kangen.. Aku akan memeluk mu erat melepaskan kerinduan kita. " Batin wanita itu seraya tersenyum.
Wanita itu melihat Clarisa masih membereskan meja nya. Dengan langkah pelan namun pasti dia mendekat kearah Clarisa. " Sayang... "!! Panggil wanita itu.
Clarisa kaget, dia tidak menyangka akan secepat itu Lisa datang. Padahal baru 5 menit yang lalu Vivian nyamperin dia ke kelas. Clarisa berusaha menetralkan degup jantungnya. Berdoa dalam hati supaya kuat dan ga takut lagi menghadapi Lisa. Dan yang pasti dia musti lebih tegas ke Lisa." Iya ada apa."? Jawab Clarisa datar.
" Sayang... Kok gitu.. Aku kangen loh kok ga nyambut aku dengan pelukan "? Lisa mendekat kearah Clarisa, memperkecil jarak mereka.
" Lis... Kamu tau kan kita udah putus, apa omongan dan penjelasan aku yang kemaren belum cukup?. Tolong jangan ganggu aku lagi. Kita udah punya kehidupan masing-masing.
" Aku tau, tapi kan itu putus sepihak. Dan ga akan sah putus nya suatu hubungan kalo salah satu ga mau putus. Dan aku ngerasa kamu masih milik aku. Akan selalu jadi milik aku. "
" Udahlah Lis... Aku udah ambil keputusan dan aku ga akan ngerubah keputusan itu. Lebih baik kamu tinggalin aku. Jangan pernah temui aku lagi "
Dengan senyum smirk nya Lisa semakin mendekat ke Clarisa. Lisa mengusap kepala Clarisa... " Sayang... Aku kangen.. Aku mau kamu, aku ga mau yang lain. " Clarisa menepis tangan Lisa. Ternyata Lisa sudah tau akan pergerakan Clarisa. Lisa mengunci kedua tangan Clarisa. " Kamu ga bisa kemana-mana sayang...kamu milik aku, aku kangen kamu. Perlahan bibir Lisa mendekat ke bibir Clarisa, Clarisa menutup rapat bibirnya. Dia berusaha sebisa mungkin agar Lisa tidak menciumnya. Bibir Lisa menyentuh bibir Clarisa. Clarisa merasa tak berdaya. Matanya berkaca-kaca, air mata keluar gitu aja. Melihat Clarisa yang semakin lemah, seakan pasrah membuat Lisa menuntut lebih. Clarisa merasakan Lisa akan melalukan itu. Clarisa memejamkan matanya, saat itu yang terbayang dalam ingatannya adalah Amara. Senyumnya, tatapan matanya. Clarisa seperti mempunyai kekuatan, dengan sekuat tenaga Clarisa berontak dia medorong kuat tubuh Lisa. Tubuh Lisa membentur dinding. Lisa marah, dia ingin melakukan itu lagi. " Kamu mau lagi kan sayang, aku akan kasih kamu lebih dari ini. "
" Stop it...Pergi ga loe, apa musti gue laporin ke security kampus trus loe digiring ke polisi. Loe bisa di tuntut pelecehan seksual, apalagi ini masih lingkungan kampus." Tiba-tiba terdengar suara lantang seseorang di depan pintu kelas.
Lisa menahan amarahnya. " Emang loe siapa, sah-sah aja kok, kita lakuin nya suka sama suka lagian dia pacar gue dan apa hak loe. "
Amara berjalan mendekati Clarisa yang sudah gemetaran menahan rasa takutnya. Amara memeluk erat Clarisa. " Loe mau tau gue siapa, kenalin gue pacar nya Clarisa dan kita baru jadian seminggu yang lalu. Amara mengusap pipi Clarisa dengan lembut.. Yuk sayang kita pulang.. " . Amara menuntun Clarisa menuju pintu, sambil tetap memeluk Clarisa dan menggenggam tangan Clarisa, sementara Clarisa merasakan kenyaman dan ketenangan, walaupun dia tau Amara hanya berusaha untuk melindungi dirinya dengan berpura-pura menjadi pacarnya.
Lisa yang melihat itu bertambah geram dan marah. Saat akan memisahkan Amara dari Clarisa, saat itulah Vivian datang." Don't do that again..Lisa...!! Cukup loe lakuin itu ke Claris. Apa loe ga malu udah ditolak berkali-kali. Ga punya harga diri banget si loe jadi orang. " Omongan Vivian sangat santai tapi nusuk banget sampe ke ginjal n hati Lisa.. Nyesek bet. .
Dengan penuh marah, Lisa berjalan meninggalkan ruangan kelas. Sebelumnya dia masih sempet-sempetnya ancungin middle finger nya kearah Vivian. Vivian geleng-geleng kepala " ga kapok-kapoknya tuh orang. Urat malunya udah putus kaenya.
Amara berusaha menenangkan Clarisa yang masih menangis tersedu-sedu. " Jangan sedih lagi yahh... Si kamvret itu udah pergi. Kamu udah aman sekarang. Mobil kamu biar aja Vivian yang bawa, biar kamu sama aku aja. Amara tersenyum.
Clarisa menggeleng. " Aku ga mau pulang, tolong jangan bawa aku pulang. "
" Ya udah kalo gitu.. Ke tempat aku aja yah... Ntar kita panggil yang lain biar rame. "
" Iya Mara.. Makasih yah... "
Amara mengangguk. Dia sangat paham akan situasi dan kondisi Clarisa saat ini.
Hai... Readerss......!!!!
Happy Reading yahhhh......!!!
Please vote n komennya
Bye.... Bye......
Red n Green
2810
30/11/21
KAMU SEDANG MEMBACA
COLORS : AMARA dan CLARISA ( Complete)
RomanceLangkah kaki menuju perapian hati Melangkah pasti untuk penantian yang tiada bertepi. Berharap akan menepi di pelataran hati yang bersemi.. Ternyata... Apa yg terjadi..? Kaki ini lebih memilih untuk mendaki.. Mendaki sebuah mimpi... Yang saat i...