Found You

93 11 2
                                    

Clarisa pov

Clarisa merapikan tatanan rambutnya. Tubuh tingginya yang semampai memutar kekiri dan kekanan memastikan apa penampilannya hari ini sesuai dengan yang dia inginkan. Clarisa mematut wajahnya di cermin. " Kaenya baju ini ga cocok.. Mending ak ganti aja. " Dan ini untuk kesekian kalinya Clarisa mengganti bajunya. Dia merasa ada sesuatu yang kurang. Clarisa membongkar isi lemari. Mata Clarisa terpaku pada satu baju. " Lah kan ini baju yang aku bli 3 tahun yang lalu, ternyata nyelip disini. Baju merah maroon yang dia beli saat berkunjung ke salah satu boutiq di luar negeri. Saat itu Clarisa dan keluarganya pergi berlibur. Dress selutut yang sangat di sukai Clarisa. Aku pake baju ini aja deh.. Lebih casual gitu.. dengan sepatu kets putih, tas selempang bahan kulit senada dengan dressnya. " Knapa aku jadi gini yahh... Kae mau ketemu pacar.. Haha aneh... " Clarisa berguman pada dirinya sendiri. " Tapi gapapa deh.. Kapan lagi dipake dress yang ini udah nemu juga. "
Clarisa kembali merapikan anak rambutnya. Polesin mukanya dengan make-up tipis. Dengan berlari-lari kecil, Clarisa menuju ke mobil. Sementara handphone nya krang.. Kring... dari tadi. Vivian pasti udah lama nunggu minta dijemput. Sabilah... Nyet...batin Clarisa.

Clarisa Pov end

Amara pov.

Sementara itu di tempat lain, Amara ga jauh beda dengan Clarisa. Masih mematut- matut diri di cermin. " Pake yang ini keren ga yah..? Ato yang ini... tapi ini lebih bagus. Duh... Knapa gue bisa kae gini, tinggal pake baju doang, lagian juga mau ke kembes buat ngumpul. Saban minggu juga kesana. Ini aja deh.. Baju kebangsaan... " Amara memilih hoodie ijo daleman kaos putih..Bawahan putih ga ketinggalan bot kesayangannya. Amara pun bergegas menuju mobilnya.

Amara pov end.

Amara melangkahkan kakinya ke dalam. " Ini fintu knapa dibiarin ke buka sih.. Makhluk- makhluk ga jelas itu pada kemana? , kebiasaan deh ga ditutup." Mata Amara melihat ke sekeliling ruang tengah, ga ada siapapun. Pintu samping yang mengarah ke taman juga kebuka. Amara duduk selonjoran, meluruskan kakinya. Mata Amara terpaku pada satu kertas, kertas bekas coretan tangan. Amara membaca coretan itu. Ini sepertinya baru aja di tulis, terlihat dari tinta pena yg masih basah, dan bentukan kertas yang masih rapi. " Oh sebuah ternyata puisi...bantin Amara. Amara mulai membaca dan bait demi bait puisi itu.


"BINTANG.." Kesederhanaan yang elegan


Dia mungkin kalah
Ketika matahari dengan gagah memudarkan cahayanya
Dia ada, selalu ada hanya tidak terlihat
Dia tidak terbit ataupun tenggelam
Dia ada tanpa pergantian shift

Cahayanya apa yang ada pada dirinya
Apa adanya tanpa bantuan sang penguasa hari di semesta

Kedipannya memberitahu kita bahwa dia
Ada dalam gelapnya malam
Memberitahu kita bahwa kita tidak sendirian ketika malam perlahan menggerogoti hari

Amara tersenyum. " Puisinya sederhana tapi mengandung makna, seperti mewakilkan diri yang nulis. Kening Amara berkerut, ini siapa yah yang bikin puisi. Kalo para makhluk ga jelas itu ga mungkin.. Mereka kan suka plagiat di google. "

" Itu punya ku.. " Seutas tangan menyentuh kertas yang ada ditangan Amara. Amara menoleh, dia kaget. Kertas yang ada ditangannya jatuh ke lantai. Buru-buru Amara memungutnya. " Eh maaf... Aku udah lancang baca puisinya. "

" Gapapa kok, aku aja yang asal naro. " Clarisa senyum. Tapi mata Clarisa masih saja menatap kertas itu. Dia sama sekali ga melihat Amara, walaupun senyum titik fokus nya pada kertas itu.. Bukan pada Amara.

" Puisi nya bagus, dengan kalimat yang sederhana tapi mengandung makna yang dalam. Amara memuji. "

" Makasih.. Tapi puisi aku belum apa-apa kok. " Clarisa masih sibuk merapikan kertas puisinya. Tanpa ada niat sedikit pun buat melihat kearah Amara.

" Woww....wowww....woww.... Udah pedekate aje nih kalian. " Suara sautan kae tarzan berkumandang dari ruang tengah.

" Maksudnya? " Clarisa masih belum melihat kearah Amara. Ini emang bawaanya yang cuek apa sombong yahh?

Usya dan yang lain nyamperin mereka berdua Amara dan Clarisa tentunya. " Trus ngapain coba udah deketan gitu " tanya Mika.

" Apaan loe kuyang... Dasar kepo... !! " Amara
"Idihhh... Santuy bulteng.... Jangan nge gass.... " Mika.

Amara mengabaikan trio krucut yang ngoceh ga tentu. " Jangan didengerin si kuyang. Oh iya... Kamu temennya Usya Yah.. Kenalin aku Amara Aprielle, Amara mengulurkan tangannya.

" Oh iya... Aku Clarisa Aries... Seketika Clarisa kaget, jantungnya berdegub kencang... Saat matanya menatap mata indah Amara. Dan ga beda jauh dengan Clarisa, Amara pun kaget. Ada desiran halus yang mengalir di darahnya saat bersalaman. Yang sontak membuat tubuhnya lemah tanpa daya tanpa kekuatan. Dengan serempak keluar satu kata dari mulut mereka berdua.. "KAMU.......?????

Clarisa

Pertemuan itu membuat getaran yang tak kupahami
Sebuah pertanda yang masih menjadi teka-teki
Kukira ini adalah awal dari pertemuan kami
Namun sorot matanya seolah memberi sebuah arti

Merasa tersambung padahal kami masih asing
Merasa dipahami padahal belum ada ragam cerita
Kukira aku tak perlu menjelaskan secara rinci
Karena dia mampu mengerti lebih dari yang kuduga

Sebuah awal dari ujung yang kuharap manis
Dari sebuah temu yang telah ditakdirkan
Bahkan hati pun merasa pernah mengalami
Peritiwa dengannya yang tak asing dalam ingatan.

Ahh... Mata itu.. Mata yang indah..
Sulit untuk kulupakan.

Amara

Degup jantung ini mampu mengalahkan masa.
Masa dimana aku terlelap dalam kabut gelap
Kabut yang bikin aku terlalap panjang.

Senyum.. Hanya karena sebuah senyuman.
Senyum seorang putri dari puri kastil.
Mata hitam tajam dan senyum yang tulus
Memancarkan keindahan serta mengalirkan desiran halus melalui urat darahku.

Senyum itu tidak asing lagi bagi ku
Senyuman membuatku terpikat erat dalam balutan otak
Otak yang menyimpan memory.
Merasakan dekat, kuat seperti terikat.

Haii.... Haii.... Readears....!??!

Happy Reading...

Gue tambahin puisi yang mewakili perasaan Clarisa dan Amara.







Vote dan komen nya.. Tq yahh.....!!!!














Red and Green
18/11/21
2810











COLORS  :  AMARA dan CLARISA ( Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang