"Loe serius mau kesana? Ga dipikir- pikir lagi. Apa loe uda mikirin ini dengan matang. Apa ga ada cara lain, apa musti nge jauh kae gini? Apa yang elo pikirin sekarang kalo kenyataannya ga sama gimana, loe bakal nyesel. " Vivian nyerocos kae jalan tol lancar yee...! Dia ga habis pikir jalan pikirannya Clarisa. Milih ikutan jadi sukarelawan ke negara konflik sana. Dia kira hidupnya sebecanda itu apa...?? Vivian terus aja ngedumel kae emak ngomelin anaknya yang susah dibangunin buat siap-siap ke sekolah.
Orang yang diceramahi pagi oleh Vivian, diam seribu bahasa. Ga bergeming sama sekali. Dia masih keukeuh, malah sibuk dengan pikirannya.Clarisa mengambil sesuatu dan menyerahkan ke Vivian. " Tolong loe kasiin ke dia. Tapi saat gue udah pergi. Dan gue juga berharap loe baik-baik aja yah selama ga ada gue. " Sambil lanjutin packing-packing tersenyum kearah onyet.
Vivian mengamati sesuatu yang baru aja di titipin Clarisa. " Hadehhh ni anak ga bisa dibilangin.. Kepala batu banget.. "Seminggu sebelumnya
"Bunda... aku udah ga bisa lagi nahan. Semakin aku tepis, semakin aku ngindar rasa ini semakin kuat. Aku takut bunda, takut akan seperti dulu, takut kehilangan. Dan..... Knapa rasa ini begitu cepat, begitu kuat... a a aku.. ga bisa bunda.. "
Bunda tersenyum. Merengkuh Clarisa dalam pelukannya. Bunda udah anggap Clarisa seperti anak nya sendiri. " Kamu jangan takut Claris... rasa yang kamu rasakan bukan lagi rasa seperti dulu. Rasa ini lebih tulus, lebih indah dan lebih nyaman. Tidak ada kegelisahan disana. Apa bener Claris?
" Haahh.... Bener banget bun.... Aku seperti ngerasa terlahir kembali. Hati dan jiwa aku seperti dibersihkan dari sisa-sisa yang kemaren.
" Bunda.. Aku... Aku.. Cinta Dia.. Dan hati kecil ku berkata musti bilang sama dia. Apapun hasilnya aku udah ga mikirin. Apapun itu aku musti ikhlas bunda. " Mata Clarisa sedikit berkaca-kaca.
" Syukurlah anakku, kamu sudah menyadari dan tau point dari ini. Yang musti kamu inget, rasa ini datang dari Tuhan. Tuhan tidak melarang kita untuk mencintai makhluk, apalagi sesama. Tapi kita harus sadar kalo dia bukan pasangan kita. Dan cinta saat ini yang kamu rasakan adalah cinta tulus tanpa ada nafsu yg bercampur di dalamnya. Ungkapkan apa yang kamu rasa pada dia, dia udah nunggu lama untuk tau ini. "
Clarisa memeluk erat si bunda. " Makasih bunda.. Makasih selalu support aku. Aku pulang dulu bunda. Apapun itu hasilnya aku ikhlas. Yang terpenting dia tau apa yang aku rasa. Dengan hati yang mantap dan penuh keyakinan Clarisa akan ungkapin rasa yang ada dihati nya. Yah... rasa cinta yang dia rasa semakin hari semakin kuat dan subur tanpa di rekayasa, tanpa direncanakan. Dia muncul seperti mata air, mengalir kearah hulu. Hulu yang saat ini sudah menunggunya.Kemacetan selalu ada di kota ini. Kota yang selalu hiruk pikuk dengan kesibukan warga nya. Seperti kata Usya... lagi pura-pura sibuk... Hehehe. Amara mengalami kemacetan yang panjang. Beberapa kali notif handphone berbunyi menandakan beberapa pesan masuk. Ini untuk kesekian kalinya pesen yang masuk nanyain.. " Loe udah nyampe mana, daritadi gue nunggu... Jam 1 gue masih ada kelas. " Dan untuk kesekian kalinya juga Amara bales chatnya
" Bentar, ini udah deket 5 menit lagi sampe kok, moga aja ga macet lagi ". Amara jadi ga tenang. Tadi pagi Vivian ngajak ketemuan, katanya ada sesuatu yang mau dia omongin tentang Clarisa. Sementara itu Amara lagi kejebak macet. Tapi untunglah dia sudah berada di cafe tempat mereka janjian." Ini dari Clarisa buat loe. Clarisa nitip ini buat loe sebelum dia berangkat. " Vivian menyerahkan sebuah amplop ke tangan Amara.
Amplop?? Maksudnya apa ini? Berbagai pertanyaan muncul di otak Amara.
" Vian.. Ini maksudnya apa, trus barusan loe bilang Clarisa berangkat, berangkat kemana?" Clarisa jadi sukarelawan ke negara konflik. Dan dia berangkat siang ini. Gue cuma disuruh nyerahin ini buat loe. "
" Apaa....??? Kok Clarisa ga cerita sama gue.? Tadi pagi kita masih telfonan dan ga sedikitpun Clarisa bahas tentang ini. Obrolan kita pun seperti biasa. Ga ada sesuatu yang aneh. "
" Mara... Mending loe buka tuh amplop, biar ketahuan isinya apa. Mungkin ada sesuatu yang disampein Clarisa ke elo. "
Amara membuka amplop itu. Merobek sedikit bagian ujung amplop. Dan mulai membuka dan membaca secarik kertas yang ada di amplop itu.Buat kamu " Amara"
Maaf aku tidak sengaja jatuh cinta
Ini bukan mauku tapi keinginan hatikuMaaf jika hatiku telah lancang mencintaimu
Rasa ini tidak direncanakanDia datang tiba tiba tanpa permisi tanpa peduli siapa kamu dan bagaimana kamu
Hati ini hanya bisa melihat ketulusan dari dirimu
Ketulusan yg membuat hatiku menaruh rasa padamuAku mencintaimu dalam setiap nadi yang berdenyut di tubuhku.
Dari aku yang mencintaimu
" Clarisa "Amara tidak bisa berkata-kata. Lidahnya kelu, pikirannya buntu. Dia tidak menyangka sama sekali ternyata Clarisa memendam rasa cinta buat dia. Disatu sisi dia senang ternyata Clarisa juga cinta sama dia, disisi lain dia sedih dan takut. Takut kehilangan orang juga dia cintai. Tapi kenapa Clarisa memilih untuk pergi. Setelah dia ungkapkan semua nya.
Amara jadi ingat beberapa hari yang lalu dia juga gelisah dan gundah. Berusaha menepis rasa yang mulai menyelimuti hatinya. Rasa takut akan kejadian masa lalu menghinggapinya. Karena dia sangat tau konsekuensinya apa. Sampe pada akhirnya dia mendapati jawaban dari Romo yang membuat dia semakin yakin dan mantap untuk tidak lagi menepis rasa. " Kamu tidak salah Amara, rasa yang sekarang yang kamu rasain beda dengan rasa yang kamu rasain dengan yang dulu. Rasa sayang dan cintanya sama, tapi rasa yang muncul saat ini itu murni dari hati kamu. Yang ada hanya ketulusan dan keikhlasan. Yang musti kamu inget, Tuhan tidak melarang kita mencintai sesama, tapi kita musti inget dia bukan pasangan kita dan kita musti tau batasannya. Kita bisa mencintai dengan cara yang beda, tanpa menentang yang sudah menjadi ketetapan Tuhan. "
Senyum mengembang di bibir Amara. " Makasih Romo, andai Romo ga kasih penjelasan kae gini, aku akan mendam rasa ini sampe mati. "
Lama Amara terdiam, mengingat percakapan dia beberapa hari yang lalu dengan Romo. Amara tersentak, dia seperti tersadar. Aku harus nemui dia sebelum semuanya terlambat. Dia musti tau perasaan ku. Apapun itu hasilnya nanti aku akan ikhlas menerimanya." Vian.. Clarisa berangkat pesawat jam berapa?
" Flight siang kalo ga salah jam 12.00. Tapi lusa doi ke negara konflik. "Tanpa babibu, Amara menarik setengah memaksa tangan Vivian. " Loe temenin gue. Kita sekarang ke airport nyusul Clarisa. "
" Tapi ga keburu juga bulteng.... Ini udah jam 10.30. Belum macetnya. Nyampe sana loe mo ngapain, mo ngapelin si burung besi? Vivian ngomel ga jelas. Ada yahh... Seorang dosen congornya kae gini... ! Amara memutar bola matanya.Amara ga menggubris omelan Vivian. Sambil nyetir dia menghubungi beberapa koleganya. Berharap masih bisa nyusul Clarisa.
The day after tomorrow
Clarisa kaget dengan announcement waiting room Changi airport. Dia masih inget dengan mimpinya tadi malem. Di mimpinya Amara datang dan memeluknya dari belakang dan berkata....
" Ah... Mimpi itu seperti nyata. Dan saat dimimpi aku berada disini. Ini hanya mimpi ga akan terjadi. Aku sudah merelakan dan memilih untuk menjauh dari nya. Walaupun sakit, tapi aku ikhlas. Setidaknya aku lega, udah ungkapin rasa yang selama ini aku tahan. Clarisa bersiap-siap untuk boarding, baru beberapa langkah meninggalkan tempat duduknya, ada pelukan erat yang menghentikan langkahnya. Wangi parfum itu sangat dirindukan Clarisa. Yah... Wangi parfum seseorang dan Seseorang itu
memeluknya erat dari belakang."Don't go Clarisa, I've been waiting for you for a long time and you've been looking for me for a long time too. "
Haii readerss........!!!!
Kita pending dl ya guyss kelanjutan Amara dan Clarisa nya..
Gue mau lanjutin part Karin dan Mika...!!
Konflik internal nih ceritanya.... WkwkwkHappy reading........
Please vote dan komennya.....!!
Makasih....... See yahhh......... !!
Red and Green
2810
6/12/21
KAMU SEDANG MEMBACA
COLORS : AMARA dan CLARISA ( Complete)
Любовные романыLangkah kaki menuju perapian hati Melangkah pasti untuk penantian yang tiada bertepi. Berharap akan menepi di pelataran hati yang bersemi.. Ternyata... Apa yg terjadi..? Kaki ini lebih memilih untuk mendaki.. Mendaki sebuah mimpi... Yang saat i...